Dalam seri tulisan saya yang baru ini saya ingin memberikan gambaran kepada para pembaca setia blog ini tentang berbagai kejahatan yang terjadi di sekeliling kita sehari – hari, tentunya semua berdasarkan pengalaman saya berdinas sebagai polisi, terutama ketika sebagai penyelidik dan penyidik dalam kesatuan saya, sungguh banyak cerita yang ingin saya sampaikan kepada pembaca, namun kesibukan saya sedikit menundanya, namun sedikit demi sedikit saya akan menambahkannya, janji deeh.. 🙂
Cerita tentang kejahatan yang akan saya berikan bukan hanya dari prespektif saya sebagai polisi, bahkan sampai ke “insider” pelaku dan kelompok itu sendiri, mungkin sifat saya yang suka ber”gaul”, memang kadangkala saya masuk “terlalu jauh” dengan kelompok mereka, dan mungkin juga ada pertanyaan “kok kalau sudah tau, kenapa ditangkap saja”… nah inilah, saya kebanyakan bergaul dengan para “dedengkot” kelompok ini, banyak dari mereka yang sudah tobat dan ada juga sih yang masih “main”, tapi saya tetap menjaga “pertemanan” saya ini, kalau tidak begitu, mana bisa saya menulis cerita ini kan ?
Ok deh, cerita menakjubkan ini saya dapat dari sesorang, sebut saja namanya “X” seorang tokoh informal di lingkungannya, pada saat saya berdinas di Cilincing Jakarta Utara (tau kan daerah ini… ??? daerah keras dan panas, mungkin karena dekat laut yaa hehehe), saya banyak bertemu denganya, ngobrol ngalor ngidul sampai dia cerita pengalamannya sebagai seorang “penipu” dengan modus telepon atau SMS….
Ceritanya begini,
Ternyata kelompok – kelompok “penipu” ini adalah kelompok tersendiri dan sangat berbeda dengan kelompok penjahat lain, terutama yang menggunakan “aksi fisik” seperti pencopet, pencuri, perampok dll… kelompok ini sangat mengharamkan penggunaan kekerasan dalam melakukan aksinya, dan saya juga baru tau modus penipuan menggunakan “telepon” atau “sms” adalah “varian” baru dari berbagai modus penipuan mereka: dari penipuan berkedok hipnotis, penipuan berdalih sayembara berhadiah, penipuan berkedok undangan dan lain lain… (nanti saya akan ceritakan juga semua modus penipuan ini dalam “kejahatan disekitar kita” seri selanjutnya …), sekarang pertanyaannya, kenapa mereka “bertransformasi” kepada kejahatan dengan modus telepon ? simpel saja alasannya sih…karena pasti lebih aman, tidak sama dengan modus penipuan yang lain, kadangkala kalau si korban sadar tertipu, diteriakin maling…. dan babak belur bonyok juga mereka…..
Nah ini yang gawat, ternyata modus penipuan telepon ini juga banyak variannya, segala macam modus, namun yang jelas mereka mempelajari secara cermat calon korbannya, dan mempelajari secara psikologi dan kejiawaan kondisi korban, biasanya hal – hal yang menjadikan “keadaan Memaksa” dari korban untuk memberikan uangnya melalui transfer via atm, beberapa modus yang umum dilakukan :
Korban adalah sebagai orang tua yang menerima telepon dari seseorang yang memberikan informasi bahwa anak korban mengalami kecelakaan dan harus dirawat dirumah sakit, korban diminta segera mentranfer sejumlah uang untuk DP rumah sakit. (Tentunya sebagai orang tua akan panik dan segera mengirimkan uang tersebut)
Korban adalah keluarga seorang tersangka yang sedang bermasalah dengan aparat penegak hukum, dan sedang ditahan… seseorang mengaku sebagai pimpinan Kepolisian, atau Jaksa atau Hakim menelpon korban mengatakan akan membebaskan penahanan si tersangka atau “meringankan” hukumannya, diharapkan korban mentransfer sejumlah uang sebagai “uang pelicin”.
Korban adalah seorang pimpinan instansi tingkat menengah (dalam lingkup PNS atau TNI /POLRI) ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai pimpinan korban, atau yang berkaitan dengan bidang “pengawasan” , mengatakan kepada korban untuk mengirimkan sejumlah uang, tentunya dengan harapan dari si korban agar jabatannya langeng, atau perkeliruan yang dibuatnya tidak diangkat. (nah ini biasanya jarang sekali dilaporkan karena tentunya si korban malu mengakui)
Korban ditelepon sesorang bahwa ia mendapatkan hadiah sayembara berhadiah dari suatu perusahaan, dan untuk menebus hadiah tersebut ia diharapkan mengirimkan sejumlah uang sebagai pajak atau biaya pengiriman.
Korban adalah pemilik sebuah rumah atau mobil yang akan dijual, ditelepon seseorang yang berminat akan membeli dengan harga fantastis, namun meminta “fee” atas penjualan rumah atau mobil itu karena sebagai perantara. (Si korban karena tergiur harga yang bagus segera mentranfer uang tersebut)
Beberapa fakta menarik !!!!
– Kelompok ini selalu berpindah – pindah lokasi, dan selalu melakukan tugasnya di suatu rumah kontrakan, dan tidak pernah melakukan aksinya pada saat dirumahnya serta susah sekali ditangkap.
– Korban selalu dipelajari terlebih dahulu latar belakangnya, berdasarkan informasi yang didapat dari informan mereka yang berada di sekitar lingkungan korban atau lingkungan kerja, bisa pula informasi didapat dari koran dan majalah, terutama apabila mengenai kasus di bidang hukum. Jangan heran kalau mereka berlangganan koran dan majalah dari seluruh Indonesia.
– Nomer telepon yang digunakan selalu diganti setelah mereka mendapatkan uang yang didapat, hal ini mudah karena kartu perdana telepon selular sangat mudah didapat.
– Kelompok ini selalu menggunakan buku tabungan menggunakan KTP fiktif, jadi percuma saja melacak keberadaan alamat tersangka berdasarkan permintaan dari bank setelah si korban merasa tertipu.
– Jangan disangka bahwa korban kelompok ini hanya orang yang bodoh dan tidak berpendidikan, justru kebanyakan yang menjadi korban adalah orang orang yang berpendidikan tinggi dan mengerti hukum !!!!!!! pejabat tinggi disuatu instansi, menteri, bupati, jaksa, gubernur, dosen, profesor, istri pejabat, bahkan pejabat tinggi di lingkungan Polisi dan TNI !!!!!!
– Penipuan bermoduskan SMS (yang juga dilakukan oleh kelompok ini) tidak terlalu diseriuskan, karena nomer telepon korban didapat secara acak, dan bagi mereka seperti menjala ikan di air saja, siapa tahu ada ikan bodoh yang masuk ke jala …
– Maaf seribu maaf bukannya saya berkata tentang SARA, namun sebagian besar dari kelompok ini adalah orang Makasar dan sekitarnya, saya juga tidak mengerti kenapa sebagian besar dari kelompok ini berasal dari etnisitas itu.
– Nah ini yang membelalakkan mata saya, hasil terbesar yang pernah kelompok ini adalah mereka pernah di transfer uang 1 M dari seorang tokoh pemuda Indonesia yang terkenal, sewaktu beliau menghadapi tuduhan korupsi, dan kelompok ini mengaku sebagai jaksa yang menyidangkan perkara tokoh ini, dengan berjanji akan “meringankan” hukumannya…. weleh.. weleh enak juga ya kerja begini, modal cuap cuap hasil besar hahahah
– Sarana bank sebagai transfer uang hasil tipuan korban paling banyak melalui ATM BCA, wajar saja karena ATM BCA yang terluas pemakaiannya, dan sangat gampang membuatnya walaupun dengan KTP palsu, dan kelompok ini tahu sekali birokrasi untuk membuka atau menahan transfer sangat sulit birokrasinya, jadi ada kesempatan bagi mereka untuk mengambil uangnya sebelum disadari.
Tips agar tidak tertipu :
– Jangan mudah tergiur oleh rayuan gombal para penipu jahanam ini, selalu curiga kalau ada sesuatu yang “TOO GOOD TO BE TRUE”.
– Selalu konfirmasi dan recheck apabila ada seseorang yang mengaku pimpinan anda, pengambil keputusan penting dan “meminta upeti” atas perkeliruan yang anda lakukan atau keluarga anda… nah looo makanya jangan korupsi atau berbuat kejahatan donk..!!!
– Jangan panik apabila ada sesuatu berita musibah atau kecelakaan, selalu konfirmasi dan recek…
Nah para pembaca blog saya yang tercinta, mudah mudahan setelah anda membaca tulisan saya ini, anda tidak akan pernah menjadi korban dari kelompok penjahat bajingan ini…