ANOTHER FPU SERVICES IN UN MISSION : PORTUGUESE FPU

FPU Portugal sedang berpatroli di Dili, pasca penembakan Ramos Horta oleh Major Alfredo.
FPU Portugal sedang berpatroli di kota Dili, pasca penembakan Ramos Horta oleh pasukannya Major Alfredo.

Sekedar bahan perbandingan buat FPU Indonesia yang akan berdinas di UN mission in Sudan pada bulan Oktober nanti, sepertinya FPU (Formed Police Unit) yang berasal dari Portugal bisa dijadikan acuan buat FPU’ers.

Seorang FPU Portugal melakukan joint patrol dengan Polisi Timor Leste
Seorang FPU Portugal melakukan joint patrol dengan Polisi Timor Leste

FPU Portugal adalah bagian yang tidak terpisahkan dari UNMIT (United Nations Mission in Timor-Leste) yang diberi tugas berat mengawasi ibukota DILI, pusat dari UNMIT, tugas pokoknya adalah mengamankan Seluruh personil UN beserta assetnya, melakukan pengawalan VVIP kepresidenan, dan tugas tambahan lainnya seperti patroli dan penjagaan aset aset UN .

Buat FPUers adalah SUATU KEHORMATAN karena FPU Indonesia juga ditempatkan di EL FASHER yang merupakan pusat dari UNAMID (United Nation African Union MIssion In Darfur), yang artinya keberadaan kita memang diakui UN dan menjadi tulang punggung keamanan di pusat administrasi missi.

FPU Portugal memperoleh penghargaan tertinggi dari Pemerintah Timor Leste langsung melalui Presiden Ramos Horta karena pada tanggal 11 februari 2008 FPU Portugal telah menyelamatkan nyawanya dari serangan pasukan desertir pimpinan Major Alfredo.

Presiden Ramos Horta sedang memberikan penghargaan terhadap FPU Portugal karena berjasa meyelamatkan nyawanya
Presiden Ramos Horta sedang memberikan penghargaan terhadap FPU Portugal karena berjasa meyelamatkan nyawanya

FPU Portugal adalah anggota Portuguese National Republican Guard, adalah satuan Polisi Paramiliter Portugal, atau dalam bahasa Portugisnya : Guarda Nacional Republicana (GNR), GNR ini sudah banyak pengalaman melakukan tugas internasional termasuk di Timor Leste, pada saat ini ada 200 orang GNR sebagi FPU di UNMIT

FPU Portugal berdefile di Dili
FPU Portugal berdefile di Dili

For FPUers, jangan kalah sama FPU Portugal…. ok ?? , siapkan mental dan fisikmu, welcome to Darfur.

NEXT JOURNEY : EL OBEID

map_sudan_darfur

Mulai dua hari yang lalu, kami meneruskan perjalanan lagi, dari Port Sudan, Khartoum, dan sekarang El Obeid dan terakhir akan menuju El Fasher El Obeid adalah pusat logistik UN di seluruh Sudan, dan melayani 2 missi yaitu UNMIS dan UNAMID. UN logistic Base El Obeid, terletak di sebelah bandara El Obeid, dengan lokasi yang luas sekali kurang lebih 30 hektar. Segala logistic UN dari port Sudan walaupun ke Khartoum misalnya, harus melalui El Obeid yang jaraknya lebih jauh dan berputar kembali ke Khartoum (lihat peta diatas) Demikian juga peralatan FPU, sebelum memasuki mission area di El Fasher Darfur, juga harus melalui El Obeid. dan disinilah diperlukan kehadiran kami, untuk melakukan prosedur yang sama seperti di Port Sudan, yaitu melakukan recheking barang barang kita disini.

UN

Sampai kapan disini ? saya juga ngga tahu, yang jelas setelah semua barang FPU meninggalkan El Obeid baru kita bergeser lagi ke El Fasher…. Mengenai kehidupan ? memang sehari hari nampaknya dihabiskan di dalam camp, dengan ukuran yang cukup luas ada waktu kami untuk berolah raga… untuk akomodasi lumayan bagus… segalanya sudah organized well disiapkan UN, istilahnya menjadi tamu kehormatan 🙂

contener

Kami tinggal di transit camp, dalam satu kontener ber ac, dan makan di kantin lumayan enak, nih seperti gambar dibawah ini, not bad kan ?

makan

El Obeid ? kotanya bagaimana ? kotanya termasuk kota kecil dengan penduduk tidak terlalu padat, terletak di daerah savana, perbatasan dengan gurun di utara.. cuaca disini agak baik (tidak panas) seperti di Khartoum, dan kebetulan memang lagi musim hujan.

UN Log Base

Demikian laporan pandangan mata dari El Obeid, semoga betah ….. Belanda masih jauuuuh oom 😉

[PICT] PERAYAAN KEMERDEKAAN DI KBRI KHARTOUM

Perayaan kemerdekaan di rantau, suatu hal yang terasa istimewa, walaupun dihati pedih juga karena meninggalkan anak – anak dirumah, yang pasti minta dianter papanya liat pawai 17 an.. hiks .. hiks.. 😦

Foto bendera
Berkibarlah Benderaku

Bareng - bareng
Sesaat sebelum pelaksanaan upacara beserta staff kedutaan

Upacara
Formasi upacara dengan AKP Endo sebagai komandannya


Peserta upacara

Merdeka !
Semangat Kemerdekaan, Merdeka !

P1000725
Penyerahan tumpeng dari Yth Dubes kepada diplomat termuda Mr. Iman Havid

Sholat
Akhir rangkaian acara hari ini, Sholat Berjamaah berterima kasih kepada TUHAN atas Kemerdekaan yang Engkau berikan ….

Julio Canizio, dari berjuang melawan Indonesia, hingga berjuang untuk perdamaian

Ada kenangan tersendiri ketika berada di Port Sudan, hari -hari kami ditemani JULIO CANIZIO employee UN yang bertugas di MOVCON, ia seorang yang menyenangkan, ramah, smart, helpfull dan satu lagi.. sangat fasih berbahasa Indonesia, lho … he he … Ia adalah warganegara dari negara yang baru mendapat kemerdekaan dari siapa (?) hiks hiks dari Indonesia….. yaitu Timor Leste…

Hari demi hari kami banyak ngobrol tentang apa saja, sampai suatu saat secara tidak sengaja saya bertanya kepada dia : “Pak Julio, waktu masa Timor Leste masih bagian dari Indonesia bapak kerja dan tinggal di mana ? di Dili kah ?” ia menjawab : “oo tidak pak, saya tidak tinggal di kota….” , setelah itu ia mengalihkan pembicaraan. Mmmmmh saya berpikir mungkin ia tidak mau bercerita hal yang agak sensitif, ok saya juga tidak memaksa….

Dalam kesempatan lainnya kami bertemu lagi, dan berbicara lama dan seru, sampai ia bercerita sendiri : “Pak, saya dulu berjuang melawan Indonesia, 20 (dua puluh) tahun saya berada di hutan, melakukan gerilya”. waduh nampaknya benar dugaan saya Pak Julio agak enggan membicarakan soal Tim tim karena memang dia adalah pejuang Timor Leste…..

Kami bangsa Indonesia sudah memandang permasalahan itu sudah merupakan “masa lalu”, dan tidak ada dari kami bangsa Indonesia mengorek lagi luka yang lama, biarlah ini menjadi sejarah kelam yang sama – sama pernah kita alami, dan nampaknya Julio juga sependapat, tidak ada sedikitpun rasa dendam yang timbul dari dirinya, ia juga menganggap hal itu sudah “masa lalu” dan bangsa Timor Leste lebih konsentrasi untuk mencapai masa depan sebagai suatu negara yang bermartabat…. ok pak akuuuuuurrr……

Inilah ringkasan cerita tentang kehidupan pak Julio, tentunya tidak dalam satu pertemuan : Pada saat Indonesia melancarkan agresinya ke Timor Leste pada tahun 1976, Julio sedang menjalani kuliah tahun terakhirnya pada universitas di Dili, sejarahnya sebenarnya dimulai ketika adanya “Flower Revolution” di Portugal yang membawa dampak ke semua negara jajahan Portugal, termasuk di Timor Leste, karena kekosongan kekuasaan dari penjajah maka Timor Leste ingin merdeka juga, namun terkendala dengan dua partai besar yang berbeda aliran yaitu UDT (União Democrática Timorense) dan Fretelin (Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente) mereka sama – sama ingin berkuasa dan malah terjadi perang saudara, UDT tersingkir ke perbatasan dan berdasarkan Deklarasi Balibo yang menyatakan keinginan bergabungnya masyarakat Timor Leste untuk bergabung dengan Indonesia (walaupun kenyataannya tidak semua).

Buntut dari agresi tersebut, Julio yang seorang aktifis dari partai Fretelin berjuang melawan pendudukan dan lari ke hutan, juga tidak melanjutkan kuliahnya… empat tahun kemudian pada tahun 1980 ia kembali ke ibukota Dili karena tidak tahan berjuang di hutan, secara diam diam ia mendaftar lagi pada sebuah SMA mengulang dari kelas 1, walaupun pada saat itu ia tidak bisa berbahasa Indonesia, namun karena ia telah menyelesaikan sekolah lanjutan dan bahkan sudah kuliah, sekolah SMA dirasakan ringan saja (menjadi juara kelas juga), sekalian belajar bahasa Indonesia, namun sayang ahirnya penyamaran Julio ketahuan oleh lawan lawan politiknya, dia di kejar – kejar hingga sering harus kabur dari sekolah, ia sampai didatangi gurunya seorang ibu dari jawa yang mendatangi rumahnya dan membujuknya agar mau kembali masuk sekolah, dan menawari untuk mendapat beasiswa kuliah di jawa. Namun karena nyawanya terancam ia kembali lari kehutan untuk berjuang….

Maka dimulailah pengembaraannya yang panjang dengan bergerilya melawan pasukan TNI, ia kemudian menikah dan kemudian membawa istrinya ikut ke hutan, dan bisa dibayangkan ketiga anaknya lahir dalam  persembunyian mereka di hutan, kenapa ia dan keluarga bisa tetap survive selama 20 tahun di hutan……. itu semua karena  jalan menuju lokasi persembunyian sangat susah dicapai, menurutnya pasukan TNI belum pernah ada yang sampai ke tempat persembunyiannya, anak – anaknya diajarinya sendiri agar tidak tertinggal pengetahuannya dengan anak – anak yang bersekolah, untuk persediaan makanan ternyata warga desa yang bersimpati masih memberikan bantuan makan, dan mereka secara periodik “turun gunung” untuk mengambil bahan makanan, bagi rekan – rekan mereka yang “tidak teridentifikasi” malah banyak yang meneruskan kuliah dan banyak juga menjadi Pegawai Negeri (bahkan TNI) dan melakukan gerakan “clandestin”…

Namun keadaan segera berubah semenjak adanya persiapan untuk Jejak pendapat bagi warga Timor Leste, pada masa tersebut dilakukan gencatan senjata sehingga Julio dan keluarganya bisa turun gunung, ia melamar menjadi “local Staff” pada UN, karena kemampuan bahasanya ia langsung diterima, dan terus berlanjut sebagai local staff sampai berdirinya negara Timor Leste, dan pada tahun kemarin bergabung di United Nation Volunteer, ia beserta 6 orang rekannya dari Timor Leste mendapat kesempatan untuk ikut pada missi PBB di Sudan sebagai seorang “peace keeper”,  memperjuangkan perdamaian.

Sekarang Julio dan keluarganya hidup tenang di ibukota Timor Leste, Dili…. ia juga dikaruniai anak – anak yang pintar, putranya pertama mendapat beasiswa untuk menjadi mahasiswa kedokteran di Cuba, sedangkan dua adiknya masih bersekolah menengah lanjutan di Timor Leste…..

Kata Julio : “Begitulah bapak, saya masih beruntung masih diberikan Tuhan umur, pekerjaan dan keluarga yang mencintai saya, banyak teman – teman saya gugur di pertempuran, sedikit sekali  diantara mereka yang selamat seperti saya….”, demikian kata Julio menutup percakapan.

Moral dari cerita ini adalah…. Menjadi pahlawan adalah : Tepat pada waktunya dan berhasil perjuangannya….. dulu Julio dicap sebagai GPK (gerakan pengacau keamanan) namun setelah berhasil…. ia menjadi pahlawan bagi negaranya, contoh lainya mungkin pejuang palestina.. mereka sekarang disebut teroris, tapi bayangkan kalau berhasil….mereka akan disebut pahlawan….. makanya ada pepatah : “jangan jadi pahlawan kesiangan” , artinya jangan menjadi pahlawan pada saat yang tidak tepat, anda bisa jadi pecundang…. mmmhhhh bisa jadi seperti perjuangannya letkol untung cs sewaktu mau mengganti ideologi negara ini, bayangkan kalau berhasil ? ia menjadi pahlawan bukan ?

HARI HARI DI PORT SUDAN VII: YANG TERSISA

Beberapa hari yang lalu saya mendapat email dari Viktor Hernandez ia adalah koordinator FPU di UNAMID ia menulis begini :

” MOVCON has confirmed that your stay at Port Sudan is not longer necessary, therefore this Office will do the necessary arrangements along COE Offices to move you out to El-Obeid , where you will monitor the arrival of your COE equipment.”

MOVCON = Movement Control (seksi di UN yang mengurusi pengiriman barang dan personil), COE = Contigent Owned Equipment (seksi yang mengurusi peralatan kontingen yang bertugas di UN), El – Obeid = Suatu kota tempat pusat logistik UN terletak di tengah Sudan, semua pergerakan barang UN harus melalui tempat ini.

Jadi berdasarkan email ini, kami diminta untuk segera bergeser ke al Obeid, untuk kembali untuk melakukan hal yang sama seperti di Port Sudan mengecek semua peralatan kita, karena El Obeid adalah “half way” menuju Ef Fasher Darfur, tempat dimana pasukan kami akan ditempatkan………

Sungguh suatu kenangan yang tidak terlupakan, hari – hari di Port Sudan, menjelajahi pelabuhan mengecek kontainer kita, mencoba survive dengan apa yang kita miliki dan memahami budaya masyarakat setempat….. Di bawah ini saya lampirkan beberapa foto yang belum sempat ditayangkan mengenai Port Sudan….


sepanjang garis pantai “Satihul Bahar” ada tempat bersantai.


Kota Port Sudan yang lenggang


Stasion bus tempat sehari – hari kami berangkat ke kantor atau ke pelabuhan


Tukang ikan goreng favorit kami


Kopi Jahe di penjual kaki lima langganan kami

Wahh ….. namun demikian perjalanan saya masih panjang, ini hanya awal dari perjalanan panjang selanjutnya… masih lama lagi menunggu sampai fixed seluruh barang sampai di “final destination”  Darfur dan memulai missi yang akan berjalan 1 tahun lagi, dan saya sendiri sudah 3 bulan disini…… jadi kebayang kan ? berapa lama saya akan berada di negara ini ?

Namun walaupun demikian, saya sudah menemukan bagaimana cara menghindari kejenuhan … yaaa itu, nikmatilah setiap perjalananmu, ada suatu yang tergores dalam catatan sejarah hidupmu…. termasuk disini di Port Sudan……….


Pesawat kami sudah menunggu, menuju langkah selanjutnya… good bye Port Sudan…