Bullet resistant bra for German Policewoman

Bra pembagian buat Polwan Jerman, lengkap dengan tulisan Polisi, masih berani ngga ya maling dari jemuran ?? hahaha
Bra pembagian buat Polwan Jerman, lengkap dengan tulisan "Polisi", masih berani ngga ya maling dari jemuran ?? hahaha

Polisi wanita Jerman kini dilengkapi dengan “bullet resistance bra” untuk memberikan mereka keamanan komplit ketika bertugas. Disinyalir penggunaan baju anti peluru bagi polisi wanita masih dianggap berbahaya, karena ternyata ketika peluru tertembak, walaupun tidak mengakibatkan fatal, tekanan akibat tembakan bisa membuat bahan plastik atau logam sebagai bahan dasar bra bisa melukai bagian badan.

Telah dikembangkan pakaian dalam baru (bra) yang mampu menahan tekanan akibat tembakan, setelah ditemukan ternyata bra biasa dapat menimbulkan luka pada saat berdinas.

Ini dia bra tersebut, lengkap kok untuk ukuran tocil sampai toge ha ha ha ha
Ini dia bra tersebut, lengkap kok untuk ukuran "tocil" sampai "toge" 😛

Bra ini diberi nama “Action Brassiere” dan dengan cap “polisi” dan terbuat dari cotton, polyester, elastic dan beberapa material sintetik , dipadatkan dan tidak terbuat dari bahan metal, plastic atau tali pengencang.

Sebanyak 3000 polisi wanita Jerman sekarang diwajibkan menggunakan bra ini setiap menjalani tugas, dan setiap polisi wanita mendapatkan pembagian 3 buah. Juru bicara polisi Jerman bernama Ruediger Carstens mengatakan : “ Hal ini adalah langkah awal yang cemerlang bagi prosedur keamanan bagi seluruh polisi Jerman”.

sumber : Harian “The Telegraph”, London

SERAGAM BARU KHUSUS FPU INDONESIA DI DARFUR

22022008971.jpg

Ini adalah hasil survey saya pada bulan Oktober 2007 ke Darfur dalam menyiapkan kontingen FPU Indonesia untuk diberangkatkan. Pada saat itu saya, komandan kontingen AKBP Johny Asadoma dan seorang dari personil Logistik Mabes Polri AKP Sugianta ditugaskan untuk memelihat kemungkinan peralatan apa yang cocok digunakan di daerah tugas nantinya, hal ini sangat krusial mengingat peralatan standar Indonesia hanya sesuai dengan kondisi tropis Indonesia.

Pada saat meninjau Darfur kami baru sadar bahwa kalau kita menggunakan perlengkapan standar yang biasa dipakai di Indonesia akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasukan, bahkan bisa berakibat fatal dalam penugasan….

Kita jangan terlalu jauh dulu berbicara masalah kendaraan atau akomodasi yang memang harus disiapkan khusus untuk daerah gurun…. Kita bicara dulu masalah Perlengkapan Perorangan yang akan dikenakan oleh masing – masing prajurit… contonya Pakaian : Pakaian itu harus benar – benar nyaman digunakan, cocok dengan daerah gurun, dan bisa mencegah dehidrasi yang berlebihan, dan warna harus disesuaikan dengan gurun dengan asumsi warna yang gelap akan cenderung menyerap panas matahari dibandingkan warna terang, dan satu lagi masalah kepraktisan… berdasarkan pengalaman kami di sana celana coklat tua akan selalu tampak kotor karena derah yang selalu berdebu, lain halnya dengan warna lain seperti abu – abu atau putih…. hal ini berdampak angota akan sering sekali mencuci celananya dengan hambatan keterbatasan air… Demikian juga masalah sepatu, sepatu yang digunakan di daerah gurun ternyata berbeda sama sekali dengan sepatu yang digunakan di daerah tropis…. sepatu itu harus mampu mencegah panas yang berlebihan di mata kaki para pasukan agar nyaman dalam pergerakan, kemudian bobot harus ringan dan harus kuat…..

Atas dasar inilah kami merancang pakaian dan sepatu yang cocok digunakan oleh pasukan FPU Indonesia di Darfur…… Bagaimana tanggapannya ? Not bad kan ?????

Pengungkapan Kejahatan Menggunakan DUKUN (Metafisik) Mungkinkah ?

borgol

Hal ini yang selalu menggelitik saya sepanjang 15 Tahun karier saya di Reserse, kadang – kadang dalam suatu kasus yang rumit yang seolah – olah tidak ada “Way Out” apalagi melengkapi alat bukti yang disyaratkan “Minimal dua alat bukti” dari “5 (lima) alat bukti yang ada” sesuai pasal 183 dan 184 Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

 

Seringkali kami penyidik dihadapkan dengan suatu tindak pidana yang tidak ada “clue” sama sekali…. dan jangan anda bayangkan kok tidak seperti di film barat yang mudah sekali menemukan alat bukti menggunakan “Scientific Investigation” Contohnya di Indonesia … pengungkapan kejahatan menggunakan Sidik Jari (Finger Print Identification) , saya katakan susah sekali…. karena Indonesia belum mempunyai data base yang lengkap tentang sidik jari seluruh penduduk Indonesia …. Saya juga tidak percaya polisi barat dapat dengan mudahnya mengungkap kejahatan dengan menggunakan tekhnologi… tetap dibutuhkan insting dan intuisi yang kuat dan menggabungkan dengan hal tersebut. Artinya bukan hanya sebatas penggunaan teknologi saja kan ??

 

Nah bisa dibayangkan kalau kami penyidik menemukan peristiwa pembunuhan atas seseorang yang diketemukan di dalam rumah …, tanpa saksi yang melihat..? bagaimana anda dapat mengungkapnya ? Dulu pernah saya di hadapkan dengan persoalan begini… dan susah banget rasanya karena pimpinan terus mendesak pengungkapan… dan seorang anak buah menyarankan untuk pergi ke dukun untuk bertanya siapa pelaku pembunuhan tersebut… mmmh pada saat itu saya berpikir … ok lah mungkin bisa dicoba, lalu pergilah kami ke pak dukun tersebut, dan Ia bersedia membantu…. caranya ? Ia mensyaratkan agar disiapkan sesajen yaitu ayam hitam dan candu (wah syaratnya susah amat !)…. dan pergi ke kuburan mayat si Mr X ini… dia akan memanggil arwah orang mati ini dan mentrasformasikan ke dalam dirinya dan pada saat bertransformasi silahkan kita bertanya kepadanya.. dan pada sebuah malam kita pergilah ke kuburan Mr X dan dimulailah ritual oleh pak dukun tersebut, walaupun dengan perasaan dug dug plus, mulailah pak dukun itu memotong ayam itu di kuburan dan membakar candu, terdengar lolongan anjing dimana – mana, dan mulailah terlihat dukun itu tubuhnya bergetar dan kemudian mulai berbicara dengan suara yang lain, ia hanya menangis dan berbicara “ takut … takut” mulailah kami bertanya : “siapa yang membunuh kamu ?” Ia menjawab dengan jawaban yang sama “ Takut …. takut” demikian sepanjang waktu kami bertanya hanya jawaban itu yang keluar… memang akhirnya upaya kami gagal total malam itu, tidak ada jawaban yang menyebutkan siapa pembunuh Mr X ini…… Setelah kami pulang dan komplain kepada dukun itu…… Ia berkata : “Pak arwah itu masih penasaran… dan belum berani mengatakan siapa pembunuhnya… pasti nanti akan terungkap dengan sendirinya” walah !…. Cuma menghabiskan waktu dan biaya saja.. (Namun sepertinya kok berhasil juga… beberapa bulan kemudian ada seorang datang menyerahkan diri ke kantor polisi menyatakan ia yang membunuh Mr X tersebut dan ia mengaku karena selama ini dia merasa dihantui dan tidak tahan lagi….) Saya juga tidak tahu apakah ini disebabkan karena dukun itu ? Who knows ?

 

Dulu pernah terjadi peristiwa perampokan di daerah Jawa Timur tempat saya berdinas dahulu, beberapa anggota juga menyarankan untuk pengungkapan ada baiknya pergi ke dukun, dan kami pergi ke dukun, di sana sang dukun menyarankan kami melakukan penangkapan di arah timur TKP dan dilakukan pada jam 5 sore sampai jam 8 malam, kami lanjut berpikir di arah timur TKP adalah terminal bus, lalu kami melakukan penghadangan di sekitar terminal dan pada saat itu kami melihat seorang yang dicurigai, kami tanyai dan “delalah” akhirnya orang itu mengakui bahwa habis merampok. Ini karena kebetulan juga ? Sekali lagi Who Knows ??

 

Memang bukan hanya dua peristiwa diatas yang saya alami, tapi saya sampai sekarang tetap berkesimpulan, pengungkapan dengan metafisika tidak bisa membantu secara langsung…. mungkin hanya memberikan petunjuk…. karena lebih banyak saya menemukan bahwa saya dikerjai oleh dukun, dengan meminta uang dan berbagai sesajen tapi tetap saja jauh api dari panggangnya……… hahaha…. (kalau di persentase yah banyak ketipunya dari berhasilnya), jadi menggunakan intuisi, feeling dan dipadukan dengan Scientific Investigation akan lebih berhasil.

 

Tapi sebagai bahan pertimbangan saya pernah melihat website resmi FBI, dan juga FBI Files di Discovery Channel…. mereka menyatakan tidak menutup mata apabila menggunakan cara – cara metafisika dalam pengungkapan bahkan mereka telah mengadakan reseach tersendiri tentang pengungkapan kejahatan menggunakan Clairhoyant atau seseorang yang bisa melihat lintas batas waktu dan jarak, dan beberapa informasi bisa digunakan mereka minimal untuk mempersempit ruang pengejaran, dan bagi mereka diberi serfikikat dan dicatat sebagai ahli oleh FBI, dan bisa dipanggil sewaktu – waktu mereka membutuhkan…

 

Jadi kesimpulannya ??? sekali lagi Logika, Intuisi dan Ilmu harus digunkan juga dalam pengungkapan kejahatan, kalau kita tergantung dengan hal yang tidak logika, kita akan terpenjara dalam dunia yang tidak logika…….

IDP CAMP

IDP (Internal Displaced Person) adalah hal yang pasti terjadi dalam setiap konflik internal dalam suatu negara, contoh nya ngga usah jauh – jauh di Aceh berapa ribu orang Jawa transmigran yang terusir, demikian juga di Kalimantan banyak orang Madura terusir dalam skope lebih global bagaimana orang palestina terusir dari tanah yang di klaim “tanah perjanjian” oleh Kaum Israel…. namun perlu dibedakan juga dengan istilah “Pengungsi” atau “Exhile”, pengungsi adalah penduduk suatu negara yang terusir dari negaranya, contohnya orang Kurdi yang terusir dari Turki, atau Orang Bosnian yang terusir dari negara Serbia.

Di Darfur Sudan permasalahan yang terjadi adalah terusirnya penduduk dari tempat tinggalnya/ kampung halamannya dan mencari tempat yang lebih aman, sehingga mereka menjadi IDP, seperti pernah saya tulis dalam tulisan terdahulu, yang terjadi adalah konflik antara GOS (Goverment Of Sudan) dengan pasukan pemberontak yang tergabung dalam SLA (Sudan Liberation Army) dan JEM (Justice Equal Movement) dan beberapa faksi kecil lainnya, GOS memang sangat kewalahan menhadapi pemberontak ini, karena wilayah yang sangat luas dan daerah yang super extreem, gurun sahara, pegunungan… dibutuhkan orang – orang yang tahu wilayah dengan jelas untuk bisa menghadapi pemberontak…. Contohnya di pegunungan JABBEL MARRA (titik tertingginya 3000 m dpl) bermukim pemberontak dari fraksi JEM, GOS sampai saat ini tidak dapat memasuki pegunungan ini karena kesulitan jalan tembus, mereka hanya bisa menyerang dengan AIR RAID membomb target kemudian kembali. Makanya GOS memberi tugas kepada milisi bayaran “JANJAWEED” untuk menghadapi pemberontak, milisi JANJAWEED yang dalam bahasa arab berarti “SETAN BERKUDA” adalah suku bangsa arab yang nomaden sejak ratusan tahun yang lalu, mereka sangat tangguh dalam segala cuaca dan medan di daerah tersebut, mereka sangat cepat mobilitasnya, karena pada dasarnya mereka selalu berpindah tempat untuk mencari rumput segar buat ternak mereka (pada waktu naik helikopter dari Khortum ke Nyala saya melihat rombongan mereka dengan ribuan ternak dengan barisan panjaaang sekali hampir 2 km, dari onta, kuda, domba, kambing berbaris dengan rapi), sebenarnya pertikaian antara kaum “PENGEMBALA” (JANJAWEED) dengan “PETANI” (Orang FUR/Darfur asli) sudah berlangsung ratusan tahun juga, karena memperebutkan lahan dan sumber air, nah permasalahan inilah yang dimanfaatkan oleh GOS untuk memerangi DARFUR….. dan dari beberapa tulisan di internet terbukti bahwa kompensasi JANJAWEED kalau berhasil menghadapi orang FUR dari GOS adalah setiap tanah/lahan yang berhasil mereka rebut dari pemberontak.

From FOTO DI SUDAN

Taktik GOS ternyata berhasil…. orang FUR tidak berdaya menghadapi JANJAWEED karena pada dasarnya mereka adalah petani dan tidak seperti JANJAWEED yang mobilitasnya tinggi, terbiasa berperang, atau setidak – tidaknya mengahadapi binatang buas atau pencuri ternak.

Maka terusirlah orang – orang FUR dari kampung halamannya sendiri….. (tercatat ada 2,5 juta orang IDP) dari negaranya sendiri, mereka rata – rata pergi ke dekat dari daerah perkotaan, karena di situ banyak bantuan dari NGO internasional, WFP yang menyediakan bahan pangan, air bersih buat mereka sehari – hari. Status mereka menjadi IDP dan dari lembaga – lembaga ini menyediakan KAMP penampungan IDP (IDP CAMP)… di Darfur sendiri terdapat puluhan IDP Camp, yang terbesar terdapat di NYALA dengan hampir 200 ribu IDP’s.

Namun permasalah IDP Camp ternyata bukan hanya memberikan bantuan makanan dan pendidikan, ada masalah lain yaitu ganguan keamanan bagi pengungsi itu sendiri….. tercatat banyak peristiwa perampokan disertai pemerkosaan terhadap para IDP, kelompok – kelompok ini tahu sekali bahwa kebanyakan yang berada di Camp adalah wanita dan anak – anak……. pihak AMIS (African Mission In Sudan, pasukan UNI AFRIKA dengan missi di Darfur) tidak berdaya menghadapi permasalahan keamanan ini…. hingga PBB turun tangan langsung dan mencanangkan HYBRID MISSION yaitu gabungan antara UNI AFRIKA dan PBB menangani suatu missi perdamaian, dengan istilah baru UNAMID (United Nations African Mission In Darfur). Dengan pembagian komponen Militer tetap pada UNI AFRIKA sedangkan Komponen sipil/polisi dari UN.

FPU yang akan disiapkan dari negara – negara kontributor akan bertugas : Menyelamatkan aset dan personil PBB dan Menjaga keamana pada IDP kamp, termasuk dalam rencananya FPU Indonesia akan ditugaskan di Nyala akan mengamankan IDP kamp terbesar itu (rasanya hampir mustahil juga….. 170 org FPU mengamankan 200 ribu orang), jadi di Nyala terdapat 5 IDP kamp dan yang menjadi prioritas ada 3 buah, dengan secara shift bergantian (setiap kamp ada posko tak tetap) dan posko induk di SUPERCAMP yang merupakan markas PBB di Nyala yang panjangnya 5 Km kali 10 Km termasuk lapangan terbangnya (nantinya seluruh komponen PBB ada di sana dari Administratif, RS, Kamp Tentara Uni Afrika, kamp FPU dll)

Nah… Bagi calon – calon FPU Indonesia…. sudah kebayang kan tugasnya ? Selamat berlatih dan berjuang

GBU

From FOTO DI SUDAN

KORBAN POLISI PEMBUNUH !

Berikut dibawah ini korban – korban pembunuhan berencana yang dilakukan oleh seorang Polisi bernama Iptu Gribaldi Handayani:

mamatMUHAMMAD ALI (MAMAT) 35 thn, pengemudi mobil sewaan, ia dibunuh oleh GRIBALDI dan mengambil mobilnya jenis Izusu panther warna silver No.Pol.: B-8467-CE, pada tanggal 15 April 2004 ditemukan telah menjadi mayat dalam kedaan terbakar di daerah Talang Kerinci, Riau.

gusmarniGUSMARNI 31 thn, hilang sejak bulan Juli 2003 setelah berhubungan dengan GRIBALDI karena membantu menguruskan asuransi Jasa Raharja suaminya yang meninggal tertabrak mobil GRIBALDI. Ditemukan 2 tahun kemudian di daerah air Molek Riau, dengan 6 buah peluru bersarang dibadannya.

nurmataliliNURMATA LILI als MARTHA, 29 thn, hilang sejak bulan Agustus 2004 setelah menikah dengan GRIBALDI (istri ke dua), ketika ditanyakan GRIBALDI, ia pergi ke Jakarta untuk mengikuti kursus kecantikan. 29 thn, ditermukan 2002, TKP Jl Riau Medan 2001, MO ditembak.

yenifarYENI FARIDA 29 thn, hilang sejak bulan April 2004 setelah GRIBALDI berjanji menguruskan adiknya masuk Secaba Polri, mayat tdk ditemukan.

rusdin (1)RUSDIN SIDAURUK 41 thn, pengemudi mobil rental jenis Toyota Kijang BK 1274 EP, warna biru yang dipakai GRIBALDI ketika hendak pulang cuti dari Medan, kemudian ditemukan tanggal 2 Nopember 1999 di Km 17 Desa Pasir Putih Bagan Batu Kab. Bengkalis Riau telah menjadi mayat dengan luka tembak di kepala. Mobil Kijang tersebut ditemukan di rumah GRIBALDI.

ngadiminNGADIMIN 50 thn, Swasta, TKP sungai Liat Muba 2004, ia tewas dengan cara ditembak dan di bakar, GRIBALDI kesal karena ia menagih janjinya untuk memasukkan beberapa orang untuk menjadi Polisi.

listyCustomLISTI KARTIKA BAIDURI 21 Thn, TKP Bayung Lincir, Musi Banyu Asin Km 73, Pertemuan pertama dengan GRIBALDI ketika ia berjanji menguruskan adiknya untuk menjadi PNS di kabutaten Tanjung Jabung Timur, ketika ia menagih janjinya membuat gusar GRIBALDI, kemudian pada pada suatu malam menghabisinya dengan menembak dan membakarnya dengan menyiram bensin.

POLISI PEMBUNUH !

RotationofGribaldidanistri-1Masyarakat Jambi beberapa waktu yang lalu dikejutkan oleh serangkaian pembunuhan berantai (Serial Murdered), tercatat di kepolisian korbannya sebanyak 7 (tujuh) orang dan dengan TKP tersebar di daerah Riau dan Sumatra selatan, dan yang lebih mengejutkan, tersangkanya adalah seorang Polisi, Iptu Gribaldi Handayani SH, Perwira Pertama berdinas di Polda Jambi, terdapat pertanyaan besar di masyarakat : Bagaimana seorang Polisi yang seharusnya menjadi pelayan dan pelindung masyarakat melakukan hal yang sangat mengerikan ini ????. Dalam pergaulan masyarakat dan sesama polisi, Gribaldi dikenal sebagai sosok yang ramah dan senang membantu orang lain. Para keluarga korban dan korban sendiri pada awalnya merasa sangat terbantu atas kehadiran GRIBALDI, mereka menaruh kepercayaan kepadanya, bahkan sudah dianggap sebagai keluarga.

Saya sendiri turut terlibat dalam penyelidikan dan penyidikan dugaan pembunuhan ini, kami para penyidik dari Satuan Reserse Umum Polda Jambi pada awalnya ragu apakah GRIBALDI adalah tersangkanya, benarkah ia begitu tega melakukan semua pembunuhan tersebut, sikapnya yang berani dengan gaya yang meyakinkan berhasil membuat para penyidik dalam kasus ini menjadi ragu. Karena minimnya alat bukti yang ada, GRIBADLDI tidak langsung diperiksa sebagai tersangka. Pada saat interogasi terhadap GRIBALDI Penyidik menemui kesulitan, ia terlihat cerdik dengan gaya bicaranya yang tegas, sebelum menjawab selalu dipikirkan dulu, cerita yang diterangkannya mempunyai pola yang jelas dengan menggabungkan fakta, alibi, argumentasi dan khayalan yang baik, sehingga kami penyidik kalau tidak melakukan cross check keterangannya dengan fakta di lapangan, bisa terlihat keterangannya adalah suatu hal yang benar. Saya melihat, sepanjang proses penyidikan GRIBALDI tidak pernah sedikitpun merasa bersalah, tidak ada empati terhadap korban yang dibunuhnya, bahkan ia menyalahkan mereka.

Ketika membaca sebuah tulisan pada sebuah website Prof SARLITO, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tentang psikopat, barulah penulis menyadari bahwa ada beberapa kemiripan ciri seorang psikopat dapat ditemukan di dalam diri GRIBALDI. Ciri itu antara lain sbb. :

1. Kurangnya rasa empati selalu berbohong,

2. Emosi yang tidak terkedali,

3. Egoistis,

4. Manipulatif,

5. Tidak mempunyai rasa toleransi

Saya kemudian membandingkan ciri – ciri tersebut diatas dengan beberapa sikap GRIBALDI selama penanganan. Untuk itu diperlukan suatu metoda dan cara khusus untuk melakukan penyidikan terhadap seorang Psikopat, mengingat rumitnya kondisi kejiwaan seorang tersangka.

(bagian pertama)

SEKOLAH UNTUK PEACEKEEPER

Tulisan ini adalah sekelumit pengalaman saya mengikuti pelatihan di “CENTER OF EXELLENCE STABILITY POLICE UNIT” di VICENZA ITALIA

Pada awalnya setiap pelaksanaan operasi misi perdamaian yang dilakukan oleh PBB selalu terbagi menjadi 2 (dua) satuan tugas yang terdiri dari Multinational Spezialized Unit (MSU) yang lebih dikenal sebagai penugasan militer dalam missi PBB dan Civilian Police (UN CIVPOL), konsep tersebut masih dipertahankan oleh PBB sampai dengan tahun 1990-an. Setelah beberapa misi perdamaian PBB mulai mengevaluasi konsep tradisional tersebut karena dirasakan efektivitasnya mulai berkurang dan tidak efisien, keadaan tersebut ditambah dengan adanya fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap operasi misi perdamaian selalu menghabiskan dana yang sangat besar.

Adanya perbedaan tugas yang besar antara penugasan MSU (Militer dengan persenjataan lengkap/berat) dan CIVPOL (polisi sipil yang tidak bersenjata/terkesan lemah) yang terjadi justru membahayakan komunitas internasional dalam rangka menciptakan kestabilan dan mengakhiri perang yang menyengsarakan masyarakat, sebagai contoh pada saat missi perdamaian PBB di KOSOVO pada tahun 2002 ada demostrasi besar – besaran untuk menuntut kemerdekaan dari Serbia, pada saat chaos ternyata CIVPOL yang ditugaskan PBB tidak bisa berbuat apa – apa, karena mereka tidak mempunyai unit DALMAS dan tidak bersenjata, terpaksa ditugaskanlah MSU (Militer) untuk menangani demonstrasi, tentunya konsep yang berbeda antara Militer dan Polisi menyebabkan banyaknya jatuh korban para demonstran, ini membawa perseden buruk PBB karena tidak menjunjung HAM dengan menugaskan militer untuk menangani demonstrasi.

Atas peristiwa tersebut PBB memikirkan konsep baru, yaitu memperkuat CIVPOL menjadi Stability Police Unit (SPU), dalam bentuk Form Police Unit (FPU), Didalam penugasan FPU selalu berdasarkan pada prinsip-prinsip kebutuhan, proposional dan akuntabilitas. Semua tindakan yang diambil oleh FPU bertujuan untuk melindungi kehidupan manusia, properti, kebebasan dan martabat manusia.

FORM POLICE UNIT

FPU merupakan pasukan taktis yang bersenjata lengkap yang terdiri dari elemen pasukan pemukul, unit intelijen, penyidik, negosiator, logistik, juru bahasa dan unit reaksi cepat yang terdiri dari 125 – 140 orang. Peralatan dan kelengkapan yang dibawa oleh negara yang tergabung dalam misi perdamaian diadakan oleh masing-masing negara peserta dan pada pelaksanaannya berdasarkan pada nota kesepahaman (MoU) antara United Nation (PBB) dan negara kontributor (PCC).

Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya FPU harus mematuhi dan menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB, hak azasi manusia, norma –norma yang berlaku, standar peradilan pidana dan undang-undang yang ada di negara tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan hak azasi manusia, peradilan pidana dan aturan-aturan PBB. Perlu ditekankan bahwa anggota FPU harus tunduk pada petunjuk/cara dalam penahanan, penggeledahan (memasuki lokasi dan mencari barang bukti) dan penggunaan kekuatan, peralatan dan senjata api yang telah disahkan oleh DPKO.

 

FPU dalam menjalankan tugasnya mempunyai misi eksekutif yang terdiri dari :

1. Perlindungan personil dan fasilitas PBB

FPU harus membantu dalam melindungi personil dan fasilitas PBB dengan mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan resposif terhadap ancaman masa dan hubunganya dengan gangguan masyarakat.

2. Ketentuan keamanan yang mendukung terhadap badan penegak hukum nasional

FPU wajib membantu badan hukum nasional sesuai dengan mandat misi. Sebagian dari fungsinya FPU melaksanakan patroli gabungan dengan badan penegak hukum nasional.

3. Capacity building

Dalam hal ini FPU harus memberikan pelatihan dan petunjuk kepada mitra kerja mereka sesuai dengan masalah-masalah DPKO yang berhubungan dengan reformasi, restrukturisasi dan membentuk kembali badan penegak hukum.

Didalam pelaksanaan di lapangan FPU mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

1. Presidential security (Pengamanan Presiden)

2. Security sites (Pengamanan)

3. Anti robery (Anti Perampokan)

4. Crowd control (Penanganan Unjuk Rasa/DALMAS)

5. Patrol Checkpoint

6. VIP escort (Pengawalan VIP)

7. Camp security of FPUs camp (Pengamanan Lokasi di FPU Kamp)

8. Special operation (Operasi Khusus)

9. Weapon escort dan sebagainya (Pengamanan Senjata Api)

Center of Excellence Stability Police Unit (CoESPU)

Untuk mewujudkan stability police unit maka negara-negara yang tergabung di dalam G8 dalam Sea Island Summit Meeting pada Bulan Juni 2004 mengambil inisiatif, yang dituangkan dalam Action Plan and Global Peace Operation Initiative, untuk menyatukan persepsi internasional tentang penggunaan SPU dan program pelatihan terpadu melalui pembentukan Pusat Pelatihan Stability Police Unit atau Center of Excellence Stability Police Unit (CoESPU). Pembentukan CoESPU dipercayakan kepada Italian Carabinieri (semacam BRIMOB) yang dianggap cukup berhasil pada berbagai misi perdamaian PBB melalui keterlibatannya dalam MSU.

Center of Exellence for Stability Police Units (CoESPU) berada di Kota Vicenza, italy adalah pusat pembelajaran dan pelatihan Operasi Perdamaian Dunia (Peace Support Operation). CoESPU bertujuan meningkatkan kemampuan unit-unit polisi sebagai penjaga stabilitas (stability police unit) di daerah-daerah konflik dimana keberadaan Peace Support Operation dibutuhkan. Italian Carabinieri diberi mandat untuk mewujudkan CoESPU sebagai pusat pelatihan dan standard doktrin bagi unit-unit polisi sipil yang akan dikirim ke misi-misi perdamaian internasional.

Pelaksanaan pelatihan polisi perdamaian ini adalah merupakan pelatihan pertama kali yang di ikuti oleh Polri dengan melibatkan Pamen dan Perwira sebanyak 10 (sepuluh) orang, mulai dari tanggal 7 Mei – 24 Juni 2007 untuk Middle management dan 24 Mei – 24 Juni 2007 untuk High Level Management, Masing-masing peserta yang mengikuti program pelatihan baik High dan middle Level Management Course terdiri dari 9 negara : Cameroon, Indonesia, India, Jordania, Kenya, Nigeria, Pakistan, Serbia dan Senegal.

Setelah mengikuti pelatihan di CoESPU para peserta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang Peace Support Operation

2. Pengetahuan tentang Tactical Doktrine ( Doktrin Lapangan) di dalam pelaksanaan tugas misi perdamaian PBB

3. Pengetahuan Hukum Humaniter

4. Pengetahuan Internatinal Law dan International Relationship

5. Pengantar Geopolitics and Peace Keeping

6. Pengenalan International Criminal Court dan International Court of Justice

7. Ketrampilan dan teknik mengatasi unjuk rasa (Crowd Control Techniques)

8. Ketrampilan menjinakkan api di dalam situasi unjuk rasa/demonstrasi

9. Ketrampilan menggunakan senjata api jenis Beretta FS 92/Italia

10. Ketrampilan dan teknik patroli tempur perkotaan di daerah krisis (Bricks)

11. Keterampilan First Aid di daerah operasi

 

UN Certification

Dalam pelaksanaan kegiatan kursus, peserta dari Indonesia juga mengikuti UN Certification yang diselenggarakan UN DPKO dengan materi sebagai berikut: Test Kemampuan Mengemudi, Test Menembak, Test Kemampuan Berbahasa Inggris. Seluruh perwira dari kontingen Indonesia yang mengikuti Middle Management dinyatakan lulus dan layak menerima sertifikasi dari UN (PBB) dan dapat digunakan sebagai persyaratan utama untuk mengikuti misi-misi perdamaian yang dilaksanakan oleh PBB.

 

Kontingen FPU Indonesia

Sebagai wujud peran Indonesia dalam melaksanakan perdamaian dunia, maka Pemerintah Indonesia melalui PTRI (Perwakilan tetap Republik Indonesia) di Markas Besar PBB di New York, telah menunjuk Mabes Polri untuk menyiapkan kontingen FPU pertamanya untuk bertugas di Dharfur, Sudan. Permasalahan yang terjadi di negara ini adalah konflik SARA yang berkepanjangan di wilayah barat Sudan Dharfur, di wilayah ini mayoritas adalah etnis afrika, karena merasa kurang diperhatikan mereka melakukan pemberontakan, permerintah Sudan yang mayoritas etnis Arab tidak mampu menghadapi pemberontakan tersebut, lalu mereka membiayai milisia Arab bernama JANJAWEED, yang terbukti melakukan genosida.

Mabes Polri melalui Deops telah disiapkan 140 orang calon FPU dari Indonesia, dengan pelatihan dipusatkan di Mako Korps Brimob, Kelapa dua. Komandan kontingen yang ditunjuk adalah Akbp JOHNY ASADOMA, Kapolres Binjai, Sumatra Utara. Penulis sendiri berbekal pelatihan di COESPU, ditunjuk sebagai Wakil komandan kontingen FPU, yang direncanakan berangkat pada bulan Desember 2007, dengan lama penugasan satu tahun.

KELULUSAN

Indonesia Siap Kirim Pasukan Ke Darfur

Indonesia siap mengirimkan pasukan civilian police ke Darfur, Sudan, bila diminta oleh PBB. Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda kepada wartawan, usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Menteri Muda Luar Negeri Perancis, Rama Yade, di Kantor Presiden, Kamis (20/9) petang.

“Selama ini dalam upaya menyelesaikan konflik di Darfur, memang ada penggelaran pasukan yang disiapkan oleh Uni Afrika atau negara-negara Afrika secara kolektif. Menggelar pasukan perdamaian di sana, tapi kelemahannya adalah bahwa Afrika tidak cukup memiliki dukungan logistik manajemen dan dana. Karena itu Dewan Keamanan mengusulkan apa yang disebut operasi gabungan, hybrid operation dengan harapan, kemampuan pasukan perdamaian di Darfur memadai dalam rangka memulihkan situasi disana. Tetapi dalam resolusi yang disahkan Dewan Keamanan beberapa minggu lalu. Prioritas diberikan kepada Afrika, dalam hal pasukan dari Afrika tidak cukup memadai jumlahnya, maka PBB meminta negara-negara termasuk Indonesia untuk ancang-ancang menyiapkan pasukan ke Darfur,” kata Menlu.

“Kita memang didekati oleh PBB untuk pertama mengirimkan civillian police dari Polri, bahkan pendekatan pendahuluan sudah ada dan Polri sudah mengirim 6 perwira untuk mencermati perkembangan situasi di lapangan untuk observasi. Berdasarkan laporan dari tim ini, pembicaraan lebih lanjut dengan markas besar PBB baru akan dipastikan penggelarannya. Ancar-ancar sekitar 150 personil civilian police, yang berkaitan dengan tentara kita juga dijajaki apakah Indonesia bersedia untuk memenuhi kebutuhan, dan dari kita diharapkan sekitar 1000 personil yang merupakan kombinasi dari unit – unit yang berbeda,” lanjut Menlu.

“Saya katakan ancang-ancang karena nampaknya dengan dukungan logistik dan dana dari PBB, jumlah pasukan dari Afrika cukup banyak. Dengan kata lain, bisa jadi pasukan dari negara-negara di luar Afrika tidak diperlukan. Kita siap saja, karena tidak kurang Sudan sendiri sudah sangat mengharapkan kalau Indonesia bisa kontribusi,” tambahnya.

Kebutuhannya pasukan di Darfur, dikatakan Menlu, sekitar 20.000 personil. “Karena itu nampaknya Afrika bisa memenuhi. Afrika memang organisasi sub regionalnya itu seperti bagian selatan ada 14 negara, punya alokasi mengerahkan satu brigade pasukan barat juga begitu, serta Afrika bagian timur. Jadi dalam hal ada malapetaka, keperluan penggelaran pasukan cukup mampu. Kelemahannya memang di logistik dan dana. Karena itu ketika dana ini dijamin pengadaannya oleh PBB, nampaknya mereka mampu,” kata Menlu.

Menlu menjelaskan bahwa yang meminta Indonesia ancang-ancang itu dari PBB karena ada unit pasukan perdamaian, termasuk jumlah angka yang dibutuhkan. Mengenai pemilihan civilian police, dikatakan Menlu bahwa pilihan itu lebih realistis sekarang ini untuk di Darfur. Mengenai waktu pastinya, Menlu mengatakan lebih cepat lebih baik. “Prinsipnya, karena konfliknya sudah lama, lebih cepat lebih baik, tapi kita harus hati-hati jangan cepat-cepat berkesimpulan kita akan mengirim. Prinsipnya kita sedia, tapi apakah diperlukan,” katanya.

————————-

Sebagai tambahan informasi, bahwa memang saat ini di Sudan terdapat 2 misi, yang pertama adalah AMIS (African union Mission in Sudan) , dengan wilayah operasi di Darfur (tidak di semua wilayah Sudan, walau HQ/Markas Besarnya bertempat di Khartoum), keberadaan mereka memang untuk menyelesaikan konflik di Darfur. walaupun hingga saat ini belum bisa terselesaikan karena berbagai faktor (politik, ekonomi, SARA, dll), wilayah Sudan lainnya juga bergolak yaitu antara Utara (Pemerintah Pusat Sudan) dengan Selatan (pemberontak SPLM/A).

Pada Januari 2005 telah ditandatangani perjanjian damai antara Utara-Selatan (Comprehensive Peace Agreement), kemudian kedua pihak (yang bersepakat) mengundang UN untuk mengawasi pelaksanaan CPA tsb, dengan dikeluarkannya UN Resolusi 1590 (Maret 2005). UN mulai dengan misi UNAMIS kemudian berubah menjadi UNMIS. Pada resolusi PBB tesebut tidak secara spesifik menyebutkan CPA ataupun mission area, tetapi menyebutkan diundang oleh Pemerintah Sudan. Itulan sebabnya keberadaan UNMIS saat ini juga menangani sedikit masalah Darfur, walaupun konsentrasi tugas pada wilayah Utara-Selatan.

Di Darfur, UNMIS hanya mengirimkan petugas sipil untuk Humanitarian Aids serta beberapa Police Advisor (yang bertugas temporary, tetapi homebase di Khartoum) untuk mendukung pelaksanaan ditribusi bantuan kemanusiaan tersebut. Masalah pengamanan diserahkan kepada AMIS. Kegiatan UNMIS di Darfur saat ini disebut sebagai Light Support Operation (LSP) bukan HSP (Heavy Support Package).

Kontribusi UN hanya memberikan bantuan kemanusiaan pada masalah pangan serta kesehatan tapi tidak infrastruktur, khususnya kepada pengungsi di IDP camps yang tersebar di beberapa daerah di Darfur. Setelah melalui beberapa kali pembicaraan antara UN dengan AU (African Union), maka disepakai untuk dilaksanakan UNAMID (United Nations-African Mission in Darfur) sebagai Hybrid Operation, serta telah dikeluarkan resolusi PBB 1769 untuk hal tersebut. Dalam Resolusi PBB disebutkan bahwa Hybrid Ops akan dimulai pada Oktober 2007, dengan peran bahwa AMIS bertanggungjawab terhadap para
combatan & ex-combatants (DDR process) sedangkan PBB akan melaksanakan Heavy Support Package dengan mengirimkan beberapa organisasi PBB (WFP, UNHCR, Human rights Commission, etc), serta menjaga stabilitas Kamtibmas (khususnya di IDP camps dan distribusi bantuan kemanusiaan) dengan mengirimkan Police Advisor dan Formed Police Unit (UN FPU). Indonesia sudah menyiapkan 1 FPU, dan telah dilaksanakan peninjauan lapangan ke 4 lokasi di Darfur pada 15-22 September 2007 lalu. Sesuai rencana bahwa FPU POLRI akan berangkat ke darfur pada akhir 2007 ini.

Mengenai misi UNMIS, selain 10 Milobs (Military Observer) dari TNI yang sudah berada disini, saat ini sudah berada 6 Perwira POLRI sebagai Police Advisor, direncanakan masa penugasan selama 1 tahun dan setelah itu akan dilakukan rotasi untuk menjaga kesinambungan keberadaan POLRI pada misi ini (UNMIS).

Berita terkini, Ary Laksmana Widjaya ditempatkan sebagai Chief of Strategic Analysis Cell, Reform & Restructuring Unit, UNMIS Police MHQ Khartoum Sudan, sedangkan 5 Perwira yang baru tiba bergabung, telah selesai melaksanakan Induction Training dan per 1 Oktober 2007, akan ditempatkan di beberapa tempat: AKBP Budi Santoso (R&R Unit UNMIS Police MHQ), AKBP Kumpul & Kompol Da Costa ( Kadugli Team Site, Sector North), Kompol Tommy Aria & AKP Endo P. (Sector Juba, South).

Mohon doa restu sukses mengemban misi dan keselamatan selama Kontingen FPU Garuda XXII-2 bertugas di Darfur Region, kami senantiasa berupaya memberikan dedikasi dan prestasi yang membanggakan bagi Indonesia, membawa harum citra bangsa dan terus mengibarkan gelora merah putih di forum multi-lateral sepertu United Nations Peacekeeping.

Tulisan saya di http://Pralangga.org