WAJAH BARU TERORIS DI INDONESIA

Tulisan ini sekedar menghubungkan peristiwa terorisme yang terjadi belakangan ini berdasarkan apa yang saya lihat dalam media pers baik televisi atau media cetak, teroris yang saya maksud adalah teroris yang berafiliasi dengan Noordin M Top, mudah mudahan nyambung ….. 🙂

Saifudin Jailani .... Sang Maestro perekrut pelaku bom bunuh diri ...
Saifudin Jailani .... Sang Maestro perekrut pelaku bom bunuh diri ... Foto dari detik.com

Teroris di Indonesia memang telah bertransformasi dengan bentuk dan metode baru dalam menyebarkan teror…. hal itu wajar dalam setiap perbuatan manusia  selalu belajar dari hal yang pernah dikerjakannnya, melakukan trial and error, apa yang bagus diteruskan dan tidak baik ditinggalkan….

Kalau kita melihat peristiwa teror bom pada tanggal 17 Juli di JW Marriot dan Ritz Carlton, saya melihat bahwa cara dan metode mereka melakukan aksinya berbeda dengan teror bomb sebelumnya seperti:  Bali 1, Bali 2 , Kedutaan Australia dan beberapa aksi teror bom lainnya, antara lain :

1. Infiltrasi Agen : Hal ini yang sangat mengagumkan, seperti kita tahu bahwa Ibrohim alias Boim pekerja penata bunga di Hotel JW Marriot, telah disusupkan ke hotel ini 2 (dua) tahun sebelum peristiwa bomb terjadi, kenapa begitu lama ? kalau menurut saya ia disisipkan demikian lama untuk mengenal jengkal demi jengkal targetnya,  kemudian membangun hubungan emosional dengan pekerja lain, sehingga pada saat ia “menyelundupkan” bom ke dalam Hotel tidak melalui pemeriksaan yang ketat atau bahkan tidak diperiksa, bahkan ia bisa memberi akses kepada orang lain si pelaku bom bunuh diri untuk masuk dan mempelajari situasi ….. cerdik bukan ? dan tidak heran pelaksanaan aksi teror bomb “almost perfect” dan jadilah Boim sebagai “jendral lapangan” pengendali aksi ….

2. Rekrutment: Telah terjadi juga perubahan yang sangat berbeda, kelompok teroris ini ternyata menggunakan pemuda yang sangat belia sebagai pelaku bom bunuh diri,  secara psikologis memang usia ini masih sangat labil, sehingga gampang dimasuki suatu pemahaman yang radikal yang menganjurkan mereka untuk mengorbankan dirinya…. Ditambah lagi dimasuki seorang yang sangat mengusasai tentang pemahaman tersebut Saifudin Jailani seorang sarjana cemerlang lulusan Yaman. Kenapa mereka berbuat ini ? Menurut saya kembali ke masalah efisiensi, mereka bisa merekrut banyak orang dalam waktu singkat, dan menjadikan mereka pasukan Martir, berbeda hal nya mereka mengambil calon dari pesantren atau akademisi yang lebih “berisi” pemahamannya… tingkat kegagalan ? pasti tinggi kan ? mereka pasti lebih banyak “berdebat”  ketimbang memberi pengertian kepada mereka yang masih “hijau”  …

3. Target Sasaran: Ada perubahan jenis target, pada aksi berikutnya walaupun keburu digagalkan oleh Densus 88, mereka mengincar Pemerintahan atau Kepala Negara yaitu Presiden… Selama ini kita mengenal kelompok ini selalu mentargetkan Amerika Serikat dan Sekutunya negara barat lainnya berikut kepentingannya, namun sekarang mereka menargetkan juga Presiden, Istana Presiden dan Lambang negara lainnya, kenapa hal ini terjadi ? Menurut saya bisa banyak hal, terungkap dari media yang saya baca, mereka merasa dendam atas dieksekusinya ketiga rekan mereka Amrozi Cs,  ada hal lain yang bisa saya lihat … mungkin juga sebagai ungkapan frustasi kelompok ini karena ternyata sangat sulit mewujudkan cita cita mereka dan cara yang paling efektif menurut mereka adalah membunuh kepala negara, yang jelas mereka belajar dari Pembunuhan  Rajif Gandhi, Anwar Sadat  dan Hariri… Mereka ingin menimbulkan chaos dan kepanikan dari masyarakat dan memanfaatkan situasi kekosongan kekuasaan seandainya aksi pembunuhan ini berhasil dan yang lebih penting menyampaikan pesan bahwa mereka telah membunuh kepala negara “sekuler” yang tidak sesuai dengan tujuan dan cita cita mereka.

4. Pola Waktu Eksekusi: Terungkap dalam penjelasan Kapolri kepada pers bahwa kalau tidak tertangkap duluan mereka akan melaksanakan aksinya lagi 14 hari setelah peristiwa pertama, dan akan dilakukan aksi lain dengan waktu yang berdekatan. Kalau kita melihat peristiwa sebelumnya, peristiwa bom Bali 1 , 2 , Bom Kedutaan Australia dan Bom Kuningan jarak peristiwa satu dan lainnya bisa bulanan hingga tahunan, tapi dalam aksi yang terbaru mereka merencanakan aksi terus menerus dan tanpa henti dalam jarak waktu hanya dalam hitungan hari, hal ini terindikasi dengan besarnya persediaan bahan peledak dan terungkapnya banyak calon pelaku bom bunuh diri dikabarkan Saifudin Jailani telah merekrut 15 orang yang siap melaksanakan aksinya, kenapa hal ini terjadi ? Menurut pendapat saya hal ini merupakan trend baru aksi teror, seperti yang terjadi di serangan di kota Mumbai dan aksi teror masif di Pakistan, mereka ingin menjadikan Indonesia sebagai “area perang” yang nyata… pola perjuangan mereka menjadi “urban war” atau perang kota…. yang pastinya akan menimbulkan kepanikan masyarakat yang luar biasa…tentunya untuk percepatan pencapaian tujuan mereka…

Kesimpulan

Memang masih banyak lagi “perbedaan”  yang bisa saya lihat, tapi menurut saya sifatnya sangat teknis kepolisian …. Memang kelompok teroris adalah kelompok yang sangat cepat bertransformasi dan beradaptasi dengan cara dan metode baru, hal ini wajar karena kelompok ini selalu diburu dan hal ini adalah cara mereka untuk tetap survive dan eksis…. Mudah mudahan tulisan saya sedikit memberi pemikiran kepada kita semua, bagaimana cara yang paling efektif untuk melawan aksi teror dengan wajah baru mereka…. sudah dapat metodanya ? jangan khawatir mereka pasti menemukan cara yang lebih baru ….

Saya sih berharap keberuntungan tidak akan pernah berpihak kepada mereka … NO PLACE FOR TERRORISM  !

Memahami Pesan Bomb di JW Marriot dan Ritz Carlton

OMG … saya mendapat sms tentang bomb ini hanya 3 menit setelah meledaknya bomb ini, bahkan di tv pun belum ada berita tentang peristiwa ini …. di Metro TV yang pertama mensinyalir bahwa ada sebuah ledakan … bahkan mereka awalnya menconfirm adanya bom berasal dari genset yang meledak. Begitu saya mendengar ada 2 buah ledakan dari tempat yang hampir berdekatan, saya langsung berkesimpulan: “mmmhhh that is afirmative a terrorist act ….!”

Ritz Carlton Hotel... riwayatmu kelam ...
Ritz Carlton Hotel... riwayatmu kelam ...

Saya jadi teringat suatu pendapat mengenai aksi terorist dari Arthur H. Garrison : Defining Terrorism: Philosophy of the Bomb, Propaganda by Deed and Change Through Fear and Violence.

Terrorism is not victim based, it is goal and objective based. When terrorism is understood from this point of view, it is clear that one man’s terrorist is not another man’s freedom fighter. Terrorism cannot be defined by attacks on ‘civilians’ or on ‘innocents.’

Teroris tidak melihat seberapa korban yang jatuh, tetapi mereka lebih berdasarkan tujuan, bila teroris dimengerti dari titik pandang ini.. sangat jelas bahwa seorang teroris adalah bukan seorang pejuang pembebasan, teroris tidak hanya didefinisikan dengan menyerang target sipil atau tidak berdosa…Nah kembali melihat peristiwa ini, kita bisa menganalisa kira – kira “bahasa dan pesan” apa yang ingin pelaku sampaikan dalam peristiwa ini ….

Sebelum kita menginjak ke sana, mari kita lihat bagaimana bomb itu meledak secara teknis, saya menduga bom itu adalah bomb “High Explosive” adalah bomb yang sangat jelas berbeda dengan peristiwa teror yang melanda Indonesia sebelum ini.. ??

Kenapa High Expolsive ? High Explosive Bomb adalah bomb yang berasal dari pabrikan yang biasa digunakan oleh militer atau pertambangan,  ciri – cirinya:

1. Asap yang ditimbulkan pasca ledakan, asap yang timbul hanya asap putih, karena pada dasarnya bomb ini tidak mempunyai efek bakar.

2. Efek Blast, atau letupan udara akibat ledakan sangat terlihat… terlihat dari korban yang bajunya robek robek namun tidak terbakar dan kaca pecah, beberapa korban yang dekat TKP juga terlempar akibat besarnya efek Blast.

Apa bedanya dengan Low Eksplosive Bomb ? Bomb ini adalah bomb yang dirakit tersendiri tidak menggunakan bomb standar pabrik, namun jangan dibayangankan karena disebut “low explosive”  hasilnya juga “low” , bisa dibayangkan bomb yang di Bali yang menggunakan pupuk Urea, atau bomb yang di JW Marriot sebelum peristiwa ini menggunakan Bahan Bakar Solar.  Biasanya “Low Expolosive Bomb” setelah ledakan akan menimbulkan asap hitam akibat terbakarnya residu tidak sempurna, dan akan terjadi kebakaran…

Jadi kesimpulan dan pesan apa yang hendak disampaikan dengan aksi teror ini ?

1. Peristiwa ini  peristiwa bomb bunuh diri (confirmed by KAPOLRI sore ini), saya pastikan penjagaan masuk ke hotel Ritz Carlton atau JW Marriot sangat ketat sehingga memang agak sulit seorang membawa bomb menggunakan mobil atau ransel berisi bomb masuk kedalam.  Saya menduga bom diselundupkan secara sedikit sedikit dari tamu yang terlebih dahulu menginap dihotel, seperti disinyalir oleh sebuah stasiun televisi. Sungguh suatu cara yang cerdik, mereka menginap sebagai tamu hotel dan merakit bomb di kamar hotel, dan meledakkan dirinya dengan membawa tas berisi bomb tanpa dicurigai.

2. Kalau melihat Jenis bomb yang “High Explosive” dan saya menduga  mereka adalah “Kelompok berbeda” dengan “Kelompok teroris terdahulu”, atau bisa jadi mereka adalah kelompok bentukan baru, seperti yang disinyalir oleh Presiden SBY dalam keterangan Pers jam 15.00 tadi yaitu kelompok kelompok yang anti kemapanan dan keberhasilan ekonomi (juga pilpres) Indonesia juga jangan menampikkan peristiwa di Papua beberapa hari belakangan ini kan ? Dan kemungkinan yang paling mungkin adalah pelaku dari sempalan kelompok Noordin M top yang masih bergerak hingga sekarang.

3. Patut dicurigai juga mengenai ledakan yang nyaris terjadi sebelum kedatangan team sepak bola Menchester United ke Indonesia, pesan yang disampaikan jelas yaitu Indonesia adalah negara tidak aman

4. Kenapa pelaksanaannya hari “H” nya hari Jumat dan Jam “J” nya jam 8 pagi ? hehe terus terang saya belum bisa menganalisis sejauh ini …. terlalu banyak faktor misalnya: Jam pergantian Satpam atau security, Jam breakfast para tamu hotel ramainya jam segitu sehingga kalau ada pembawa bomb tidak terlihat,  sampai agar “pesan” nya lebih terasa kalau pagi hari dengan pasti hadirnya semua media pers  ke lokasi dan “pesan” nya lebih menggaung dipenjuru dunia..

5. Kenapa terjadi di dua buah hotel asing yang merupakan milik Amerika Serikat ? hmmmmh bisa jadi pertimbangan juga sih  .. ,memang selama ini “Hospitaly Industri” selalu menjadi “soft target” bagi peristiwa ini , ingat peristiwa di Pakistan , India, Mesir ? beberapa waktu belakangan ini ? semua terjadi di Hotel … pesannya ? Tentunya melabrak kepentingan asing (terutama Amerika) di Indonesia ….

Begitulah sekedar unek unek saya yang hanya tebak buah manggis… satu harapan saya peristiwa ini segera terungkap … yang jelas si pelaku teror telah berhasil menyampaikan pesannya …. semoga pesan itu segera terbantahkan dengan diungkapnya peristiwa ini ….. NO PLACE FOR TERRORISM ….one man’s terrorist is not another man’s freedom fighter….