Hoax

hoax
Berkembangnya media sosial sebagai salah satu cara berkomunikasi antar manusia sekarang ini membuat media mainstream seperti Televisi, Koran dan Majalah mempunyai saingan yang berat, arus infomasi yang tadinya didominasi oleh media ini tersaingi dengan informasi yang didapat dari media sosial yang lebih masif, sehingga orang tidak merasa perlu lagi menerima informasi dari media mainstream. Kita melihat banyak media baik koran, majalah dan TV telah gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan sosial media, karena media sosial dikemas dengan cara yang lebih menarik, ketertarikan masyarakat untuk membaca berita yang “benar” dan sesuai dengan kaidah jurnalistik jadi memudar, masyarakat lebih tertarik dengan berita – berita “recehan” yang ditampilkan dalam media sosial, dan justru konten recehan ini berpotensi besar memuat berita hoax.

Apakah hoax itu ? Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoax merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoax bukan sekadar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta. Biasanya konten hoax memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.

Konten-konten hoax dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu misinformasi dan disinformasi.

Misinformasi adalah jenis hoaks di mana kebenaran berita atau informasi dipelintir sedemikian rupa sehingga membentuk narasi yang menyimpang dan menyesatkan banyak orang. Penyebaran misinformasi biasanya terjadi secara tidak sengaja karena kabar yang beredar disampaikan dari mulut ke mulut dan memungkinkan setiap orang mengurangi atau menambahkan informasi itu.

Disinformasi merupakan informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk menipu atau merekayasa dengan motif tertentu. Disinformasi adalah bagian dari misinformasi yang sifatnya mengada-ada atau menciptakan sesuatu yang benar-benar tidak ada sama sekali.

Berikut ini identifikasi dari berbagai jenis Misinformasi dan Disinformasi, yang merupakan Hoax, dengan beberapa contohnya antara lain:

→ Satire atau Parodi, dibuat dengan tidak berniat untuk merugikan, tetapi berpotensi untuk mengelabui,

contoh dibawah adalah pada saat pilpres 2018 kemarin dengan menampilkan profesor Tokuda, tetapi kenyataannya sosok laki-laki itu diketahui sebagai sosok pemeran film dewasa asal Jepang, yang bernama Shigeo Tokuda (84). Dia bukanlah seorang profesor atau ahli demokrasi sebagaimana tertulis.

D9ow95dVUAAln7J

→ Konten yang Menyesatkan, di dalamnya biasanya ada penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu.

Beredar sebuah artikel berita yang menyatakan seorang peneliti ganja bernama Prof. Dr. Musri Masman mengatakan bahwa senyawa dalam ganja bernama CBD mampu menangkal COVID-19. Berdasarkan hasil penelusuran, sampai saat ini belum ada bukti bahwa kandungan CBD dapat menangkal COVID-19. Melansir dari analyticalcannabis.com pimpinan sains dalam Association for the Cannabinoid Industry, Dr Andy Yates mengatakan tidak ada bukti bahwa CBD dapat berperan untuk mencegah virus Corona atau COVID-19.

Ganja-Corona-002

→ Konten Tiruan, Ini adalah ketika sebuah sumber asli ditiru / diubah untuk mengaburkan fakta sebenarnya.

contoh artikel tersebut bukanlah tulisan atau pun pernyataan dari Jusuf Kalla. Artikel tersebut termasuk ke dalam hoaks berulang, karena sudah pernah muncul di tahun 2017 dan dimunculkan lagi pada tahun 2018.

Snipaste_2019-01-23_12-30-41-579x381-2

→ Konten Palsu, berupa konten baru yang 100% salah dan secara sengaja dibuat, didesain untuk menipu serta merugikan.

Contoh konten dibawah ini seolah – olah di release oleh media mainstream, namun dipalsukan kontennya

Snipaste_2020-03-30_08-23-13-678x381

→ Keterkaitan yang Salah, Ini adalah ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terikat antara satu dengan yang lainnya.

Contoh di Inggris ketika viral disebutkan ada video dan gambar kerusuhan karena lockdown akibat Virus Corona pada tahun 2020, pada kenyataannya gambar tersebut adalah kerusuhan di Peckham, Inggris terjadi pada 8 Agustus 2011 dan merupakan salah satu rangkaian protes di tanggal 6—11 Agustus 2011.

Screen Shot 2020-03-30 at 17.33.13

→ Konten yang Salah, ketika konten yang asli dipadankan atau dikait-kaitkan dengan konteks informasi yang salah.

Pesan berantai memelintir konteks berita dari cnnindonesia.com yang tautannya ikut disertakan. Pemberitaan cnnindonesia.com yang berjudul “Warga AS Tewas Usai Minum Cairan Mengandung Chloroquine” tidak membahas obat chloroquine membuat seorang pria di Amerika Serikat meninggal dunia namun pria itu meninggal lantaran menenggak cairan pembersih akuarium yang di dalamnya terdapat kandungan chloroquine.

Screen Shot 2020-03-30 at 17.17.12

→ Konten yang Dimanipulasi, ketika informasi atau gambar yang asli sengaja dimanipulasi untuk menipu

Gambar yang tersebar melalui pesan berantai merupakan hasil suntingan dari pemberitaan detik.com dengan judul “Pandemi Corona, Anies Baswedan: Warga Jakarta Jangan Pulang Kampung” yang tayang pada tanggal 15 Maret 2020. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti pada gambar yang tersebar di Whatsapp.

anies