LIARKAN KAMI KEMBALI….

Ada cerita yang sangat menarik buat saya sepulang dari mengunjungi Stasion Penelitian dan Rehabilitasi Orangutan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Tanjungjabung Barat Jambi kemarin … tentunya tentang ‘warga binaan’ mereka orangutan. Ternyata ‘meliarkan’ Orangutan tidak semudah yang kita bayangkan bersama….

Peter memberi contoh berkehidupan bagi warga binaannya
Peter memberi contoh berkehidupan bagi warga binaannya

Semua itu berawal dari kedatangan seorang pionir reintroduksi orangutan Dr. Peter Pratje dari Frankfurt Zoological Society ke Jambi semenjak 10 tahun yang lalu… Ia pada awalnya berjuang sendirian, dan mencari lokasi yang paling tepat untuk reintroduksi oranghutan… ia menemukan lokasi pertamanya di daerah Tebo Jambi, sedangkan lokasi yang kemarin saya kunjungi adalah lokasi keduannya…. pada awalnya Ia hanya sendiri beserta staff lokal 3 orang dan 7 ekor orangutan, sampai terakhir kemarin ia telah berhasil ‘meliarkan’ kembali 109 orangutan ke habitatnya…. dan dari hasil ‘peng-liar-an tersebut’ telah didapat 3 bayi orangutan yang lahir di hutan…dan staff lokalnya saja ada sekitar 50 an orang… sungguh upaya yang luar biasa ..

Stasion penelitian dan Rehabilitasi ini bekerjasama dengan Departemen Kehutanan mereka “menampung” orangutan yang disita berdasarkan UU Konservasi Hewan dan Tumbuhan… yang menyatakan Orangutan adalah hewan yang dilindungi dan tidak boleh dipelihara dan hanya boleh hidup di habitatnya, Oleh stasion inilah Orangutan inilah di ‘manusiakan’ eh.. di ‘orangutankan’ kembali … 🙂

Ada beberapa hal yang menurut saya sangat menarik tentang ‘meng-orangutan-kan’ (reintroduksi) kembali ke habitatnya, yang sempat saya catat, anda pasti tercengang membacanya  :mrgreen:

  • Untuk reintroduksi orangutan ke habitatnya di hutan, ternyata tidak boleh ada orang hutan “native” (orangutan asli)  yang tinggal di kawasan itu, bisa berabe karena orangutan kota ini akan “diusir'” oleh penduduk asli orangutan ini, jadi jangan dibayangkan orangutan “native” akan mengajari orangutan kota ….., jadi pemilihan mengapa lokasi reintroduksi orangutan di Jambi, karena memang di Jambi tidak ada orangutan asli dan sudah punah, namun berdasarkan penelitian pustaka peninggalan Belanda pada abad ke 18 tercatat Jambi ada habitat orangutan Sumatra…. entah mengapa mereka sampai punah, makanya Jambi cocok jadi tempat reintroduksi orangutan.
  • Orangutan Sumatra berbeda dengan orangutan Kalimantan, cirinya dari warna bulunya orangutan sumatra lebih terang dan merah, dari bentuk fisiknya juga lebih kecil dari orangutan Kalimantan, nah untuk proses Reintroduksi Orangutan Sumatra tidak bisa untuk direintroduksi di Kalimantan demikian sebaliknya Orangutan Kalimantan tdk bisa di Sumatra….. Nah Celakanya kalau ada orangutan hasil persilangan Orangutan Sumatra dan Kalimantan…. mereka sama sekali tidak bisa direintroduksi kembali ke habitatnya…. baru tau kan ?
  • Ada banyak tempat reintroduksi orangutan yang gagal, kenapa ? karena mereka sudah mengkomersilkan orangutan tersebut menjadi obyek wisata, karena prinsipnya makin sering mereka bertemu kembali dengan manusia (berfoto, memberi makan dsb), mereka jadinya akan “manja” hanya menunggu belas kasihan pengunjung dan tidak lagi mau mencari makan di hutan, dan ada hal yang gawat lainnya mereka banyak ketularan penyakit manusia….. oooo.. makanya pada saat kunjungan stasion itu sangat tertutup bagi dunia luar dan kami dilarang menyentuh orang utan….
  • Lama proses orangutan kota untuk reintroduksi ke habitatnya di hutan tidak tentu, namun paling cepat bisa 3 bulan, namun ada juga yang sampai tahunan, kenapa sebabnya ? karena dulunya ia sangat dimanja oleh pemiliknya…. seperti contohnya seorang orangutan bernama Bimbim, bayangkan menurut petugas sewaktu disita dari pemiliknya ia sudah diperlakukan seperti manusia, diberi baju, dipakaikan pampers dan tidur di tempat tidur …. weleh.. kasian juga kamu Bim… pantesan kemarin saya liat mukanya Bimbim seperti sedih … mungkin kangen kehidupan kotanya lagi 🙂
  • Orangutan sifatnya kan seperti manusia, dia makhluk yang mencontoh apa yang dilihatnya secara visual… jadi ternyata mereintroduksi orangutan untuk membuat sarang, makan buah hutan dan banyak hal lainnya adalah hasil mencontoh tingkah laku “trainer’ nya… mereka ber “acting” tertentu yang dikehendaki, agar “ditiru” oleh orangutan…. oooo  begitu… seperti gambar Peter diatas … dia sedang memberi contoh warga binaannya… weleh weleh…

Waaah, saya salut – sesalutnya buat para pekerja di Stasion ini, sungguh pengorbanan yang luarbiasa… ditempat yang jauh dari peradaban … tidak ada tetangga, listrik apalagi internet… hanya untuk mengajari Orangutan kembali ke habitatnya… sungguh tugas yang mulia… Buat Peter , Kris, Siregar dan semua awak di station… tetap semangat yaa…

Mengunjungi Fasilitas Station Penelitian Orangutan di Jambi

Pada tanggal 18 s/d 20 Februari saya ditunjuk untuk mendampingi tamu penting Duta Besar Australia, Mr. Bill Farmer. Maksud kedatangan beliau dan rombongan adalah mengunjungi fasilitas Station Penelitian Orangutan di Kabupaten Tanjabar, Kecamatan Renah Mendalu, Desa Lubuk Kambing.

Orangutan dan anaknya yang lahir di station rehabilitasi
Orangutan dan anaknya yang lahir di station rehabilitasi
Orangutan yang akan di Liarkan
Orangutan yang akan diliarkan

Mengapa kunjungan di fasilitas ini demikian penting bagi pemerintah Australia? Dikarenakan pemerintah Australia memiliki investasi yang tidak sedikit dalam mempertahankan Riset Stasiun ini untuk menjalankan fungsinya.

Fungsi dari Riset Stasiun adalah merehabilitasi Orangutan-Orangutan yang disita dari masyarakat agar siap dikembalikan ke alam bebas sebagai tempat hidup nya yang layak (habitat) bukan di kandang ataupun dikurung.

Fasilitas Riset Stasiun Orangutan yang menggunakan area seluas 10 ha ini terletak di tengah Hutan Produksi Terbatas yang memiliki luas lebih dari 30,000 ha yang bersebelahan dengan Hutan kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh seluas 143,000 ha, yang keseluruhannya merupakan habitat yang layak bagi orangutan maupun binatang-binatang yang dulindungi UU lainnya misalnya harimau, beruang, gajah serta ratusan jenis burung.

Jalan menuju lokasi yang benar 2x off road
Jalan menuju lokasi yang benar 2x off road

Fasilitas  ini sedemikian strategis untuk membuktikan kepada dunia bahwa Jambi memiliki niat dan rencana yang baik dalam mendukung upaya dunia mengurangi emisi untuk menanggulangi ekses negative Climate Change. Fasilitas maupun hutan-hutan di sekelilingnya yang dikelola dengan baik akan merupakan tempat penyerapan karbon, perlindungan tata air, perlindungan kesuburan tanah.

Kunjungan ini juga merupakan evaluasi bagi pemerintah Australia untuk meningkatkan bantuannya ke Jambi dalam rangka membantu pemerintah daerah untuk menyusun strategi pembangunan yang rendah emisi dalam rangka mewujudkan statement President SBY untuk mengurangi emisi nasional sebesar 26% sampai 41% sampai tahun 2030.

Station Rehabilitasi Orangutan
Station Rehabilitasi Orangutan

Bantuan Australia ke provinsi Jambi yang akan datang diperkirakan akan mengucurkan dana jutaan dolar untuk skema pengurangan kerusakan hutan, yang sementara ini masuk dalam rencana adalah di Sarolangun dan Merangin di prioritaskan sebagai pilot proyek walaupun Tanjabar juga tentunya akan terus mendapat perhatian. Komponen-komponen kegiatan yang akan dikerjasamakan adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi jangka panjang untuk menghindari kegiatan yang hanya berorientasi pada keinginan memperoleh keuntungan cepat namun mengorbankan lingkungan dan fungsinya u ntuk kepentingan masa depan yang justru menambah emisi karbon. Oleh karenanya peranan ekonomi masyarakat agar tidak mengancam kondisi hutan akan mendapat prioritas. Jambi sendiri sudah menyiapkan rencana aksi untuk pembangunan rendah emisi melalui pengurangan kebakaran lahan dan upaya perlindungan lahan gambut melalui pemberdayaan masyarakat dan kelembagaan yang tentunya tidak akan terlaksana bila hanya mengandalkan dana APBD.

Berfoto bersama Dubes dan Rombongan
Berfoto bersama Dubes dan Rombongan

Duta Besar Australia dalam kunjungan kerja ini didampingi oleh Ms. Susan Hunt, Direktur Kebun Binatang Perth, Mr. Martin Newberry perwakilan Pemerintah Australia Barat serta Mr. Leif Cook ahli primata dari Australia.

Mahasiswa Indonesia di Khartoum

Pada penugasan PBB yang lalu di Sudan saya ditunjuk sebagai ketua “team advanced” yang terdiri dari 3 orang termasuk saya, perjalanan pertama saya pada waktu itu langsung menuju ke Kharthoum ibukota Sudan…. Waktu itu saya masih blank sama sekali tentang Sudan, contact person saya pertama adalah orang dari kedutaan Indonesia serta rekan Police Observer dari Indonesia yang menjemput kami di airport, dan kamipun numpang tinggal di rumah rekan kami Police Observer yang kebetulan dinas di Kharthoum…. Setelah beberapa saat tinggal di Kharthoum dan menunggu barang milik kontingen dan mengecek manifestnya di UN transportation, ternyata tidak banyak yang musti dikerjakan selain sabar dan menunggu…. Kamipun banyak bersosialisasi dengan warganegara Indonesia di Khartoum yang kebetulan sering main juga ke KBRI, disanalah kami mengerti ternyata banyak juga mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Khartoum….. kalau dari data di KBRI mereka jumlahnya ada sekitar 200 orang, jadilah kita akrab dengan mereka dan sering diajak ke mess mereka yang tersebar di Khartoum…


Foto bareng dengan Team Mahasiswa Fosmatim (Forum Mahasiswa Timur) menang 2:1 atas Team Fokus (Forum Keluarga Sumatra)

Sungguh menarik bagi saya, kenapa kok bisa ada cukup lumayan banyak mahasiswa Indonesia belajar di Sudan, negara yang sedang didera konflik berkepanjangan ini…. Ternyata Sudan merupakan alternatif bagi mahasiswa Indonesia yang ingin mempelajari budaya/bahasa Arab dan agama Islam selain tujuan utama mereka Mesir, kalau di mesir jangan tanya lagi disana ada sekitar 6000 an mahasiswa Indonesia disana dengan Universitas terkenalnya Al Azhar, mantan Presiden kita Abdurahman Wahid adalah juga lulusan Mesir….

Kalau di Sudan sendiri Universitas yang menjadi favorit adalah Universitas Africa, yang memang menampung siswa mancanegara … kebanyakan juga mahasiswa Indonesia berkuliah ditempat ini… dan ada hal yang menyebabkan mereka senang …. Ternyata disini uang sekolah tidak bayar …. Dan lagi tempat tinggal mereka di Mess digratiskan oleh pemerintah Sudan….. ooo pantesan… jadi kebanyakan mahasiswa Indonesia yang berangkat kesini pada awalnya ingin berkuliah di Mesir, namun adanya tawaran sekolah dan tempat tinggal gratis membuat mereka mengalihkan tujuan belajarnya disini….. ya tentu saja syaratnya lulus test masuk Universitas Africa…. Memang kalau yang tidak lulus biasanya daripada pulang kampung, banyak juga yang mengambil alternatif kuliah di Universitas Swasta disekitar Kharthoum yang mutunya juga tidak kalah biayanya pun tidak semahal di Mesir…

Waktu saya tanyakan apa sih kelebihan belajar di Sudan dibandingkan di Mesir, katanya di Sudan adalah tempat terbaik kalau mau mempelajari sastra dan budaya Arab, itu diakui oleh orang arab sendiri… menurut mereka bahasa yang digunakan Universitas di Sudan adalah Bahasa Arab yang masih tinggi …. (baru tau juga bahasa arab ada tingkatannya) … dan ternyata banyak sastrais Arab, pengarang buku berhasa Arab yang terkenal berasal dari orang Sudan… yang sebenarnya mereka adalah “Africa” … hebat kan ? Hal yang menurut mereka lebih baik daripada di Mesir adalah dosen yang lebih “care” .. kalau di Mesir karena mahasiswanya banyak sekali …. Sehingga waktu kelulusan bisa lama sekali dibanding di Khartoum …. Itulah sebabnya banyak juga mahasiswa S1 lulusan Mesir mereka melanjutkan S2 dan S3 nya di Sudan… ya itu karena pertimbangan kepraktisan dan waktu… di Mesir bisa lebih lama 2 tahun daripada di Sudan…

Masalah kehidupan mahasiswa, yah namanya juga mahasiswa serba sulit dan menunggu kiriman dari kampung yang kurang jelas kapan datangnya, jangan kuatir ternyata banyak peluang yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup, patut diakui juga bahwa mahasiswa Indonesia di Sudan tidak “segemerlap” mahasiswa Indonesia di Mesir yang berasal dari golongan ekonomi mampu…. Peluang itu antara lain:

  • Membuat Tahu dan Tempe, karena disana tidak ada yang membuat maka mahasiswa Indonesia yang menjadi pelopornya, bahan dasarnya kedelai gampang didapat…. Mereka kemudian menjualnya ke warga Indonesia lainnya atau ke orang Malaysia yang banyak bekerja di Petronas di Sudan.
  • Membudidayakan kangkung…. Nah inilah ternyata kangkung juga bahan yang langka di Sudan… namun barang ini sangat dicari seiring dengan banyaknya warganegara China yang bekerja di Sudan (mitra ekonomi terbesar Sudan, karena mereka anti AS), hasil budidaya kangkung di jual di Supermarket dengan harga yang lumayan…
  • Menjadi Juru Adzan di Mesjid, nah ini juga menurut saya unik…. Menurut orang Sudan cara adzan orang Indonesia sangat bagus dengan power dan “cengkok”nya.. dibanding mereka sendiri yang datar saja .. iya sih saya juga mendengarnya demikian… mereka biasa dibayar bulanan, dengan uang lumayan juga…sekitar usd 400, biasanya mereka berdua untuk mentekel 5 kali adzan setiap harinya nonstop…
  • Menjadi Staf lokal di KBRI , nah ini juga peluang yang bisa dimanfaatkan mereka… kebetulan KBRI Indonesia membuka peluang kepada mereka untuk bekerja paruh waktu di KBRI, sebagai gatekeeper atau sebagai staff administrasi, karena pegawai “asli” KBRI dari Deplu hanya 9 orang jadi mereka butuh tambahan tenaga, sumbernya ya dari Mahasiswa Indonesia.

Mengenai kehidupan sosial dan Politik mahasiswa Indonesia tegabung dalam PPI di Sudan, namun mereka lebih banyak “menggolongkan diri” sesuai identitas kebudayaan lokal di Indonesia, seperti perkumpulan Aceh, perkumpulan Sumatra Utara, Sunda, Jawa tengah, Jakarta, hingga Indonesia Timur… nah kegiatan PPI biasanya mengadakan pertandingan Olahraga seperti sepakbola dengan klasemen perkumpulan ini…. Selain perkumpulan sosial ada juga perkumpulan Politik, di Sudan juga ada perwakilan partai PKS cabang Sudan, ada juga perwakilan Nadhatul Ulama di Sudan yang semuanya dimotori oleh mahasiswa.. (karena memang kebanyakan di sudan memang dari mahasiswa, sedikit saja pekerja Indonesia). Pertemuan antar Mahasiswa Indonesia sering juga dilakukan secara rutin …. Minimal sebulan sekali mereka mengadakan pengajian atau sekedar berkumpul …. Tempat berkumpul yang paling sering adalah di KBRI atau di Kantor cabang NU sudan ….

Saya dan Jony Mahasiswa S3 di Kharthoum

Saya jadi teringat selama disana saya dekat dengan mahasiswa asal Jambi namanya Jony, dia sedang menyelesaikan S3nya dalam bidang Hukum Syariat di Universitas Africa, sebelumnya adalah lulusan Mesir … ia banyak memberi informasi buat saya tentang kehidupan dan budaya Arab dan sedikit bahasa Arab …. Jony , Kef Hal ? Mafi Muskila ? Tamam…… Sukron Katsiron ….

Polisi Sebagai Terpidana Dalam Lembaga Pemasyarakatan

Kemarin saya berkesempatan memberi pengarahan kepada para pegawai lapas di Lembaga Pemasyarakatan Jambi, setelah selesai saya berkesempatan meninjau kedalam sel – sel tahanan, dan “miris” rasanya didalamnya terdapat belasan anggota Polisi yang terlibat tindak Pidana dan divonis penjara…. suatu jumlah yang tidak sedikit … wuiih.. kalau dilihat perbuatannya… mereka adalah terpidana kasus Narkoba, dan perbuatan lainnya seperti Pencurian dan Penganiayaan…

Police Behind Bars
Police Behind Bars

Semenjak Polri bukan lagi bagian integral dari Angkatan Bersenjata pada awal tahun 2000 an, Polisi sudah 100% tunduk pada aturan Pidana Umum, artinya diadili dalam Pengadilan Umum dan apabila divonis Penjara masuk dalam Penjara Umum… dan bisa dibayangkan Polisi dipenjara bareng orang yang pernah ditangkapnya :mrgreen: dan kisah itu benar – benar terjadi,…. setidaknya di Lapas yang kemarin saya lihat … Seorang anggota Polisi pernah dikeroyok beramai – ramai narapidana lainnya pada saat masuk, sebelumnya terkenal sebagai polisi yang suka menangkap orang dan “sadis” terhadap tangkapannya …Polisi yang masuk pun harus membayar “upeti” terhadap para preman narapidana agar tidak diganggu ….

Kalau kita bandingkan dengan anggota TNI, mereka tetap berada dalam lingkup peradilan militer dan tahanan militer walaupun kejahatan yang mereka lakukan termasuk “kejahatan umum” seperti yang tercantum dalam KUHP, menurut pendapat saya kalau negara ini ingin menegakkan “supremasi hukum” mestinya semua mendapat perlakuan yang sama didalam hukum tanpa memandang bulu baik itu Polri, TNI atau siapapapun ….

Saya jadi ingat pengalaman saya dulu sewaktu Polri masih tunduk pada hukum militer, karena dituduh terlibat perkelahian yang tidak saya lakukan, saya bolak balik dipanggil Polisi Militer dan diperiksa …. saya pada waktu itu berpikir kalaupun saya terbukti melakukan tindak Pidana pengeroyokan (170 Kuhp yo 351 KUHP) masakah saya diadili di pengadilan militer ? ngga nyambung blass kan ? hehe… 😛 untung perbuatan saya tidak terbukti, karena memang saya tidak melakukan… saya pun bersumpah keadaan ini harus diubah …

Keadaanpun berubah Polisi kembali kejati dirinya sebagai anggota masyarakat umum… dalam lingkup peradilan umum… nah  sumpah saya jadi berbalik ke saya … pada saat itu kebetulan saya sebagai penyidik di Polda, dan karena saya yang paling senior, maka semua kasus Pidana yang melibatkan anggota Polri dilimpahkan ke saya …. walaaaah serba salah …..antara tugas dan ngga tega… tapi itulah  tantangannya… mau ngga mau saya  sudah mengantar belasan anggota Polri yang terkait Pidana kedalam penjara….. sighh sungguh ironi…

Makanya, saran saya kalau anda seorang Polisi jangaaaan deh terlibat perkara pidana… akan sakiiiit sekali kalau anda divonis penjara dan masuk Lapas …

Catatan Perjalanan Seorang Peacekeeper Dari Tengah Gurun Pasir Darfur.

“A life without adventure is likely to be unsatisfying, but a life in which adventure is allowed to take whatever form it will is sure to be short.”

Bertrand Russell quotes (English Logician and Philosopher 1872-1970)

Pada suatu sore pada saat hendak main bulutangkis, saya ditelepon oleh sesorang dari Mabes Polri, saya diberitahu bahwa saya ditunjuk langsung sebagai Wakil Komandan Kontingen Misi Perdamaian Polri di Darfur, seketika adrenalin saya meningkat, membayangkan Darfur suatu daerah yang setahu saya adalah daerah konflik yang paling berbahaya di dunia, banyak televisi berita dunia yang menceritakan tentang Konflik Darfur, ….Yes… this is my biggest Adventure ever !

Inilah negara Sudan dengan ibukota Khartom, dan perjalanan kami dari Port Sudan hingga Al Fashir Darfur region

Missi Perdamaian ini dinamakan United Nations African Nation Mission In Darfur (UNAMID) adalah suatu missi kerjasama antara Uni Afrika dan PBB dalam membawa kedamaian di Darfur Sudan. Permasalahannya adalah pemberontakan penduduk Darfur terhadap pemerintah pusat Sudan, masalahnya sangat klasik yaitu tidak meratanya pembagian pusat dan daerah, terutama semenjak ditemukan ladang minyak baru disini. Konflik yang telah berjalan 5 tahun ini mengakibatkan korban 350 ribu jiwa dan 2,5 juta orang tinggal di Internal Displaced Personal Camp (kamp pengungsi lokal).

Barang dari Indonesia pertama kali diturunkan di Port Of Sudan

Ada banyak hal baru yang saya dapatkan dalam missi saya ini, yang jelas sangat jauh berbeda dengan missi saya sebelumnya di Bosnia Hercegovina 97-98. Missi ini adalah pertama kalinya Polri mengirimkan kontingen dalam ikatan pasukan yang disebut Formed Police Unit (FPU) yaitu unit lengkap mandiri dan bersenjata terdiri dari 140 orang. Dengan daerah missi di gurun pasir juga merupakan tantangan tersendiri, karena tidak pernah ada seorangpun dari kami yang berpengalaman mengalami kondisi alam ini.

Fpu Indonesia pada saat istirahat Patroli di IDP camp

Saya ditunjuk sebagai “Team Advance” dengan dua orang rekan lainnya berangkat pada tanggal 5 Mei 2008 untuk mengurus dan mengawasi pengiriman ribuan item peralatan, camp portable, bahan makanan serta puluhan kendaraan milik FPU Indonesia (140 kontainer 20′ dan 53 buah kendaraan) yang dikirim dari Tanjung Priok Indonesia dan berlabuh di kota pelabuhan satu – satunya di Sudan, Port Of Sudan. Setelah sampai di Pelabuhan Port Of Sudan ternyata bukan akhir dari perjalanan kami, pengurusan Custom yang terkendala Birokrasi serta jarak tempuh yang sangat jauh hingga sampai di tempat penugasan kami Al Fasher Darfur, kalau diukur dari skala peta berjarak 2700 Km hampir dua setengah panjang pulau jawa, dengan jalan yang buruk melewati padang pasir yang luas. Pengiriman barang tersebut melewati pusat logistic UN di Sudan di kota Al Obeid, kalau diperhitungkan lama perjalanan dari Port Sudan hingga sampai di Al Fasher memakan waktu 5 bulan.

Foto bersama para perwira FPU Indonesia

Pada Bulan ke lima setelah barang sebagian besar tiba di Al Fashir, pasukan utama FPU tiba di El Fasher pada tanggal 12 Oktober 2008, menggunakan pesawat carter dari Halim Perdana Kusuma, hari – hari pertama setelah kedatangan pasukan FPU Indonesia pada tanggal adalah melakukan orientasi lapangan ke IDP Camp yang masuk dalam Area Of Responsibilitynya, yaitu IDP camp “El Salam”, “Abu Shouk” dan “Zam–Zam” rata – rata IDP Camp ini dihuni sekitar 100 ribu pengungsi, di dalam IDP camp tokoh masyarakat informal disebut “Sheik” (setingkat dengan desa/lingkungan) dan diatasnya adalah “Omda” yang biasanya membawahi beberapa Sheik.

Melakukan community Policing bertemu dengan Sheik di IDP camp

Kendala awal bagi pasukan dan seperti pernah saya alami sendiri adalah penyesuaian fisik untuk menghadapi iklim gurun yang ganas: bibir pecah, dehidrasi, mengeluarkan darah dari hidung adalah hal yang rata – rata dialami, namun kendala itu cepat dapat diatasi. Pada waktu kedatangan sementara kontingen FPU Indonesia ditempatkan pada “transit camp” karena camp Indonesia masih dalam tahap pembangunan, yang memakan waktu selama 2 bulan, bagi anggota FPU kebutuhan hidup sehari- hari seperti bahan makanan di drop secara regular dan dimasak oleh anggota “Support Unit”, air untuk MCK dan minum juga di drop tiap hari.

Peragaan FPU Indonesia pada upacara medal parade di Basecamp FPU Indonesia.

FPU Indonesia melaksanakan tugasnya secara “full performance” setelah melewati jangka waktu 2 minggu waktu penyesuaian dan orientasi, tugasnya adalah melakukan patroli di 3 (tiga) IDP Camp yang merupakan wilayah tanggung jawabnya, terbagi dalam shift siang dan malam, setiap patroli terdiri dari 1 peleton menggunakan 2 buah “Armored Personnel Carrier” (APC) dan mobil patroli. Patroli ini merupakan joint patrol bersama UN CIVPOL dengan melaksanakan “Community Policing”, “Pemolisian Masyarakat” , kami membantu masyarakat Darfur di dalam IDP camp agar bisa mempunyai daya tangkal terhadap gangguan kamtibmas di lingkungan sekitarnya. Tepat setahun masa tugas FPU kami disembarkasi dan digantikan oleh FPU Indonesia 2 sebagai FPU pengganti kami.

Pemberian tanda jasa PBB kepada 3 orang ‘team Advance’ oleh kepala polisi UNAMID, Jend. Michel Fryer dari Afsel.

Memang berat tugas yang harus kami lakukan, namun kalau ditarik ke belakang pengalaman ini sangat berharga buat saya dan rekan – rekan FPU lainnya, dan mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup saya……

Reinhard Hutagaol Sik

Akbp/Wakil Komandan Kontingen FPU Indonesia di Sudan/UNAMID

*Tulisan ini dimuat dalam majalah bulanan Polda Jambi Siginjai.

Buku Baru “MJ” Istriku dan “Trinity” Adikku

Entah kebetulan atau tidak,  kedua orang keluarga terdekatku  istri dan adik  sama – sama launching buku dalam waktu yang hampir bersamaan … Istriku dengan buku serial “Miss jinjing” ke 3 dengan judul “Pantang Mati Gaya” dari penerbit Republika, sedangkan Adikku Trinity dengan buku serial “Naked Travel 2” oleh penerbit Mizan.

Pantang Mati Gaya & Naked Travel 2
Pantang Mati Gaya & Naked Travel 2

Buku ini kalau dari core nya jelas sekali berbeda… Istriku lebih banyak mengetengahkan masalah gaya dan lifestyle perempuan “girlie”, sedangkan adik saya bercerita tentang petualangannya sebagai “backpacker” yang “fearless and fun”… namun ada persamaan dari kedua buku tersebut, sama – sama Non-Fiksi … artinya semua cerita didalamnya adalah kejadian sebenarnya….

Dalam buku penerbitan sebelumnya juga keduanya mencetak “Best Seller” ( MJ1 dan MJ2 dan TNT1)  dengan angka penjualan yang fantastis ….  dan harapannya tentunya pada kali ini akan melebihi penerbitan sebelumnya….

Ok istriku dan adikku … selamat yaaa.. sukses selalu untuk kalian berdua… Luv u all…

*Bagi pembaca yang tertarik sudah bisa mendapatkannya di toko buku Gramedia terdekat …

Gendarmarrie, Polisi Banci atau Tentara Banci ?

Lambang Italian Carabinieri
Lambang Italian Carabinieri

Di beberapa negara Eropa ada suatu institusi yang tidak kita kenal sistem tata negara kita, institusi ini unik sekali seakan akan berada di “dua alam” yaitu Kepolisian dan Militer secara bersamaan, dapat berganti peran secara bergantian tergantung keadaan, seperti Banci 🙂 … Institusi ini  dibilang Polisi juga ngga seluruhnya  benar karena aturannya sangat militer bahkan ikut diterjunkan dalam berbagai operasi militer, dibilang Militer juga tidak tepat karena kok mereka juga bertugas di bidang pencegahan dan penanggulangan kriminal yang berada dalam masyarakat…

lambang France Gendarmarrie
lambang France Gendarmarrie

Institusi ini bernama Gendarmarrie atau Gendarmary diperkenalkan awalnya di Perancis berasal dari kata “Gens d’armes” yang artinya “orang bersenjata” pada awalnya adalah pasukan kavaleri bersenjata dibawah Angkatan Bersenjata Perancis, namun setelah revolusi Perancis diperkenalkanlah pemisahan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif … Negara pada waktu itu sangat kacau, sehinggga diperlukan Militer untuk “meredakan” keadaan, namun karena aturan itulah maka Militer harus diberi wewenang “sipil” untuk turun ke ranah “keamanan” negara, jauh dari tugasnya sebagai “pertahanan” . Maka dibentuklah “tentara” yang bisa bertugas “sipil” yaitu Gendarmerrie… Nah ide ini diadopsi ke beberapa negara lain di Eropa seperti Italia dengan “Carabinieri” , Spanyol dengan “Guardia Civil”, Belanda dengan “Marschautshce” atau kita sebut “Marsose”…

Carabinieri sedang patroli
Carabinieri sedang patroli

Gendermarie sebenarnya adalah militer namun ditugaskan dalam masyarakat sipil, karena itu mereka lebih disebut “Para-Militer” ketimbang “Militer”, namun mereka bisa juga ditugaskan dalam tugas – tugas militer dalam keadaan Perang atau dalam penanggulangan bencana alam, disisi lain mereka juga melakukan tugas pemolisian sipil seperti melakukan penyelidikan dan penyidikan, patroli jalan raya, laut dan udara dan penanggulangan huru – hara… bahkan mereka juga sebagai PM (Polisi Militer) yang melakukan penyidikan terhadap Militer atau sebagai Provost Militer… Gendarmarrie berada dalam lingkup Kementerian Pertahanan (Italy), dalam lingkup kementerian dalam negeri (Argentina dan Spanyol) bahkan berada dalam dua kementrian sekaligus Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan (Chili, Perancis, Belanda) … Inilah sekilas perbandingan Gendarmarrie (perancis) dan Carabiniery (Italy) seperti :  Gendarmarrie dan Carabinieri sama sama berada di bawah Menteri Pertahanan dan Menteri dalam Negeri, Gendarmarrie : Bertugas di daerah Rular (luar kota) sedangkan Polisi di daerah Urban (perkotaan), Carabiniery : Sama – sama dengan dengan polisi, baik diluar kota maupun didalam kota, jadi mereka saling bersaing.

France Gendarmerrie sedang Patroli
France Gendarmerrie sedang Patroli

Pada penugasan dalam ranah “kepolisian” tentunya ada rivalitas abadi Gendarmerrie dengan “Polisi” benaran …. mereka saling saingan untuk merebut hati masyarakat dengan tugasnya (malah bagus kan ? .. hehehe) Saya pernah melihat sendiri di Italy, masyarakat lebih percaya kepada Carabiniery ketimbang Polisi…. Alasan mereka Carabiniery lebih cepat tanggap kalau ada laporan masyarakat … saya pernah melihat statistik : ternyata Carabiniery lebih banyak menangani kasus kriminal dibandingkan Polisi…. Dibandingkan dengan “polisi biasa” Gendermarrie mempunyai kelebihan disiplin yang lebih tinggi, membuat mereka lebih kapabel ketika berurusan dengan kelompok kejahatan kekerasan yang bersenjata… disisi lain standar rekrutmen yang tinggi terutama di kesehatan dan Jasmani membuat mereka mempunyai calon anggota yang mempunyai kelebihan dibanding polisi. Gendermarrie mempunyai berbagai macam tugas polisi maupun militer, contohnya di Perancis Gendermarrie mempunyai tugas pengendalian massa/kerusuhan, anti teroris, penjagaan VVIP dan Obyek Vital, Pengawal Presiden Perancis, Pengawal bandara, Polisi Udara dan Air, dan SAR.

Lucu kan ? tapi menurut saya banyak positifnya kok…..kalau Polisi dan Carabinieri saingan untuk menanggulangi kejahatan .. pasti susah kan kalau ada mafia hukum ? haha… kalau tersangka bisa bebas karena disogok di Polisi, jangan – jangan bisa di tangkap lagi sama carabinieri atau sebaliknya….   🙂