Persenjataan FPU Indonesia: SS2-V5

persiapan patroli

Formed Police Unit (FPU) Indonesia di Darfur Sudan sudah pada kontingen yang ke 5, sudah banyak yang dilakukan dalam upaya mencapai perdamaian di missi gabungan antara PBB dan Uni Afrika yang disebut United Nations African Union Mission in Darfur (UNAMID), ada yang istimewa dalam kontingen ke 5 ini dengan diperkenalkannya senjata personal yang baru yaitu SS2-V5 buatan Pindad. Sekarang kita mendapat persenjataan produksi anak bangsa yang ternyata tidak kalah dengan buatan impor lainnya, atau setidaknya persenjataan FPU yang terdahulu yaitu STYER.Proses pergantian ini berjalan seiring dengan rotasi pasukan FPU 5 yang membawa senjata baru dan FPU 4 pulang membawa senjata yang lama, hal ini tidak menjadi masalah karena yang membawa pasukan ini satu pesawat carter.

Pindad_SS2

Secara umum gambaran Senjata Serbu (SS) seri SS2-V5 ini adalah:

Water point IDP Abu SoukSS2-V5 dibuat pertama kali 2006 silam yang dikembangkan oleh pabrik senjata kebanggaan Indonesia PT Pindad mulai dari tipe SS2-V1, SS2-V2 dan SS2-V4, yang membedakan SS2-V5 dengan produk sebelumnya adalah panjang larasnya, dan SS2-V5 ini paling pendek diantara tipe lainnya, sebagai gambaran SS2-V5 paling pendek larasnya sedangkan yang paling panjang SS2-V4.
SS2-V5 didisain oleh PT Pindad untuk memenuhi kebutuhan senjata perang kota. Ukurannya lebih pendek, lebih ringan, nyaman dipakai, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih akurat setelah mengoreksi sustain rate of fire.
SS2-V5 memiliki panjang laras 252mm. Bandingkan dengan SS2 V1 = 460mm, SS2 V2 = 403mm dan SS2 V4- 460mm. Dengan laras yang lebih pendek tersebut, membuat SS2 V5 juga memiliki panjang senapan paling pendek diantara seluruh varian SS2 yang rata rata memiliki panjang 920- 990mm. Sementara SS2 V5 hanya 770mm.
SS2-V5 memiliki popor senjata extended dan bisa dilipat, penambahan picatinny rail yang memudahkan telescope keluar-masuk, telescope lebih akurat dan front handle yang memudahkan pengoperasian senjata.
SS2-V5 memiliki tiga model fire mode: otomatis, single shot dan machine. Pindad mengaku telah mengujinya diberbagai medan sesuai standar TNI baik air sungai, rawa dan laut dan kekuatan karet.
SS2-V5 buatan 2012 mempunyai berat 3,39 kilogram ini sudah digunakan pasukan Korps Pasukan Khusus (Kopassus) serta diekspor ke sejumlah negara Afrika dan sekarang digunakan oleh pasukan perdamaaian kebanggaan Polri FPU-5.

SS2-V5 PindadSekarang kita dengar comment dari Komandan Kontingen FPU 5, AKBP Reza Arief tentang senjata ini:
1. Dengan laras yang tidak terlalu panjang sehingga nyaman dibawa pada saat jalan kaki dan pada saat membawa kendaraan.
2. Akurasi tinggi pada saat penembakan, serupa dan senyaman pada saat menembakkan M16, akan lebih spesial lagi dengan menggunakan peluru 5TJ daripada menggunakan 4TJ buatan Pindah karena grain nya lebih besar.
3. Recoil nya (hentakan kebelakang akibat penembakan) sangat kecil dan halus dibandingkan pendahulunya SS1 varian pendahulunya bahkan lebih mulus dari M16 yang terkenal paling “halus”,  padahal secara teori semakin pendek laras akan semakin besar Recoilnya , terbukti dari beberapa senjata M16 yang dipendekkan  hasil recoilnya semakin besar.
4. Kekurangan yang dirasakan adalah di mekanik Trigger yang masih kurang stabil, kadang ringan tiba – tiba bisa agak keras mungkin ini disebabkan oleh material Spring yang kurang bagus. Walaupun demikian ketidak stabilan Trigger tidak terlalu mempengaruhi keakuratan bila digunakan untuk Combat Shooting maupun Tactical shooting mungkin sangat terasa apabila digunakan pada saat kompetisi.
5. Senjata ini mungkin dirancang menggunakan popor tetap bahkan sudah menggunakan adjustable butt produk magpul, tapi sayangnya masih menggunakan popor lipat yang dikunci untuk mencegah terlipat, permasalahannya penguncinya tidak permananen sehingga masih sering goyang, disarankan untuk dibuat paten sehingga lebih nyaman.
6. Kekurangan lainnya adalah Handcarry handle yang juga merupakan tempat dan pelindung pisir (rear sight) materialnya kurang kuat sehingga ada beberapa senjata yang bengkok karena jatuh tidak disengaja.
7. Kelebihan dari senjata ini adalah sudah mengadopsi rail System, Ato Piccatinny sehingga tidak perlu modifikasi tambahan jika hendak memasang accessories lainnya seperti Alat optik, Senter, Laser Pointer maupun Rail Cover, semuanya kompatibel dengan yang ada di pasaran produk apa saja asalkan mempunyai Rail System.

moon shop

Tugas FPU 5 akan berakhir hingga bulan Oktober 2013, kita doakan bersama agar dalam bertugas di UNAMID Darfur Sudan tidak menemui kendala yang berarti, dan pasukan sebanyak 140 orang ini bisa kembali dengan selamat.

SULITNYA MENCARI AIR DI DARFUR

Hehehe, masih kebagian nih ..cerita dari rekan – rekan yang masih bertugas di Darfur …. kali ini masalah yang paling utama kalau berdinas di daerah Gurun seperti Darfur … Ya …mau ngga mau masalah air … dan memang persoalan air ini memang diakui salah satu penyebab konflik Darfur… bahkan telah ratusan tahun sebelum konflik separatisme ini terjadi…  konflik yang sekarang memang lebih “bernada” politis , tapi kalau mau ditarik benang merah….. konflik ini terjadi antara Ras Asli Afrika  “Darfurian” yang kebanyakan adalah “petani yang berladang“, melawan Ras Arab Nomaden yang sehari hari adalah “pengembala”… konflik selalu terjadi , terutama pada saat kering yang berkepanjangan .. Yang jelas “Darfurian” mememerlukan air untuk ladangnya dan mereka berebut dengan Suku Arab Nomaden yang juga membutuhkan air untuk Ternak peliharannya … beginilah cerita ini berlangsung ratusan tahun lamanya…..

Team Water didepan truck watertank kebanggaan, terdiri dari driver , pengawal dan petugas water treatment
"Team Water" didepan truck watertank kebanggaan, terdiri dari driver , pengawal dan petugas water treatment

Nah sentimen inilah yang terjadi sampai sekarang, Penduduk Asli “Darfurian” melakukan pemberontakan terhadap pemerintah pusat Sudan, karena keberadaan mereka kurang diperhatikan … Dan patut diakui Pemerintah pusat Sudan mengalami kesulitan menghadapi pemberontakan ini… karena Pemerintah pusat  yang mempunyai kedekatan dengan “ras Arab”  mereka menggunakan tangan Suku Arab Nomaden yang lebih dikenal dengan nama “Janjaweed” untuk memerangi pemberontakan tersebut …..  dan dilanjutkanlah konflik yang memang sudah terjadi selama ratusan tahun itu…

Berada di water Point beserta tentara pemerintah Sudan dengan pengawalan ketat ... baru tau kan betapa berbahaya nya water bussiness ini ???
Berada di "water Point" beserta tentara pemerintah Sudan dengan pengawalan ketat ... baru tau kan betapa berbahaya nya water bussiness ini ???

Kembali ke cerita air ….. Pada awalnya FPU Indonesia mengambil air di “water point” yang dekat dari camp FPU.. masih terletak di kota dengan jarak sekitar 3 Km dari Camp…Namun seiring dengan makin sulitnya air … dan juga sumber air tersebut menjadi tempat mengambil air seluruh warga kota El Fasher .. antrian antara warga lengkap dengan Donkey dan kuda, dan sedikitnya air yang didapat… menjadikan kerusuhan… hingga truk tangki milik UN termasuk FPU Indonesia diancam penduduk  agar tidak mengambil air di sumber air itu lagi …bahkan puncaknya terjadi perusakan kendaraan tangki air milik UN.

Mengisi air ke tangki
Mengisi air ke tangki.... perlu dikawal juga

Untuk menghindari konflik dengan penduduk, akhirnya pihak UN mengalah dengan mencari “waterpoint” yang lebih jauh … dan memang jaraknya sekitar 45 Km dari Camp FPU. Memang FPU Indonesia “self sustaintment” dalam memenuhi kebutuhannya sendiri termasuk air … maka itu dalam list property FPU indonesia dilengkapi dengan 4 tangki air … masing masing 2 buah kapasitas 10 rb liter dan 2 buah kapasitas 16 rb liter. Sebagai gambaran .. paling tidak kebutuhan air untuk seluruh pasukan FPU Indonesia yang berjumlah 140 (minus 3 orang termasuk saya yang telah kembali jadi jmlnya 137 org) adalah 100 liter per orang perhari untuk semua termasuk Mandi dan Minum, jadi totalnya adalah 13.700 liter perhari.  Memang bisa sekali angkut dengan truk yang 16.000 liter … namun karena jarak dan medan yang berat makanya biasanya kita membawa 2 buah truk secara bergantian…. dan selain itu perlu dilengkapi dengan pengawal dengan personel bersenjata ? kenapa .. wah… air ini komodity yang susah …! bisa dimungkinkan terjadi pengahadangan dari gerombolan bersenjata untuk merampok air .. dan ini pernah terjadi pada batalion Rwanda yang juga bertugas dengan UN..

Melintasi gurun menuju Water Point
Melintasi gurun menuju "Water Point"

Untuk personil yang mengurusi air ada teknisinya tersendiri terdiri dari Driver tangki, pengawal dan teknisi water treatment … air juga sesampai di camp dilakukan water treatment sehingga aman dikonsumsi dan digunakan pasukan FPU… hmmmm kalau sudah cerita begini … pasti kita berpikir deh: NO PLACE AS GOOD AS OUR COUNTRY…. hehe .. Indonesia we love you !!

Demikian update cerita dari Darfur .. kepada rekan – rekan yang masih bertugas :  Tetap semangat yaa !!!……

Foto courtesy Akbp Dr. Yanuar

Latihan di Padang Pasir….

Sebagai pasukan dalam penugasan pada “hostile area” seperti Darfur, selalu dibutuhkan kesiap – siagaan dalam menghadapi setiap ancaman, tercatat beberapa kali pasukan UN di  Darfur mendapat “ambush” dalam melaksanankan tugasnya, yang terparah terjadi di team site Heskenita, Darfur Selatan, dimana pasukan Nigeria Batalion diserang pada suatu sore oleh ratusan milisi bersenjata, tercatat 10 orang pasukan tewas, seperti saya pernah tulis disini.

Full Gear
Latihan tembak reaksi

Bentuk latihan yang dilaksanakan adalah tentu saja latihan “kontra ambush” , sehingga anggota FPU Indonesia selalu “aware” dengan kondisi apabila tiba – tiba di “ambush” oleh pihak tertentu.  Prinsip suatu latihan adalah kontiunitas, sehingga setiap anggota paham secara luar kepala apa yang harus dilakukan, tentunya dalam berbagai skenario yang diperkirakan mungkin terjadi…..

Latihan menghadapi ambush
Latihan menghadapi ambush

Dalam latihan ini anggota FPU Indonesia sudah memakai “gears” yang terbaru, seperti “Body Veist”, “Arm and Leg Protector” , yang disesuaikan dengan warna gurun,  sebelumnya kami memakai warna hitam  yang kurang baik buat kamuflase, bahkan menjadikan gampang dibidik… bagaikan “lesan (target) berjalan”.. karena warnanya yang sangat kontras dengan lingungan sekitar.

Apel Pasukan setelah latihan
Apel Pasukan setelah latihan

Namun perlu dicatat, kedatangan kami bukanlah untuk membawa masalah, namun memberikan yang terbaik untuk penyelesaian konflik di Darfur, tentunya sesuai “motto” dari Korps Brigade Mobil : “Jiwa ragaku untuk kemanusiaan …!”, nantikan kabar kami selanjutnya dari Darfur 🙂

NIGHT PATROL WITH INDONESIAN FPU

FPU Indonesia di El Fasher kembali mendapat ‘tantangan’ dari Commisioner Civpol UNAMID agar bisa melaksanakan patroli malam di IDP camp, khususnya IDP Camp ‘Abu Shouk’ dan ‘El Salam’ , hal ini karena disinyalir banyak terjadi kriminalitas dari anasir – anasir yang tidak jelas, yang memanfaatkan konflik di darfur bukan untuk memperjuangkan cita – citanya, namun hanya untuk kepentingan ekonomis kelompok itu semata…….

Start @ Asembly point...
Start @ Asembly point...

Setiap malam di IDP camp hampir terjadi perampokan terhadap penduduk di dalam IDP,  dan hal itu sering dikeluhkan oleh penduduk IDP terhadap UNAMID….  Memang penjagaan keamanan di IDP camp masih merupakan tugas Kepolisian Pemerintah Sudan, namun mereka tidak dipercaya lagi untuk dapat memberikan rasa aman terhadap mereka….

menunggu senja tiba...
menunggu senja tiba...

Oleh sebab itu Civpol yang tergabung dalam CPC (Comunity Policing Center) bersama FPU Indonesia segera melaksanakan patroli malam bersama… gunanya untuk memberi rasa aman terhadap penduduk di dalam IDP camp, dan kesempatan pertama “joint Patrol” yang dilakukan oleh CPC dan FPU dilaksanakan  malam ini, dan saya ikut ‘nimbrung’ dengan mereka…..

Beserta anak - anak darfur pada senja hari
Beserta anak - anak darfur pada senja hari

 Patroli ini terdiri dari 1 pleton FPU Indonesia menggunakan APC dan mobil armored, beserta 1 regu dari CPC, titik kumpul pertama adalah di suatu tempat yang dinamakan “Asembly Point”.. yang terletak di tengah – tengah IDP camp “Abu Shouk” dan IDP camp “El Salam”, keberadaan “Asembly Point” ini adalah sebagai titik awal pergerakan Polisi UNAMID dalam menyambangi 2 IDP camp tersebut….

Persiapan terakhir untuk berangkat patroli
Persiapan terakhir untuk berangkat patroli

Melalui IDP camp yang tidak ada listrik dan penerangan pada malam hari tentunya sangat beresiko, makanya setiap pergerakan para CPC walaupun tidak bersenjata wajib memakai rompi antipeluru dan Helm demi keamanan mereka…. Bagi Kami FPU pun faktor Safety sangat penting, penggunaan APC dan Armored car merupakan keharusan bagi kami………

Melintasi kegelapan malam di IDP Camp
Melintasi kegelapan malam di IDP Camp

Bagi perorangan anggota FPU juga dilengkapi dengan peralatan “Night Vison” dan “thermal” yang dapat melihat sesuatu didalam kegelapan sekalipun…. Namun tetap saja kegelapan masih menjadi tantangan bagi pengendara APC buktinya salah satu APC kami “terperosok” kedalam lobang yang cukup dalam….

Waduh ! terperosok ke lobang APC nya....
Waduh ! terperosok ke lobang APC nya....

Namun berkat kepercayaan masyarakat besar kepada kami, mereka dengan sukarela membantu dan kami bergotong royong menggali tanah untuk bisa membuat jalur untuk keluar dari lobang tersebut……. Dan kendala tersebut teratasi….. “Sukron Katsiron Sayid ! “

Untung ada masyarakat IDP turut membantu...
Untung ada masyarakat IDP turut membantu...

Setelah beberapa jam patroli, kembalilah kami ke “Asemmbly Point” dan menyatukan temuan yang didapat di lapangan untuk dibuatkan laporan…..

Patroli selesai, koordinasi akhir untuk buat laporan...
Patroli selesai, koordinasi akhir untuk buat laporan...

Demikian sekilas keikut sertaan saya dalam “Night Patrol” beserta FPU dan CPC didalam IDP Camp…. Nantikan kisah selanjutnya dari Darfur… 🙂

Pasukan Formed Police Unit (FPU) Indonesia tiba di Darfur

Catatan : Tulisan saya ini juga di posting di situs Peacekeeper Indonesia : http://Pralangga.org yang pemiliknya adalah rekan saya Luigi Pralangga.

Setelah menyiapkan jalan bagi FPU Indonesia sebagai Advance team (3 orang) selama lebih kurang 5 bulan, akhirnya pasukan FPU Indonesia dipimpin oleh Komandan Kontingen AKBP Drs. Johni Asadoma M.Hum yang berjumlah keseluruhan 140 orang menapakkan kaki di lapangan terbang El Fasher, Darfur menggunakan pesawat khusus Vim Airlines yang berangkat dari Halim Perdana Kusuma, FPU Indonesia terdiri dari 110 orang “Tactical Unit” dalam 4 peleton yang keseluruhan berasal dari Satuan Brigade Mobil Polri dan 30 orang “Support Unit” yang berasal dari Kesehatan, Elektonik dan Komunikasi, Mekanik dan Juru Masak.

FPU Indonesia tiba di El Fasher
FPU Indonesia tiba di El Fasher

Bagi POLRI hal ini merupakan sejarah baru, karena inilah kali pertama POLRI mengirimkan personil dalam ikatan pasukan, selama ini hanya secara personal yang tergabung dalam Civilian Police (Civpol) dalam berbagai missi perdamaian PBB yang tergabung dalam UNAMID (United Nations African Union Hybrid Mission In Darfur).

Bagaimana peran FPU dalam misi perdamaian PBB?. Dalam aturan yang dirancang Dewan Keamanan PBB mengenai Rules of Enggagement FPU, tugas pokoknya adalah :

Menjaga setiap personil PBB dan assetnya, dan melakukan tugas khusus dalam lingkup tugas keamanan dan ketertiban seperti Riot Control, dan menjaga camp keamanan kamp pengungsi.

Sekarang pertanyaannya bagaimana perbedaannya dengan satuan militer yang juga ada dalam setiap missi perdamaian?. FPU merupakan konsep baru dalam misi perdamaian PBB, ini tercipta karena ada dirasakan adanya “Security Gap” antara tugas Militer yang “full armed” dan “Too Powerful” dalam menciptakan ketertiban masyarakat dan disisi lain kurangnya lemahnya polisi sipil PBB yang tidak bersenjata, “Security Gap” itu kira – kira harus diisi dengan Polisi yang mempunyai kemampuan Paramiliter, pengendalian huru-hara, mampu bergerak secara cepat dan mobile dan mampu mengendalikan keamanan dan ketertiban masyarakat secara cepat.

Anggota FPU Indonesia dengan unsur militer UNAMID
Anggota FPU Indonesia dengan unsur militer UNAMID

Nah, dari pemikiran tersebut terciptalah konsep FPU dalam setiap misi perdamaian PBB.

Kehadiran FPU di Darfur memang sangat diharapkan, namun proses itu memakan waktu yang panjang, saya sendiri sebagai team advance menghabiskan waktu 5 bulan menyertai peralatan FPU Indonesia dari Port Sudan sampai El Fasher, problem ini terkendala birokrasi yang sangat rumit dari pemerintah Sudan dan juga jarak tempuh yang jauh (2700 Km dari Pelabuhan Port Sudan sampai ke El Fasher!) juga medan perjalanan yang sangat buruk (tanpa jalan aspal melewati padang pasir).

Dalam rancangan UNAMID akan ditempatkan 14 (empat belas) FPU di seluruh misi, namun sampai sekarang dalam 1 tahun pertama berdirinya UNAMID baru ada 3 FPU termasuk Indonesia. Tugas pertama yang menanti adalah melakukan pengawalan terhadap UN Civpol untuk melakukan “Community Policing” di Camp Pungungsi Lokal (Internal Displaced Personal Camp/IDP Camp) selama ini tugas itu dilakukan oleh militer PBB namun memang seperti saya katakan terdahulu, tugas itu sebenarnya merupakan tugas kepolisian.

Hari – hari pertama pasukan FPU Indonesia adalah melakukan orientasi lapangan ke IDP Camp yang masuk dalam Area Of Responsibilitynya, yaitu IDP camp El Salam, Abu Shouk dan Zam–Zam, rata – rata IDP Camp ini dihuni sekitar 100 ribu pengungsi, mengunjungi tokoh masyarakat yang dikenal “Sheik” (tokoh informal setingkat dengan desa/lingkungan) dan diatasnya adalah “Omda” yang biasanya membawahi beberapa Sheik, kemudian FPU mendapatkan “Induction Training” oleh UN Integrated Mission Training Center untuk mengenal lebih dalam tentang konflik yang terjadi di Darfur.

Perkenalan dengan para Sheikh
Perkenalan dengan para Sheikh
Patroli pengamanan di salah satu penampungan pengungsi (IDP Camp)
Patroli pengamanan di salah satu penampungan pengungsi (IDP Camp)

Mandat yang berlaku seperti tertera dalam Resolusi No. 1769 Dewan Keamanan PBB, adat-istiadat masyarakat setempat dan hal – hal yang mendasar lainnya. Untuk sementara kontingen FPU Indonesia ditempatkan pada “transit camp” karena camp Indonesia masih dalam tahap pembangunan, diperkirakan akan memakan waktu selama 2 bulan, mengenai kebutuhan hidup sehari- hari seperti bahan makanan di drop secara regular dan dimasak oleh anggota “Support Unit” FPU, air untuk MCK dan minum juga di drop tiap hari.

Kendala awal bagi pasukan adalah penyesuaian fisik untuk menghadapi iklim gurun yang ganas, yang merupakan pengalaman baru bagi kami, bibir pecah, dehidrasi, mengeluarkan darah dari hidung adalah hal yang rata – rata dialami, namun kendala itu cepat dapat diatasi.

Transit Camp FPU Indonesia
Transit Camp FPU Indonesia

FPU Indonesia saat ini sudah melaksanakan tugasnya secara “full performance” setelah melewati jangka waktu 2 minggu waktu penyesuaian dan orientasi, tugasnya adalah melakukan patroli di 3 (tiga) IDP Camp yang merupakan AOR, terbagi dalam shift siang dan malam, setiap patroli terdiri dari 1 peleton menggunakan 2 buah Armored Personnel Carrier (APC) dan mobil patroli. Patroli ini merupan joint patrol bersama UN CIVPOL yang melaksanakan Community Policing.

Harapan kami adalah FPU Indonesia dapat melaksanakan tugasnya secara baik, dan sampai terakhir masih mendapat tanggapan sangat positif dari masyarakat darfur dan juga dari PBB sebagai pengguna kami, dan pulang dengan lengkap dan selamat setelah satu tahun kedepan.

AKBP REINHARD HUTAGAOL Sik
Wakil Komandan Kontingen FPU Indonesia

Police Advisor dan FPU Indonesia di UNAMID

Saya, Akbp Johni Asadoma Dan Kontingen FPU, Akbp Krishna
Saya, Akbp Johni Asadoma Dan Kontingen FPU, Akbp Krishna

Foto ini adalah dari Blog Akbp Krishna Murti SiK : Garuda Bhayangkara , seorang Police Advisor Indonesia di UNAMID, bertugas di Darfur Selatan dengan ibukotanya Nyala.

Police Advisor Indonesia di UNAMID sementara hanya sejumlah 3 orang, coba dibandingkan FPU Indonesia yang 140 orang… tugasnya sangat berbeda pula, yang jelas mereka “tidak bersenjata” sedangan FPU “bersenjata”…. hal lainya adalah Police Advisor melakukan tugas – tugas “Comunity Policing” Sedangkan FPU melakukan tugas “Pengawalan, Penjagaan dan Patroli terhadapap personal UN”, perbedaan yang sangat signifikan adalah GAJI :mrgreen: tidak usah saya sebukan jumlahnya ….. yang jelas mereka bergaji 5 kali gaji seorang FPU …… dengan pertimbangan FPU sudah disediakan makan dan akomodasi…… seorang PO harus menyiapkan hal itu sendiri.

Makan bersama di Dining Hall FPU
Makan bersama di "Dining Hall" FPU
Suasana di Dining Hall FPU, dalam suanana santai setelah penat bertugas
Suasana di "Dining Hall" FPU, dalam suanana santai setelah penat bertugas

Keberadaan Police Advisor Indonesia di UNAMID untuk sementara belum ditambah jumlahnya, masih 3 orang dari tahun kemarin, saya juga tidak mengerti kenapa sebabnya, mungkin karena adanya FPU Indonesia jadi PO tidak ditambah, tempat dinas yang berbeda menyebabkan kami jarang sekali bertemu dan inilah tulisan Akbp Khrishna Ketika berkesempatan mengunjungi FPU Indonesia yang ber “base camp” di El Fasher, dikutip dari blognya:

Sekitar awal Bulan November kemarin, tepatnya tanggal 8 November, saya berkesempatan untuk berkunjung ke rekan-rekan FPU yang sudah ber home base di El Fashir,
Tadinya saya berencana mengunjungi mereka pada bulan Januari nanti, namun beruntung kesempatan itu datang lebih cepat, karena pada tanggal 8 November bapak Duta Besar Indonesia untuk Sudan berkunjung juga ke Elfashir dalam rangka memenuhi undangan Sheikh
disana. Bersamaan dengan kunjungan Bapak Dubes itulah saya diundang untuk turut serta bertemu dengan beliau dan seluruh FPU.
Kesempatan yang baik ini saya gunakan untuk bersilaturahmi dengan mereka sekaligus menikmati hidangan ala Indonesia bersama rekan-rekan FPU.
Tadinya saya mengira mereka tinggal di akomodasi dimana saya pernah tinggal sewaktu mengikuti kegiatan “Induction Training” di El Fashir. Namun akomodasi mereka meskipun sama tenda, ternyata jauh lebih baik dan sungguh layak untuk dikatakan sebagai akomodasi sementara.
Kamar mandi cukup bersih, serta dapur dan dinning room yang nyaman. Lebih dari itu saya tinggal ditenda yg ber AC jadi cuaca panas El Fashir sungguh tidak terasa.
Keramahan rekan-rekan FPU sungguh mengurangi rsa rinda saya untuk pulang,. Sayangnya saya hanya sendiri saja disana karena 2 teman saya tertinggal pesawat di Nyala.

LATIHAN TERAKHIR FPU INDONESIA MENUJU MEDAN TUGAS

author

Berikut ini adalah hasil liputan anggota FPU : Briptu Roganda Simanjuntak SH, ia adalah seorang Brimob yang mendapat kesempatan mengikuti penugasan FPU, dan ternyata juga seorang ahli foto dan merupakan juru foto dalam kesatuannya. Ia juga punya blog disini

Berikut ini adalah hasil liputan Roganda pada kegiatan terakhir FPU yaitu latihan menjelang keberangkatan, untuk pasukan sudah dilengkapi dengan peralatan lengkap yang akan dibawa ke Darfur….

latihan

Latihan panas – panasan, seperti dalam medan sesungguhnya…… halahhh….

Dankontigen

Dan Kontigen FPU Akbp Johni Asadoma memberi pengarahan dalam latihan.

santai

Santai sejenak setelah latihan……

Didalam Blognya, Roganda juga membahas personal yang dekat padanya, dan memberikan komentar yang segar serta memberi semangat…..

Yudho IPTU Yudho Uli

ini komentar dari Roganda :

Mr. IPTU YUDHO ULY adalah 4th Platoon Commander, Satuan Tugas Operasi FPU (Formed Police Units) Indonesia yang telah bergabung sejak pembentukan FPU pada tahun 2006.

Entah “berasal” darimana, tetapi beliau sangat memperhatikan anggotanya. Dalam hal penampilan atau perlengkapan; sebisa mungkin (dan jika mungkin) akan mendukung anggotanya agar lebih baik.

Terakhir beliau melengkapi anggotanya dengan Decker keluaran terbaru warna hitam. Sedangkan beliau sendiri menggunakan All Branded By Black Hawk. (Bagi dong nDan… ^,^)

Sekarang beliau sedang bersiasat untuk menyelesaikan Misi dengan mengintip menggunakan Binocular warna hitam keluaran terbaru yang mungkin juga dari Black Hawk. cK..cK..cK… Kereeeen…

Yogas Iptu Yogas

ini komentar Roganda selanjutnya :

Siapa yang tidak kenal dengan beliau? (pasti semua kenal karena sudah sampai ke Jordania). Sangat bersahabat, cerdas, dan suka menyampaikan perintah atau arahan dengan diselingi senda-gurau. Dia adalah 2nd Squad Commander of 3rd Platoon yang dipimpin IPTU Alex Tobing, Satuan Tugas Operasi FPU (Formed Police Units) Indonesia dengan sandi regu – Hantu – (mungkin dengan harapan, semua musuh dan penyakit akan takut dan kabur ^,^).Sebelum memulai tugas, beliau menjelaskan secara detail tentang misi yang akan dilaksanakan dan protap-protap yang perlu diketahui. Hasilnya mudah ditebak, Mr. Bripda Ibnu Syawhy mengakui Regu Hantu ini menampilkan Trick Menghindari Hadangan dari pihak milisi dengan baik, masuk akal, dan aman. Dan, memang harus begitu. cK..cK..cK..brilliant…

Budi Bripda Eko

Komentar dari Roganda, rekannya:

“Pada awal tahun 2006 saya disini dan bergabung dengan orang-orang pilihan dalam FPU Indonesia, penuh semangat dan motivasi tinggi. Dan sekarang pertengahan tahun 2008, juga masih disini dengan motivasi yang sama.” (hahaha…?)

(Apa yang ada dalam hatimu, akupun tahu..!) Mr. Bripda Eko W. adalah Member of 1st Squad of 3rd Platoon, Satuan Tugas Operasi FPU (Formed Police Units) Indonesia. Bisa dipercaya dan benar-benar anggota pilihan. Dibawah pimpinan Squad Commander-nya Mr. IPTU EKO, beliau akan lebih berkembang dan memberi banyak kontribusi bagi regu, peleton, FPU, Indonesia, dan nama baik United Nations.

Pertanyaan yang sering beliau utarakan adalah, “Kapan Kita Berangkat..?” Yang beliau rasakan dan yang beliau kerjakan akan mewakili kami, Anggota FPU Pilihan. Beliau dan anggota FPU lain..

FPUers

FPUers in action……. go go go …!

FOR FPUers : JANGAN KALAH SAMA FPU BANGLADESH …!

* Bahan dari UNAMID BULLETIN judul asli : “Bangladeshi FPU in Action” , artikan sendiri yaaa… biar pinter bahasa inggrisnya… 🙂

The Bangladesh Formed Police Unit [FPU] is one out of the expected 19 FPUs to be deployed in Darfur as part of the slated 6432 man strong UNAMID Police component.

Deployed at Nyala in Sector South since November 25, 2007, it is so far the lone FPU in the mission with strength of 140, Despite initial logistical handicaps due to shipment delays, this pioneer FPU is slowly but steadily making its marks in the mission. Its self sustaining character necessitated that accommodation be addressed urgently. For four weeks they toiled relentlessly, erecting tents for offices, accommodation, and ablution at their super camp base. Courageously they braved the scorpions, snakes and dust and moved from their temporary Forward Operational Base, FOB, to the Super camp on January 21, 2008.

Once the accommodation issue was resolved, effective operational deployment began with the Sector South Police Commander introducing the FPU to firewood escort and confidence building patrols in Kalma, Otash, and El Salaam and El Sherif IDP camps.

The long range patrol from their base in Nyala to El Fasher in late February this year also provided an opportunity to evaluate their operational capabilities and acceptance by the host community. Feedback from the IDP camps and vulnerable villagers has been positive. “We feel more protected with the arrival of the FPU. We hope they will stay longer with us” Fatima Abdullah a female IDP at El Salaam said.

The FPU’s involvement in firewood escort has been of tremendous help to the IDPs. They can fetch firewood many more times during the week under the protection of the military and the FPU. The Bangladesh FPUssay they take particular pleasure in carrying out this exercise. “It is not just a duty for me. I feel morally satisfied rendering a service to humanity because humanity is one.” Enamuld Kabir FPU Platoon Commander and Liaison Officer said.

The Formed Police Units has as their primary focus to support individual Police officers in the effective execution of mandated tasks. They assist in the protection of vulnerable communities under threat of violence, conduct confidence building patrols and escort duties for IDPs as well as maintaining a presence in IDP camps.