Perjuangan Atau Terorisme ?

Saya pernah berbicara dengan seorang Akademisi, ia mengatakan bahwa tahanan pelaku terorisme tidak boleh disamakan dengan pelaku kriminal biasa, mereka adalah tahanan politik ….. Kata – kata teroris adalah suatu pembusukan daripada nilai perjuangan mereka…. mereka berjuang bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mereka berjuang untuk suatu tujuan politik … Setelah saya renungi, sepertinya memang benar juga, memang pelaku – pelaku teroris dimanapun juga di dunia mereka berjuang untuk sebuah tujuan Politik seperti:

Macan Tamil di Srilangka
Macan Tamil di Srilangka

Macan Tamil ( Tiger Eelam) di Srilangka, mereka termasuk daftar organisasi teroris dari PBB dan terdaftar sebagai organisasi teroris di 32 negara,  bermaksud memisahkan diri dengan saudara – saudara mereka setanah air yang mayoritas dari etnis Sinhala dan beragama Budha, sedangkan mereka minoritas Hindu dari etnis Tamil… pada intinya mereka memperjuangkan hak politik mereka (melalui organisasi ini) untuk bisa berdiri sama tinggi dengan rekan sebangsanya dari etnis Sinhala,  Macan Tamil sudah melakukan perjuangan bersenjata dan melakukan aksi – aksi teror untuk melemahkan moral pemerintah pusat,  cara – cara teror adalah cara yang dipandang efektif untuk melemahkan moral lawan, namun ….. dengan cara itulah mereka di cap sebagai kelompok teroris, padahal jelas perjuangan mereka adalah perjuangan politis …. dan untuk mencapai tujuan mereka punya hak juga untuk menempuh cara yang mereka anggap benar, taktik yang banyak mereka gunakan: 1. Bom bunuh diri menggunakan anggota organisasi ini yang telah di doktrin terdiri dari anak anak dan wanita 2. Pembunuhan tokoh (Perdana menteri India Rajiv Gandhi dan Presiden Srilangka Ranasinghe Premadasa) 3. Penyerangan terhadap target sipil (pemboman stasion kereta, dan pembunuhan massal). Macan Tamil mengalami kekalahan besar tahun lalu setelah pemimpin Kharismatik mereka Velupillai Prabhakaran terbunuh dalam suatu serangan pemerintah Srilangka di Jaffna.

Hamas di Palestina
Hamas di Palestina

Hamas (Ḥarakat al-Muqāwamat al-Islāmiyyah) Organisasi ini adalah organisasi yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh PBB dan banyak negara lainnya, cita cita organisasi ini adalah mendirikan negara Palestina di seluruh tanah palestina , tanpa negara Israel lagi ada didalamnya. Persis seperti pada sebelum tahun 1967 pada saat negara Israel belum ada di peta manapun di dunia. Menurut saya pribadi tujuan organisasi politik ini adalah benar, karena pada hatekatnya organisasi politik manapun mempunyai tujuan atau cita – cita tertentu, dan mereka berhak menempuh cara apapun untuk mencapai tujuan tersebut.  Cara – cara perjuangan mereka yang disebut Intifada menggunakan taktik gerilya, penggunaan bom bunuh diri dan menggunakan roket untuk melawan Israel, tetap dipandang sebagai aksi teroris. Namun sampai sekarang tujuan kelompok ini belum mendapat kemajuan karena negara Israel masih berdiri dengan kokoh, dan lucunya mereka masih mendapat rifal utama dari bangsa sendiri yaitu kelompok Fattah (PLO) yang bersifat lebih moderat dan tetap mengakui negara Israel.

From Zero to Hero (perjuangan yang berhasil dan tidak disebut teroris lagi), ini adalah contoh suatu kelompok yang bertujuan politis yang pernah dicap sebagai kelompok teroris, namun seiring dengan berhasilnya perjuangan mereka cap itu sirna dengan sendirinya, seperti contohnya :

Maoist di Nepal
Maoist di Nepal

Maoist di Nepal (The Unified Communist Party of Nepal), kelompok ini dalam perjuangannya pernah tercatat sebagai kelompok teroris oleh PBB, beberapa tokoh utamanya pernah sebagai buronan “Red Notice” oleh interpol, tujuan utama kelompok politik ini adalah mengubah bentuk negara yang bersistem Kerajaan menjadi sistem Komunis, dan perjuangan mereka telah berhasil, sehingga mau tidak mau julukan sebagai “teroris” ditinggalkan, dan aparat keamanan yang dulunya mengejar mereka terpaksa mengakui eksistensi dan berada dibawah kepemimpinan kelompok yang dulu mereka lawan. Pada masa perjuangan mereka antara tahun 1994 – 2002 banyak sekali aksi teror yang dilakukan oleh kelompok Maoist terhadap pemerintah seperti aksi pemboman, penculikan dan pembunuhan, jadi aksi teror adalah salah satu cara perjuangan bukan ?

Sedikit kesimpulan saya mengenai hal diatas :

1. Sebenarnya kelompok teroris yang ada sekarang ini, dari paham politik manapun, semuanya untuk memperjuangkan suatu tujuan politik tertentu, tidak ada kelompok teroris yang bertujuan pribadi dan keuntungan semata, nah kalau kelompok ini bisa disebut kelompok Gangster atau Mafia.

2. Jadi kalau mau jujur kelompok teroris di Indonesia seperti JI, NII atau yang terbaru JAT adalah suatu kelompok yang memperjuangkan suatu tujuan Politik yaitu menjadikan Indonesia sebagai suatu Negara yang berdasarkan Syariat Islam. Dan kalau mau jujur pula UU Anti Terorisme adalah suatu Kriminalisasi dari upaya perjuangan politik yang dilakukan kelompok ini. tapi bagi pemerintah UU ini perlu diadakan untuk mencegah berkembangnya lebih besar kelompok ini, kalau kelompok ini terlanjur besar dan powerful pemerintah akan sangat kesulitan menghadapinya, bisa – bisa kejadian seperti kelompok Maoist di Nepal.

3. Aksi aksi Teror adalah suatu bagian dari perjuangan, jadi mohon maaf selama paham atau ideologi atau cita – cita suatu kelompok ini, melalui perorangan yang ikut didalamnya tidak di Re-edukasi atau bagi anggota kelompok radikal tidak dilakukan De-radikalisasi untuk menghilangkan paham itu, maka selama itu aksi perjuangan mereka (salah satunya) melalui aksi teror tetap akan ada, dan tidak pernah akan hilang.

4. Yang paling tidak diharapkan adalah jika kelompok politik ini menjadi “The Winner”, dari mereka yang tercap sebagai “teroris” akan menjadi Pahlawan (from Zero to Hero)….. sudah terbukti bukan ? Maka itu waspadalah, jangan biarkan kelompok ini menjadi besar dan menjadi pemenang … hehehe … 😛

Membebaskan Sandera (Pengalaman Sendiri Loh….)

Entah kenapa beberapa tulisan saya ke belakang selalu menulis tentang pembebasan sandera, rupanya sekarang saya harus dihadapkan sendiri dengan situasi pembebasan sandera… 🙂

Foto penyandera setelah keluar dari rumah, di tempat ini juga si penyandera dilumpuhkan (taken from my BB)
Foto penyandera setelah keluar dari rumah, di tempat ini juga si penyandera dilumpuhkan, di depan tampak anggota Densus pak Eka (taken from my BB)

Berawal pagi hari ketika sedang duduk di kantor pada hari rabu tanggal, tiba tiba saya di telepon direktur saya untuk segera berangkat ke TKP penyanderaan yang berada di daerah Mayang Kota Baru, Jambi Pada awalnya saya tidak ada gambaran bagaimana situasi keadaan orang yang di sandera..

Sesampai di TKP terletak pada sebuah rumah bertingkat di tepi jalan yang ramai, di sekeliling rumah sudah penuh sekali dengan warga yang berdesakan ingin mengetahui apa yang terjadi… yang saya lihat ketika datang masuk ke dalam rumah sudah banyak anggota polisi di dalam rumah, pandangan mereka mengarah ke dalam sebuah kamar tidur, begitu saya menengok ke dalam saya melihat ada seorang laki laki dengan menggunakan cadar yang terbuat dari sarung, menggenggam sebuah pisau dan di dalam dekapan nya ada seorang anak laki – laki kecil….. nampak di dalam kamar ada seorang polisi sebagai negoisator sedang bernegoisasi dengan penyandera…. nampaknya belum ada titik terang setelah anak ini disandera 1 jam…

Saya lalu meng – assestment situasi, saya melihat ruangan, saya melihat posisi sandera, posisi penyandera, dan kemungkinan untuk melakukan upaya pembebasan sandera….hmmmhhh posisi penyandera yang berada di pojok ruangan dan jendela yang berteralis dibelakang penyandera sulit untuk dilakukan penyerangan, kalau dilakukan pasti anak kecil yang tersandera akan tertusuk pisau yang dari tadi sudah menempel di lehernya.

Foto penyandera dan sanderanya (courtesy Jambi express online)
Foto penyandera dan sanderanya (courtesy Jambi express online)

Kemudian saya mengambil alih petugas yang ada di dalam rumah itu dan menurunkan anggota saya yang terlatih untuk bernegoisasi AKP Eka… diketahui tuntutan dari penyandera adalah uang 20 juta dan sebuah kendaraan yang menurutnya untuk mengobati ibunya yang sakit di daerah Bungo (yang kemudian diketahui ini hanya alasan saja)… “cling” otak saya berputar keras… ooo saya ingat di tas saya ada uang kantor sebanyak 10 juta … langsung saya ambil dan diserahkan ke penyandera melalui pak Eka, …. si penyandera tidak mau sebelum uangnya lengkap, saya pun berusaha untuk mencari kekurangannya… kebetulan sipemilik rumah punya uang 5 juta… lalu dengan berpura – pura mengatakan bahwa uang itu semua 20 juta… eh si penyandera bersedia menerima… kemudian ia minta diantar menggunakan mobil… sambil menggendong anak kecil itu dan menempelkan pisau dilehernya, ia keluar dari kamar … kami semua “mengosongkan” area, karena syarat ia mau keluar kamar adalah sekitarnya tidak ada orang, ia kemudian keluar dari rumah dengan tuntunan pak eka… Memang hal ini sempat saya bisikkan untuk menuntun keluar rumah yang merupakan gang kecil, cocok sebagai “killing zone” , memang secara otomatis anggota lain sudah siap – siap disepanjang gang… pada saat dia keluar rumah … dengan sedikit kedipan mata, bruk…. anggota langsung menyerbu dan menimpa tersangka, yang paling utama adalah menyelamatkan anak kecil tersebut… dan yang kedua mengamankan senjata tajam dari tersangka… dan selesailah seluruh drama sepanjang pagi itu, anak kecil tersebut selamat tanpa luka sedikitpun, pelaku tertangkap .. dan yang paling penting uang saya selamat hehehehe… sempat stress juga soalnya itu uang kantor…

ok deh, learning point yang saya dapat hari itu adalah :

1. Dalam sebuah situasi penyanderaan segera kita lakukan assesment (menilai) situasi menilat dari segala aspek seperti : posisi penyandera, posisi tersandera, senjata yang dipakai, lokasi penyanderaan, cuaca, jalan keluar, jalan alternatif .. hal ini harus cepat dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya.

2. Diperlukan suatu tindakan yang segera berdasarkan hasil assetment kita, bagaimana Cara Bertindak (CB) untuk menyelamatkan sandera, hal ini diperhatikan soal lokasi “killing zone” yang cocok, dan yang lebih penting lagi bagaimana menyelamatkan sandera, jangan sampai ia terluka atau terbunuh.

3. Cara – cara kreatif diperlukan untuk bertindak, inisiatif yang segera dengan memperhatikan juga faktor keinginan penyandera, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi kita sendiri… dalam peristiwa ini saya melihat faktor uang menjadi main concern dari pelaku, kita ikuti saja kemauannya sepanjang masih masuk akal ….

4. Jangan biarkan waktu berlalu dengan percuma, waktu saya datang ke TKP telah berlangsung negosiasi alot , perhatikan juga kondisi kejiawan tersandera apabila terlalu lama disandera, segera ambil tindakan dengan cepat, sebelum penyandera berubah pikiran atau mengetahui skenario kita.

itulah sedikit Learning point yang saya dapat dalam upaya pembebasan penyadera… untuk cerita lengkapnya dan latar belakang peristiwa tersebut dapat dilihat beritanya :

Joko Melunak Diberi Rp 15 Juta

Jika Gagal Kubunuh

Waduh, dengan peristiwa begini saja rasanya tegang juga, membayangkan kalau peristiwanya lebih besar seperti penyanderaan bersenjata …. pasti CB nya akan lebih rumit daripada yang saya lakukan pagi itu … Alamak !

Blunder Pembebasan Sandera di Manila

Menyedihkan, hanya itu ungkapan saya melihat apa yang terjadi di Manila. drama penyanderaan itu menyebabkan 8 orang turis dari Hongkong tewas, dan operasi pembebasan dari swat nya Philipina “Gatot” (gagal total), bayangkan untuk melumpuhkan seorang penyandera membawa korban 8 orang yang disandera, sungguh harga yang sangat mahal …. seperti cerita saya  sebelumnya tentang operasi pembebasan sandera atlet Israel  yang gagal di Munchen pada tahun 1974.

Rolando Mendoza
Rolando Mendoza sang pembajak

Adalah seorang perwira Polisi BSH (Barisan Sakit Hati) bernama Rolando Mendoza, yang dituduh melakukan tindakan Kriminal melakukan perampokan dan penganiayaan terhadap seorang Juru masak, kemudian akibat perbuatannya ia dipecat dengan tidak hormat dari Kepolisian, karena tidak merasa bersalah dan rasa frustrasi yang mendalam ia membajak sebuah bus yang membawa turis Hongkong yang berisi 25 orang dengan membawa sebuah senjata M 16, Tujuan penyanderaan ini adalah untuk menarik perhatian para petinggi Polisi Philiphina untuk mempekerjakan lagi sebagai Polisi.

Mari kita bahas yuk, bagaimana proses penyelamatan sandera yang gagal itu:

1. Prinsip pembebasan sandera adalah meminimalkan sesedikit mungkin korban tersandera, dengan melumpuhkan penyandera. Memang segala resiko dalam operasi pembebasan selalu saja, yang paling pasti adalah resiko para pasukan pembebas, ini adalah resiko yang harus dihadapi… jadi walaupun ada korban di pihak pasukan yang penting para sandera bisa selamat. Melihat korban dipihak tersandera yang banyak, sudah pasti ini adalah kesalahan pasukan pembebas, ataupun management operasi pembebasannya.

situati penyerangan dengan perlengkapan yang tidak lengkap
situati penyerangan dengan perlengkapan yang tidak lengkap, serta taktik yang salah

2. Kelengkapan perorangan pasukan pembebas juga harus sesuai standart, melihat gambar diatas, sudah jelas sekali perlengkapan perorangan pasukan pembebas seperti decker kaki dan tangan yang melidungi sikut dan dengkul apabila dalam posisi taktikal, dalam foto ini terlihat mereka tidak menggunakan helm pelindung yang lebih fatal lagi diantara mereka ada yang tidak menggunakan semuanya termasuk “body veist” atau baju anti peluru. Sudah jelas sekali kekurangan peralatan menyebabkan gerakan pada saat penyerbuan kurang nyaman… itu berakibat serangan tidak optimal.

3.  Taktik operasional pembebasan, wah ini yang paling menyedihkan

a. Ternyata di dalam bus terdapat sebuah TV dan bisa disaksikan oleh sang penyandera …. jadi kelihatan lah pergerakan pasukan pembebas,  salah satu faktor yang membuat ia nekad dan mulai membunuh sandera ketika Mendoza melihat di TV adik laki – lakinya dan juga istri dan anaknya di bawa ke kantor polisi… ia juga melihat di TV bahwa pemerintah philipina menolak lembaga ombudsman yang membela Mendoza tidak mengabulkan untuk mempekerjakannya kembali … apabila hal ini diketahui dari awal bisa dilakukan “jam” terhadap sinyal TV.

b. Ini yang lebih gawat, polisi baru melakukan serangan setelah korban sandera terbunuh satu persatu, rata – rata korban ditembak di kepala dengan M 16 yang dibawa Mendoza,  jadi saya mendapat kesimpulan kepolisian hanya menganggap remeh peristiwa ini, tidak mempertimbangkan bahwa Mendoza akan berbuat senekad ini….

c. Unsur pendadakan dalam suatu serangan tidak terjadi, saya melihat polisi melakukan penyerangan dengan membawa godam untuk memecahkan kaca, lucunya setelah beberapa kali memukul kaca tidak pecah – pecah…  melihat aksi ini Mendoza menembak keluar dan serangan terhenti sementara, baru melakukan penyerangan lagi setelah menyelamatkan polisi yang terluka …weleh sekali maju pantang mundur mas …. biar ada korban dari pasukan itu sudah resiko maju terus…

d. Pelatihan skenario tertentu tentang operasi pembebasan rupanya tidak dilakukan (atau jarang dilakukan), kalau pasukan swat philipina terus menerus dilatih dan di dril dengan macam – macam taktik pembebasan senjata pasti mereka sudah hapal mati siapa dan berbuat apa…. Saya mendapat foto latihan kering (belum full gear) pembebasan sandera oleh Densus 88 Polda bali dengan skenario sama persis yaitu penyanderaan di Bus.

Latihan kering skenario pembajakan bus oleh Densus 88 Polda Bali
Latihan kering skenario pembajakan bus oleh Densus 88 Polda Bali

Mudah – mudahan polisi Philiphina segera membenahi diri untuk siap menghadapi ancaman dan tantangan di masa yang akan datang … kepada korban warga Hongkong saya mengucapkan rasa duka yang mendalam …