FPU Indonesia VII

Setelah melaksanakan tugas di Malaysia selama 2 tahun, saya kembali ke Jakarta dan mendapat penugasan baru di Biro Misi Internasional yang memang tugasnya tidak asing bagi saya, yaitu melakukan segala hal yang berhubungan dengan penempatan Personil Polri di Misi Internasioanl PBB dari penyiapan Personil hingga Materialnya, dan kebetulan sekarang Get in Touch lagi dengan pasukan Formed Police Unit (FPU), tidak terasa setelah berkesempatan sebagai Pioneer FPU pada tahun 2007, sekarang sudah ter deploy FPU Indonesia yang ke VII di El Fasher Darfur Sudan pada bulan November 2014. Tentunya setiap tahun diadakan penyempurnaan dari segi peralatan dan metoda perekrutan dan pelatihan. Nampak sekali dari Gears yang mereka gunakan semakin sesuai dengan kondisi lapangan. Sekilas cerita bagaimana saya sebagai team awal yang survey ke bakal tempat penugasan, sungguh susah membayangkan gears apa yang cocok untuk digunakan untuk bertugas di daerah dengan alam yang sama sekali berbeda dengan Indonesia, salah satu contoh sederhana adalah kacamata hitam, ternyata bertugas di daerah Gurun Pasir yang panas ini jangan sekali kali menggunakan kacamata dengan gagang metal, akan terasa terbakar di wajah, karena gagang metal itu sebagai penghantar panas yang sempurna, jadi sebaiknya menggunakan kacamata bergagang plastik yang bukan penghantar panas. Well, pengalaman membuat perfect kan ?

wV1zuk3K_400x400

Komandan FPU Indonesia ke VII kali  ini dipercayakan kepada AKBP Rendra Salipu, lulusan AKPOL angkatan 96 yang telah lulus dengan sistem penilaian yang sangat ketat, berikut dengan 100 orang pasukan utama yang bertugas dalam berbagai pengamanan dalam missi UNAMID dan 40 orang pasukan pendukung yang memfasilitasi segala kegiatan di Camp Garuda dari Memasak, memelihara Alkom, Water Treatment, dan Genset, juga petugas Kesehatan, Logistik dan Administrasi.Tugas pasukan Utama dan Pendukung adalah seperti dua sisi mata uang, mereka harus saling mendukung untuk pelaksanaan tugas dalam misi perdamaian UNAMID.  Seperti beberapa kali saya tuliskan tentang FPU, penugasan mereka tidak pernah berubah sesuai mandat yang diberikan, yaitu melaksanakan pengamanan terhadap personil dan barang milik PBB.  Dalam kesehariannya mereka melakukan pengawalan terhadap Individual Police Officer (IPO) yang melakukan patroli ke Camp pengungsian Internal, dimana terdapat ribuan hingga ratusan ribu pengungsi akibat konflik yang tidak kunjung mereda dari awal tahun 2000 an ini.

Berikut ini sekilas penugasan mereka, baik dari Pasukan Utama dan Pasukan Pendukung:

Suasana IDP Camp Um Barro
Suasana IDP Camp Um Barro

Pasukan Utama pada minggu ini satu peleton mendapat kesempatan untuk bertugas di Luar kota Elfasher, yaitu di Team Site Um Barro yang memakan waktu 1 jam dan 30 Menit menggunakan Helikopter. Permasalahan yang terjadi adalah Camp Pengungsian Internal yang terdapat di Um Barro walaupun mendapat perlindungan dari Batalion Army dari negara Senegal, penduduk lokal terpaksa mengungsi karena mendapat serangan dari Gerombolan Janjaweed di daerah Abuleha dan Orchi, sehingga sekitar 6000 orang kini menempati IDP (Internal Displaced Person) Camp Um Barro. Tugas dari 1 peleton FPU tersebut adalah membantu Senegal Batalion untuk mengamankan penyaluran bantuan Kemanusiaan dari PBB. Kondisi Pengungsi sangat memprihatinkan karena tempat yang terbatas, sehingga hanya perempuan dan anak – anak yang dapat tinggal di IDP Camp sedangkan Laki laki tinggal di sekelilingnya, mereka bahkan tinggal tanpa pelindung hanya bersandar di balik pohon untuk mengindari panas. Saya mendapatkan liputan langsung eksklusif dari pasukan FPU yang berada di Um Barro, dan inilah dokumentasinya:

IMG-20150212-WA0013[1]
Deploy FPU Indonesia dari El Fasher hingga Um Barro menggunakan Helicopter PBB
Mendafat Briefing tentang penugasan bersama dari Batalion Senegal
Mendapat Briefing tentang penugasan bersama dari Batalion Senegal
Suasana pengamanan di IDP Camp walaupun kena Badai Pasir
Suasana pengamanan di IDP Camp walaupun kena Badai Pasir
Danton FPU memberikan pengarahan sebelum berangkat ke IDP Camp UM Barro
Danton FPU memberikan pengarahan sebelum berangkat ke IDP Camp UM Barro

Dan tidak kalah Pentingnya adalah peran pasukan pendukung FPU, mereka adalah yang bertugas untuk memastikan semua pekerjaan di Missi berjalan lancar, dan inilah dokumentasinya:

Petugas MTO (Motor Transport Officer) Memastikan setiap kendaraan FPU layak Pakai
Petugas MTO (Motor Transport Officer) Memastikan setiap kendaraan FPU layak Pakai
Petugas Kesehatan sedang melakukan Fogging di Camp Garuda
Petugas Kesehatan sedang melakukan Fogging di Camp Garuda

Demikian sekilas mengenai penugasan FPU VII, terlihat jelas keprofesionalan mereka sebagai Duta Indonesia di Misi Internasional yamg membawa nama harum Indonesia. Untuk menjamin Sustainability pasukan FPU Indonesia, pada saat inipun di kantor sedang mempersiapkan FPU VIII yang akan berangkat akhir tahun ini, sehingga ada kesinambungan dan selama Misi UNAMID belum dibubarkan. Semoga sukses dan tetap selamat rekan rekan FPU VII, God Bless You all…

Catatan Perjalanan Seorang Peacekeeper Dari Tengah Gurun Pasir Darfur.

“A life without adventure is likely to be unsatisfying, but a life in which adventure is allowed to take whatever form it will is sure to be short.”

Bertrand Russell quotes (English Logician and Philosopher 1872-1970)

Pada suatu sore pada saat hendak main bulutangkis, saya ditelepon oleh sesorang dari Mabes Polri, saya diberitahu bahwa saya ditunjuk langsung sebagai Wakil Komandan Kontingen Misi Perdamaian Polri di Darfur, seketika adrenalin saya meningkat, membayangkan Darfur suatu daerah yang setahu saya adalah daerah konflik yang paling berbahaya di dunia, banyak televisi berita dunia yang menceritakan tentang Konflik Darfur, ….Yes… this is my biggest Adventure ever !

Inilah negara Sudan dengan ibukota Khartom, dan perjalanan kami dari Port Sudan hingga Al Fashir Darfur region

Missi Perdamaian ini dinamakan United Nations African Nation Mission In Darfur (UNAMID) adalah suatu missi kerjasama antara Uni Afrika dan PBB dalam membawa kedamaian di Darfur Sudan. Permasalahannya adalah pemberontakan penduduk Darfur terhadap pemerintah pusat Sudan, masalahnya sangat klasik yaitu tidak meratanya pembagian pusat dan daerah, terutama semenjak ditemukan ladang minyak baru disini. Konflik yang telah berjalan 5 tahun ini mengakibatkan korban 350 ribu jiwa dan 2,5 juta orang tinggal di Internal Displaced Personal Camp (kamp pengungsi lokal).

Barang dari Indonesia pertama kali diturunkan di Port Of Sudan

Ada banyak hal baru yang saya dapatkan dalam missi saya ini, yang jelas sangat jauh berbeda dengan missi saya sebelumnya di Bosnia Hercegovina 97-98. Missi ini adalah pertama kalinya Polri mengirimkan kontingen dalam ikatan pasukan yang disebut Formed Police Unit (FPU) yaitu unit lengkap mandiri dan bersenjata terdiri dari 140 orang. Dengan daerah missi di gurun pasir juga merupakan tantangan tersendiri, karena tidak pernah ada seorangpun dari kami yang berpengalaman mengalami kondisi alam ini.

Fpu Indonesia pada saat istirahat Patroli di IDP camp

Saya ditunjuk sebagai “Team Advance” dengan dua orang rekan lainnya berangkat pada tanggal 5 Mei 2008 untuk mengurus dan mengawasi pengiriman ribuan item peralatan, camp portable, bahan makanan serta puluhan kendaraan milik FPU Indonesia (140 kontainer 20′ dan 53 buah kendaraan) yang dikirim dari Tanjung Priok Indonesia dan berlabuh di kota pelabuhan satu – satunya di Sudan, Port Of Sudan. Setelah sampai di Pelabuhan Port Of Sudan ternyata bukan akhir dari perjalanan kami, pengurusan Custom yang terkendala Birokrasi serta jarak tempuh yang sangat jauh hingga sampai di tempat penugasan kami Al Fasher Darfur, kalau diukur dari skala peta berjarak 2700 Km hampir dua setengah panjang pulau jawa, dengan jalan yang buruk melewati padang pasir yang luas. Pengiriman barang tersebut melewati pusat logistic UN di Sudan di kota Al Obeid, kalau diperhitungkan lama perjalanan dari Port Sudan hingga sampai di Al Fasher memakan waktu 5 bulan.

Foto bersama para perwira FPU Indonesia

Pada Bulan ke lima setelah barang sebagian besar tiba di Al Fashir, pasukan utama FPU tiba di El Fasher pada tanggal 12 Oktober 2008, menggunakan pesawat carter dari Halim Perdana Kusuma, hari – hari pertama setelah kedatangan pasukan FPU Indonesia pada tanggal adalah melakukan orientasi lapangan ke IDP Camp yang masuk dalam Area Of Responsibilitynya, yaitu IDP camp “El Salam”, “Abu Shouk” dan “Zam–Zam” rata – rata IDP Camp ini dihuni sekitar 100 ribu pengungsi, di dalam IDP camp tokoh masyarakat informal disebut “Sheik” (setingkat dengan desa/lingkungan) dan diatasnya adalah “Omda” yang biasanya membawahi beberapa Sheik.

Melakukan community Policing bertemu dengan Sheik di IDP camp

Kendala awal bagi pasukan dan seperti pernah saya alami sendiri adalah penyesuaian fisik untuk menghadapi iklim gurun yang ganas: bibir pecah, dehidrasi, mengeluarkan darah dari hidung adalah hal yang rata – rata dialami, namun kendala itu cepat dapat diatasi. Pada waktu kedatangan sementara kontingen FPU Indonesia ditempatkan pada “transit camp” karena camp Indonesia masih dalam tahap pembangunan, yang memakan waktu selama 2 bulan, bagi anggota FPU kebutuhan hidup sehari- hari seperti bahan makanan di drop secara regular dan dimasak oleh anggota “Support Unit”, air untuk MCK dan minum juga di drop tiap hari.

Peragaan FPU Indonesia pada upacara medal parade di Basecamp FPU Indonesia.

FPU Indonesia melaksanakan tugasnya secara “full performance” setelah melewati jangka waktu 2 minggu waktu penyesuaian dan orientasi, tugasnya adalah melakukan patroli di 3 (tiga) IDP Camp yang merupakan wilayah tanggung jawabnya, terbagi dalam shift siang dan malam, setiap patroli terdiri dari 1 peleton menggunakan 2 buah “Armored Personnel Carrier” (APC) dan mobil patroli. Patroli ini merupakan joint patrol bersama UN CIVPOL dengan melaksanakan “Community Policing”, “Pemolisian Masyarakat” , kami membantu masyarakat Darfur di dalam IDP camp agar bisa mempunyai daya tangkal terhadap gangguan kamtibmas di lingkungan sekitarnya. Tepat setahun masa tugas FPU kami disembarkasi dan digantikan oleh FPU Indonesia 2 sebagai FPU pengganti kami.

Pemberian tanda jasa PBB kepada 3 orang ‘team Advance’ oleh kepala polisi UNAMID, Jend. Michel Fryer dari Afsel.

Memang berat tugas yang harus kami lakukan, namun kalau ditarik ke belakang pengalaman ini sangat berharga buat saya dan rekan – rekan FPU lainnya, dan mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup saya……

Reinhard Hutagaol Sik

Akbp/Wakil Komandan Kontingen FPU Indonesia di Sudan/UNAMID

*Tulisan ini dimuat dalam majalah bulanan Polda Jambi Siginjai.

NIGHT PATROL WITH INDONESIAN FPU

FPU Indonesia di El Fasher kembali mendapat ‘tantangan’ dari Commisioner Civpol UNAMID agar bisa melaksanakan patroli malam di IDP camp, khususnya IDP Camp ‘Abu Shouk’ dan ‘El Salam’ , hal ini karena disinyalir banyak terjadi kriminalitas dari anasir – anasir yang tidak jelas, yang memanfaatkan konflik di darfur bukan untuk memperjuangkan cita – citanya, namun hanya untuk kepentingan ekonomis kelompok itu semata…….

Start @ Asembly point...
Start @ Asembly point...

Setiap malam di IDP camp hampir terjadi perampokan terhadap penduduk di dalam IDP,  dan hal itu sering dikeluhkan oleh penduduk IDP terhadap UNAMID….  Memang penjagaan keamanan di IDP camp masih merupakan tugas Kepolisian Pemerintah Sudan, namun mereka tidak dipercaya lagi untuk dapat memberikan rasa aman terhadap mereka….

menunggu senja tiba...
menunggu senja tiba...

Oleh sebab itu Civpol yang tergabung dalam CPC (Comunity Policing Center) bersama FPU Indonesia segera melaksanakan patroli malam bersama… gunanya untuk memberi rasa aman terhadap penduduk di dalam IDP camp, dan kesempatan pertama “joint Patrol” yang dilakukan oleh CPC dan FPU dilaksanakan  malam ini, dan saya ikut ‘nimbrung’ dengan mereka…..

Beserta anak - anak darfur pada senja hari
Beserta anak - anak darfur pada senja hari

 Patroli ini terdiri dari 1 pleton FPU Indonesia menggunakan APC dan mobil armored, beserta 1 regu dari CPC, titik kumpul pertama adalah di suatu tempat yang dinamakan “Asembly Point”.. yang terletak di tengah – tengah IDP camp “Abu Shouk” dan IDP camp “El Salam”, keberadaan “Asembly Point” ini adalah sebagai titik awal pergerakan Polisi UNAMID dalam menyambangi 2 IDP camp tersebut….

Persiapan terakhir untuk berangkat patroli
Persiapan terakhir untuk berangkat patroli

Melalui IDP camp yang tidak ada listrik dan penerangan pada malam hari tentunya sangat beresiko, makanya setiap pergerakan para CPC walaupun tidak bersenjata wajib memakai rompi antipeluru dan Helm demi keamanan mereka…. Bagi Kami FPU pun faktor Safety sangat penting, penggunaan APC dan Armored car merupakan keharusan bagi kami………

Melintasi kegelapan malam di IDP Camp
Melintasi kegelapan malam di IDP Camp

Bagi perorangan anggota FPU juga dilengkapi dengan peralatan “Night Vison” dan “thermal” yang dapat melihat sesuatu didalam kegelapan sekalipun…. Namun tetap saja kegelapan masih menjadi tantangan bagi pengendara APC buktinya salah satu APC kami “terperosok” kedalam lobang yang cukup dalam….

Waduh ! terperosok ke lobang APC nya....
Waduh ! terperosok ke lobang APC nya....

Namun berkat kepercayaan masyarakat besar kepada kami, mereka dengan sukarela membantu dan kami bergotong royong menggali tanah untuk bisa membuat jalur untuk keluar dari lobang tersebut……. Dan kendala tersebut teratasi….. “Sukron Katsiron Sayid ! “

Untung ada masyarakat IDP turut membantu...
Untung ada masyarakat IDP turut membantu...

Setelah beberapa jam patroli, kembalilah kami ke “Asemmbly Point” dan menyatukan temuan yang didapat di lapangan untuk dibuatkan laporan…..

Patroli selesai, koordinasi akhir untuk buat laporan...
Patroli selesai, koordinasi akhir untuk buat laporan...

Demikian sekilas keikut sertaan saya dalam “Night Patrol” beserta FPU dan CPC didalam IDP Camp…. Nantikan kisah selanjutnya dari Darfur… 🙂

Sehari bersama FPU Indonesia

Setelah tiga bulan bertugas di UNAMID (United Nations African Union Mission In Darfur) di El Fasher Darfur, segalanya nampak lebih terorganisir, tugas yang menjadi tanggung jawab FPU Indonesia sudah terlaksana dengan sangat baik, seperti pernah saya sebutkan tugas FPU sesuai Mandat yang diberikan PBB adalah : “Menjaga keamanan seluruh personel PBB beserta seluruh assetnya, dan juga melakukan patroli untuk menciptakan keamanan di kamp IDP (Internal Displaced Personal)”.  FPU yang terdiri dari 4 peleton selalu bergantian melakukan tugasnya, yang paling utama sehari – hari adalah melakukan pengawalan terhadap CIVPOL (Civilian Police) melakukan “Community Policing” di sekitar IDP Camp, dan IDP camp yang menjadi AOR (Area Of Responsibility) FPU ada 3 yaitu : IDP Camp ZAM – ZAM, IDP Camp ABU SHOUK, dan IDP Camp AL SALAM, jadi pleton – pleton itu habis terbagi di ketiga tempat tersebut..

Danton memberikan arahan sebelum berangkat tugas di Camp FPU Indonesia.

Patroli berjalan kaki disekitar IDP Camp ABU SHOUK

Berfoto bersama CIVPOL polwan dari Afsel, Language Asisten dan Mr. Onta

Tugas melakukan pengawalan terhadap CIVPOL terbagi dalam dua shift yaitu siang dan sore hari, dan bermula dari “Meeting Point” yang telah ditentukan, melakukan meeting sebelum berangkat dengan team leader CIVPOL untuk menyamakan presepsi apa yang akan dikerjakan CIVPOL selama melakukan “Comunity Policing” , biasanya sehari hari mereka bertemu dengan pemimpin “Informal” yang berada di IDP camp yang disebut “SHEIK” , atau setingkat lebih tingginya  disebut “OMDA”, dan beberapa OMDA dipimpin oleh seorang “Chief OMDA” , nah gambaran kalau di Indonesia mungkin SHEIK setingkat RT, kemudian OMDA setingkat Lurah, dan Chief OMDA adalah kepala OMDA diseluruh IDP Camp. Pelaksanaan tugas CIVPOL dengan dikawal FPU biasanya mendatangi SHEIK atau OMDA untuk menanyakan apakah ada kejadian yang meresahkan masyarakat, atau menampung laporan/komplain tentang keamanan di dalam IDP Camp, dari hasil pantauan tersebut CIVPOL membuat laporan harian ke Sector CIVPOL yang ada (di El Fasher adalah Sector North), kemudian di setiap IDP Camp tersebut untuk CIVPOL ada yang disebut CPC (Community Policing Centre), nah FPU Indonesia secara bergantian dan terus menerus membantu CPC untuk melaksanakan tugas “Community Policing”.

Menjaga CIVPOL yang sedang berkomunikasi dengan “OMDA”

Sejenak dengan anak – anak di IDP Camp, anak anak korban perang…

Tugas pengawalan terhadap CPC ke IDP camp terbagi dalam dua shift, yaitu shift pagi jam 8 sd jam 12, dan Shift sore Jam 2 sd jam 6, yang menjadi gambaran pada saat ini adalah pleton 3 yang dipimpin oleh IPTU Alex Fritz Tobing,  dimulai ketika persiapan berangkat di Camp FPU Indonesia pada pukul 07.30 pagi, memberikan sedikit arahan kepada anak buahnya untuk melaksanakan tugasnya, berangkat ke “Meeting Point”  dan berangkat ke IDP Camp “ABU SHOUK”  pada pukul 09.00, kemudian bersama CIVPOL melakukan “Community Policing” bertemu dengan Chief OMDA bertanya jawab tentang situasi dan kondisi, tugas sebagai pengawal mempunyai resiko tersendiri, anggota FPU harus menguasai jalan – jalan disekitar IDP Camp dan harus tahu apabila dalam keadaan “Emergency” jalan terdekat dan aman untuk mencapai titik aman,  yang saya lihat …. anggota FPU sudah sangat hapal lingkungan IDP Camp, bahkan mereka sangat diterima dengan baik oleh masyarakat IDP cam , jauh lebih baik daripada CIVPOL itu sendiri….. mungkin karena keramahan bangsa Indonesia yang pandai “Bersosialisasi” , saya melihat sendiri masyarakat di IDP camp sangat merasa aman dengan kehadiran FPU Indonesia, bahkan salah satu chief OMDA mengirimkan surat kepada PBB bahwa mereka sangat terkesan dan merasa aman atas kehadiran FPU Indonesia di IDP camp, pada tepat jam 12 siang peleton FPU selesai melaksanakan tugas dan kembali ke camp…..

Berfoto selesai melaksanakan tugas dengan aman…, salam dari Darfur !

Well Thanks GOD, tugas terlaksana dengan baik dan tidak kurang suatu apapun… mudah – mudahan terus begini sampai setahun kedepan, sehingga kami bisa bertemu keluarga dalam keadaan aman dan tidak kurang suatu apapun…. Amin….

DEVILS ON THE HORSEBACK (JANJAWEED) VS POLICE ON THE HORSEBACK (FPU INDONESIA)

Janjaweed
Devils on the Horseback

police in the horseback

Police on the Horseback

Nah ini yang seru ! ….dalam rangka penugasan FPU Indonesia ke Darfur, pasukan dipersiapkan dengan segala kemampuan di dalam menghadapi penugasan di daerah yang super extrem seperti di Darfur, extrem disini selain kondisi alam juga kalau – kalau harus berhadapan dengan Milisia extrem seperti Janjaweed yang mempunyai julukan “SETAN BERKUDA” (Devils on the Horseback)…..

Untuk menghadapi hal tersebut setiap personel FPU dibekali juga kemampuan untuk mengendarai kuda (siapa tahu dapat kuda sitaan Jannjaweed dan diharuskan membawanya………..iya ngga ha ha ha …???).

Kuda memang cocok menjadi kendaraan utama di daerah gurun seperdti di Darfur, terutama dengan “terrain” yang khusus seperti jurang yang terjal “pass way” yang sempit yang tidak terjangkau oleh kendaraan sejenis APC apalagi mobil walaupun mempunyai sistem penggerak roda 4 X 4…..

Memang FPU Indonesia bisa jadi FPU yang TERLENGKAP kemampuannya diantara semua FPU yang rencananya akan bergabung di Darfur, hebat bukan ????

PERSENJATAAN FPU : Non Lethal Weapon (Pepper Ball Launcher)

Pepper Ball Launcher

Salah satu persyaratan FPU untuk ditugaskan dalam Mission Area adalah : Kemampuan Pengendalian Huru Hara (PHH), karena dalam penugasan pasukan perdamaian tidak mungkin diturunkan unsur Militer dalam menangani huru – hara/demonstrasi, salah satu contoh pada Missi PBB di Kosovo (2002), pada saat itu polisi masih usur sipil tidak bersenjata (Unarmed), pada saat itu PBB dihadapkan demostrasi besar – besaran yang melibatkan hampir 200 rb orang, karena pada saat itu polisi hanya sebagai Police Observer yang bekerja perseorangan dan bukan ikatan kelompok apalagi mempunyai kemampuan PHH, akhirnya pada saat itu diturunkanlah UN Military yang tentu saja tidak punya kemampuan PHH…. hasilnya dapat diduga….. sapu bersiiiiih…. pada saat itu terdata kurang lebih 200 (dua ratus) demonstran tewas karena kekurang mampuan militer menangani PHH (dan memang mereka tidak dilatih untuk itu…) Setelah peristiwa Kosovo PBB berpikir untuk menugaskan kepolisian berseragam (Formed Police Unit) yang dapat menangani huru – hara dan ganguan kriminalitas bersenjata…. Semenjak saat itu FPU selalu ada dalam setiap missi perdamaian PBB seperti di Timor Leste, Haiti, Liberia dan terakhir di Sudan….

Launcher

Dalam tulisan ini saya akan membahas salah satu persenjataan Non Lethal (tidak mematikan) yang digunakan oleh FPU Indonesia dalam penugasan ke Darfur, yaitu Pepper Ball Launcher ….. senjata ini adalah modifikasi dari senjata permainan perang – perangan anak muda sekarang yaitu Paint Ball atau Soft Gun, cuma peluru cat diganti dengan Pepper Ball yaitu gas air mata…. yang menimbulkan rasa pedih di kulit dan mata, ini terasa lebih menjamin terlindunginya HAM (he he he), Penggunaan Pepper Ball Launcher berkaca dari pengalaman buruk penggunaan Peluru Karet yang ternyata bisa juga menimbulkan Kematian atau setidaknya Luka Parah apabila ditembakkan dari jarak dekat……

Pepper Ball launcher ini menggunakan Gas untuk penembakannya…. bisa melesatkan 3 peluru per detik…. dan apabila terkena tubuh, peluru bulat plastik akan pecah dan mengeluarkan gas air mata…. (aduuuh periiih…. ), Tempat peluru bola dalam senjata bisa memuat 100 (seratus) peluru, Pepper Bal Launcher adalah persenjataan PHH tingkat peleton, dalam setiap peleton minimal ada 2 orang penembak …. Sekarang bagaimana keiistimewaan PBL dibandingkan Pelontar Gas Air Mata ?…. Menggunakan PBL adalah lebih efektif karena sasaran (para demonstran) dapat dibidik sesuai target, sedangkan penggunaan Gas Air Mata dengan Pelontar, akan menghasilkan ledakan dari tabung Gas Air Mata, menyebabkan Gas Air Mata Tersebar ke udara secara meluas tetapi dampak gas air mata seperti senjata makan tuan, karena petugas polisi pun terkena dampaknya….

Pepper BAll berisi Gas Air Mata…… Bentuk Peper Ball yang dimasukkan dalam Launcer

GO FPU’ers !!!!, FYI : FPU Indonesia mendekati keberangkatannya karena KEPPRES tentang keberangkatan telah ditanda – tangani oleh Presiden……….

UNITED NATIONS PRE DEPLOYMENT VISIT (PDV)

PDV dari UNDPKO

Mr Faisal (menggunakan jas) dengan KakorBrimob Irjen Wenas, perwakilan AFP beserta pasukan FPU.

Setelah latihan beberapa minggu untuk menghadapi PDV team dari PBB, akhirnya pada tanggal 1 Februari 2008 team PDV dari UN DPKO ( United Nations Department Of Peace Keeping Operation) datang dari New York untuk meninjau kesiapan pasukan dan material FPU Indonesia, hal ini teramat penting karena di tangan mereka keberangkatan FPU Indonesia dapat di syah kan atau tidak, tergantung dari penilaian mereka terhadap kesiapan FPU Indonesia baik dari personil maupun material….

Tampak atas tempat latihan

Tampak atas formasi peragaan kemampuan FPU berikut peralatannya.

Hal – hal yang diujikan adalah sebagai berikut : Bagi para perwira mendapatkan test dan wawancara dalam bahasa Inggris sebagai syarat pokok dalam setiap missi perdamaian PBB, bagi anggota FPU lainnya diujikan bagaimana kemampuan pasukan dalam materi : Riot Control, VVIP Protection, Patroling, Guarding Camp dan Community Policing, setelah dilakukan test terhadap perorangan (Key Position) dan Pasukan dilakukan juga pengecekan terhadap peralatan yang akan dibawa FPU Indonesia, apakah sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan PBB untuk daerah missi, berbicara masalah spektek tentunya agak berbeda karena semua peralatan harus tahan pada cuaca panas gurun pasir di Darfur Sudan….

Mr faisal memberikan presentasi

Mr Faisal dari UNDPKO sebagai team PDV memberikan presentasi mengenai tugas FPU didaerah Missi.

Sebagai wakil UNDPKO yang melaksanakan PDV adalah Mr Faisal dari Pakistan, di tangan beliau kontingen FPU Indonesia bisa berangkat atau tidak, karena hasil penilaian akan langsung dikirim ke Security Counsil (Dewan Keamanan) PBB. Mr Faisal melakukan PDV selama 1 minggu di Indonesia. Pelaksanaan test bahasa Inggris untuk para perwira dilaksanakan di Sekolah Bahasa Polri Cipinang, sedangkan untuk pelaksanaan test kemampuan pasukan dilaksanakan di Markas Korps Brimob Polri Kelapa Dua, Depok….. Pada akhir Kunjungan Mr Faisal menyatakan kekagumannya kepada kesiapan FPU Indonesia dan akan merekomendasikan segera ke Dean Keamanan PBB untuk segera memberangkatkan FPU Indonesia ke daerah Missi UNAMID (United Nations African Mission In Darfur).

Ok FPU’ers segera siapkan fisik dan mentalmu untuk menghadapi tugas mulia kita…… Brigade !

KEADAAN DI DARFUR DILATIHKAN FPU INDONESIA

FPU INDONESIA

Kondisi di Darfur yang masih belum stabil sekarang ini, dapat menimbulkan bahaya bagi anggota FPU Indonesia, oleh sebab itu latihan adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar…..

Dalam beberapa hari ini telah di skenariokan beberapa hal yang mungkin dihadapi di medan tugas nanti, seperti RIOT dan cara mengatasinya dengan PHH, Penyanderaan, Pengawalan VVIP, Kontak senjata dan cara mengatasinya, Pertolongan dan evakuasi bagi korban anggota FPU dan lain – lain.

Dalam latihan ini sudah ditampilkan dalam full form equipment, dengan tujuan didalam daerah tugas nanti masing – masing anggota sudah mahir menggunakannya, peralatan itu termasuk persenjataan, kendaraan dan perlengkapan lainnya. Dalam latihan ini sudah digunakan APC (Armored Personel Carrier) yang telah di cat putih sesuai warna PBB.

Pembebasan sandera

Dalam foto diatas diperlihatkan bagaimana FPU indonesia berlatih pembebasan sandera, menangkap tersangkanya dan mengamankan tersangka dengan APC untuk dibawa ke local police, untuk menjalani proses hukum, perlu diketahaui bahwa fungsi keplisian dalam tugas UNAMID adalah represif terbatas, yaitu hanya dalam upaya paksa menangkap tersangka dalam keadaan tertangkap tangan, atau sesuai perintah UNAMID Commisioner of Police…..

Evacuation

Dalam foto berikut diperlihatkan bagaimana evakuasi korban menggunakan helikopter, suatu hal yang mungkin dapat terjadi mengingat rawannya daerah penugasan dan letak rumah sakit yang jauh dari Indonesian Base, jadi penanganan korban hanya dalam tingkat awal karena fasilitas kesehatan FPU hanya hospital level I (treatment awal) sedangkan rumah sakit Level IV terletak di Khortum yang jaraknya ribuan km dari Indonesian Base.

VVIP protection

Diperagakan juga bagaimana VVIP escort yang mendapat serangan mendadak dan cara escapenya dan menyelamatkan VVIP sampai ke ‘safe place’.

Dan the last but not least dilatihkan bagaimana pasukan FPU menghadapi Demonstrasi masa dan mengatasinya menggunakan PHH…