Mahasiswa Indonesia di Khartoum

Pada penugasan PBB yang lalu di Sudan saya ditunjuk sebagai ketua “team advanced” yang terdiri dari 3 orang termasuk saya, perjalanan pertama saya pada waktu itu langsung menuju ke Kharthoum ibukota Sudan…. Waktu itu saya masih blank sama sekali tentang Sudan, contact person saya pertama adalah orang dari kedutaan Indonesia serta rekan Police Observer dari Indonesia yang menjemput kami di airport, dan kamipun numpang tinggal di rumah rekan kami Police Observer yang kebetulan dinas di Kharthoum…. Setelah beberapa saat tinggal di Kharthoum dan menunggu barang milik kontingen dan mengecek manifestnya di UN transportation, ternyata tidak banyak yang musti dikerjakan selain sabar dan menunggu…. Kamipun banyak bersosialisasi dengan warganegara Indonesia di Khartoum yang kebetulan sering main juga ke KBRI, disanalah kami mengerti ternyata banyak juga mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Khartoum….. kalau dari data di KBRI mereka jumlahnya ada sekitar 200 orang, jadilah kita akrab dengan mereka dan sering diajak ke mess mereka yang tersebar di Khartoum…


Foto bareng dengan Team Mahasiswa Fosmatim (Forum Mahasiswa Timur) menang 2:1 atas Team Fokus (Forum Keluarga Sumatra)

Sungguh menarik bagi saya, kenapa kok bisa ada cukup lumayan banyak mahasiswa Indonesia belajar di Sudan, negara yang sedang didera konflik berkepanjangan ini…. Ternyata Sudan merupakan alternatif bagi mahasiswa Indonesia yang ingin mempelajari budaya/bahasa Arab dan agama Islam selain tujuan utama mereka Mesir, kalau di mesir jangan tanya lagi disana ada sekitar 6000 an mahasiswa Indonesia disana dengan Universitas terkenalnya Al Azhar, mantan Presiden kita Abdurahman Wahid adalah juga lulusan Mesir….

Kalau di Sudan sendiri Universitas yang menjadi favorit adalah Universitas Africa, yang memang menampung siswa mancanegara … kebanyakan juga mahasiswa Indonesia berkuliah ditempat ini… dan ada hal yang menyebabkan mereka senang …. Ternyata disini uang sekolah tidak bayar …. Dan lagi tempat tinggal mereka di Mess digratiskan oleh pemerintah Sudan….. ooo pantesan… jadi kebanyakan mahasiswa Indonesia yang berangkat kesini pada awalnya ingin berkuliah di Mesir, namun adanya tawaran sekolah dan tempat tinggal gratis membuat mereka mengalihkan tujuan belajarnya disini….. ya tentu saja syaratnya lulus test masuk Universitas Africa…. Memang kalau yang tidak lulus biasanya daripada pulang kampung, banyak juga yang mengambil alternatif kuliah di Universitas Swasta disekitar Kharthoum yang mutunya juga tidak kalah biayanya pun tidak semahal di Mesir…

Waktu saya tanyakan apa sih kelebihan belajar di Sudan dibandingkan di Mesir, katanya di Sudan adalah tempat terbaik kalau mau mempelajari sastra dan budaya Arab, itu diakui oleh orang arab sendiri… menurut mereka bahasa yang digunakan Universitas di Sudan adalah Bahasa Arab yang masih tinggi …. (baru tau juga bahasa arab ada tingkatannya) … dan ternyata banyak sastrais Arab, pengarang buku berhasa Arab yang terkenal berasal dari orang Sudan… yang sebenarnya mereka adalah “Africa” … hebat kan ? Hal yang menurut mereka lebih baik daripada di Mesir adalah dosen yang lebih “care” .. kalau di Mesir karena mahasiswanya banyak sekali …. Sehingga waktu kelulusan bisa lama sekali dibanding di Khartoum …. Itulah sebabnya banyak juga mahasiswa S1 lulusan Mesir mereka melanjutkan S2 dan S3 nya di Sudan… ya itu karena pertimbangan kepraktisan dan waktu… di Mesir bisa lebih lama 2 tahun daripada di Sudan…

Masalah kehidupan mahasiswa, yah namanya juga mahasiswa serba sulit dan menunggu kiriman dari kampung yang kurang jelas kapan datangnya, jangan kuatir ternyata banyak peluang yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup, patut diakui juga bahwa mahasiswa Indonesia di Sudan tidak “segemerlap” mahasiswa Indonesia di Mesir yang berasal dari golongan ekonomi mampu…. Peluang itu antara lain:

  • Membuat Tahu dan Tempe, karena disana tidak ada yang membuat maka mahasiswa Indonesia yang menjadi pelopornya, bahan dasarnya kedelai gampang didapat…. Mereka kemudian menjualnya ke warga Indonesia lainnya atau ke orang Malaysia yang banyak bekerja di Petronas di Sudan.
  • Membudidayakan kangkung…. Nah inilah ternyata kangkung juga bahan yang langka di Sudan… namun barang ini sangat dicari seiring dengan banyaknya warganegara China yang bekerja di Sudan (mitra ekonomi terbesar Sudan, karena mereka anti AS), hasil budidaya kangkung di jual di Supermarket dengan harga yang lumayan…
  • Menjadi Juru Adzan di Mesjid, nah ini juga menurut saya unik…. Menurut orang Sudan cara adzan orang Indonesia sangat bagus dengan power dan “cengkok”nya.. dibanding mereka sendiri yang datar saja .. iya sih saya juga mendengarnya demikian… mereka biasa dibayar bulanan, dengan uang lumayan juga…sekitar usd 400, biasanya mereka berdua untuk mentekel 5 kali adzan setiap harinya nonstop…
  • Menjadi Staf lokal di KBRI , nah ini juga peluang yang bisa dimanfaatkan mereka… kebetulan KBRI Indonesia membuka peluang kepada mereka untuk bekerja paruh waktu di KBRI, sebagai gatekeeper atau sebagai staff administrasi, karena pegawai “asli” KBRI dari Deplu hanya 9 orang jadi mereka butuh tambahan tenaga, sumbernya ya dari Mahasiswa Indonesia.

Mengenai kehidupan sosial dan Politik mahasiswa Indonesia tegabung dalam PPI di Sudan, namun mereka lebih banyak “menggolongkan diri” sesuai identitas kebudayaan lokal di Indonesia, seperti perkumpulan Aceh, perkumpulan Sumatra Utara, Sunda, Jawa tengah, Jakarta, hingga Indonesia Timur… nah kegiatan PPI biasanya mengadakan pertandingan Olahraga seperti sepakbola dengan klasemen perkumpulan ini…. Selain perkumpulan sosial ada juga perkumpulan Politik, di Sudan juga ada perwakilan partai PKS cabang Sudan, ada juga perwakilan Nadhatul Ulama di Sudan yang semuanya dimotori oleh mahasiswa.. (karena memang kebanyakan di sudan memang dari mahasiswa, sedikit saja pekerja Indonesia). Pertemuan antar Mahasiswa Indonesia sering juga dilakukan secara rutin …. Minimal sebulan sekali mereka mengadakan pengajian atau sekedar berkumpul …. Tempat berkumpul yang paling sering adalah di KBRI atau di Kantor cabang NU sudan ….

Saya dan Jony Mahasiswa S3 di Kharthoum

Saya jadi teringat selama disana saya dekat dengan mahasiswa asal Jambi namanya Jony, dia sedang menyelesaikan S3nya dalam bidang Hukum Syariat di Universitas Africa, sebelumnya adalah lulusan Mesir … ia banyak memberi informasi buat saya tentang kehidupan dan budaya Arab dan sedikit bahasa Arab …. Jony , Kef Hal ? Mafi Muskila ? Tamam…… Sukron Katsiron ….

Catatan Perjalanan Seorang Peacekeeper Dari Tengah Gurun Pasir Darfur.

“A life without adventure is likely to be unsatisfying, but a life in which adventure is allowed to take whatever form it will is sure to be short.”

Bertrand Russell quotes (English Logician and Philosopher 1872-1970)

Pada suatu sore pada saat hendak main bulutangkis, saya ditelepon oleh sesorang dari Mabes Polri, saya diberitahu bahwa saya ditunjuk langsung sebagai Wakil Komandan Kontingen Misi Perdamaian Polri di Darfur, seketika adrenalin saya meningkat, membayangkan Darfur suatu daerah yang setahu saya adalah daerah konflik yang paling berbahaya di dunia, banyak televisi berita dunia yang menceritakan tentang Konflik Darfur, ….Yes… this is my biggest Adventure ever !

Inilah negara Sudan dengan ibukota Khartom, dan perjalanan kami dari Port Sudan hingga Al Fashir Darfur region

Missi Perdamaian ini dinamakan United Nations African Nation Mission In Darfur (UNAMID) adalah suatu missi kerjasama antara Uni Afrika dan PBB dalam membawa kedamaian di Darfur Sudan. Permasalahannya adalah pemberontakan penduduk Darfur terhadap pemerintah pusat Sudan, masalahnya sangat klasik yaitu tidak meratanya pembagian pusat dan daerah, terutama semenjak ditemukan ladang minyak baru disini. Konflik yang telah berjalan 5 tahun ini mengakibatkan korban 350 ribu jiwa dan 2,5 juta orang tinggal di Internal Displaced Personal Camp (kamp pengungsi lokal).

Barang dari Indonesia pertama kali diturunkan di Port Of Sudan

Ada banyak hal baru yang saya dapatkan dalam missi saya ini, yang jelas sangat jauh berbeda dengan missi saya sebelumnya di Bosnia Hercegovina 97-98. Missi ini adalah pertama kalinya Polri mengirimkan kontingen dalam ikatan pasukan yang disebut Formed Police Unit (FPU) yaitu unit lengkap mandiri dan bersenjata terdiri dari 140 orang. Dengan daerah missi di gurun pasir juga merupakan tantangan tersendiri, karena tidak pernah ada seorangpun dari kami yang berpengalaman mengalami kondisi alam ini.

Fpu Indonesia pada saat istirahat Patroli di IDP camp

Saya ditunjuk sebagai “Team Advance” dengan dua orang rekan lainnya berangkat pada tanggal 5 Mei 2008 untuk mengurus dan mengawasi pengiriman ribuan item peralatan, camp portable, bahan makanan serta puluhan kendaraan milik FPU Indonesia (140 kontainer 20′ dan 53 buah kendaraan) yang dikirim dari Tanjung Priok Indonesia dan berlabuh di kota pelabuhan satu – satunya di Sudan, Port Of Sudan. Setelah sampai di Pelabuhan Port Of Sudan ternyata bukan akhir dari perjalanan kami, pengurusan Custom yang terkendala Birokrasi serta jarak tempuh yang sangat jauh hingga sampai di tempat penugasan kami Al Fasher Darfur, kalau diukur dari skala peta berjarak 2700 Km hampir dua setengah panjang pulau jawa, dengan jalan yang buruk melewati padang pasir yang luas. Pengiriman barang tersebut melewati pusat logistic UN di Sudan di kota Al Obeid, kalau diperhitungkan lama perjalanan dari Port Sudan hingga sampai di Al Fasher memakan waktu 5 bulan.

Foto bersama para perwira FPU Indonesia

Pada Bulan ke lima setelah barang sebagian besar tiba di Al Fashir, pasukan utama FPU tiba di El Fasher pada tanggal 12 Oktober 2008, menggunakan pesawat carter dari Halim Perdana Kusuma, hari – hari pertama setelah kedatangan pasukan FPU Indonesia pada tanggal adalah melakukan orientasi lapangan ke IDP Camp yang masuk dalam Area Of Responsibilitynya, yaitu IDP camp “El Salam”, “Abu Shouk” dan “Zam–Zam” rata – rata IDP Camp ini dihuni sekitar 100 ribu pengungsi, di dalam IDP camp tokoh masyarakat informal disebut “Sheik” (setingkat dengan desa/lingkungan) dan diatasnya adalah “Omda” yang biasanya membawahi beberapa Sheik.

Melakukan community Policing bertemu dengan Sheik di IDP camp

Kendala awal bagi pasukan dan seperti pernah saya alami sendiri adalah penyesuaian fisik untuk menghadapi iklim gurun yang ganas: bibir pecah, dehidrasi, mengeluarkan darah dari hidung adalah hal yang rata – rata dialami, namun kendala itu cepat dapat diatasi. Pada waktu kedatangan sementara kontingen FPU Indonesia ditempatkan pada “transit camp” karena camp Indonesia masih dalam tahap pembangunan, yang memakan waktu selama 2 bulan, bagi anggota FPU kebutuhan hidup sehari- hari seperti bahan makanan di drop secara regular dan dimasak oleh anggota “Support Unit”, air untuk MCK dan minum juga di drop tiap hari.

Peragaan FPU Indonesia pada upacara medal parade di Basecamp FPU Indonesia.

FPU Indonesia melaksanakan tugasnya secara “full performance” setelah melewati jangka waktu 2 minggu waktu penyesuaian dan orientasi, tugasnya adalah melakukan patroli di 3 (tiga) IDP Camp yang merupakan wilayah tanggung jawabnya, terbagi dalam shift siang dan malam, setiap patroli terdiri dari 1 peleton menggunakan 2 buah “Armored Personnel Carrier” (APC) dan mobil patroli. Patroli ini merupakan joint patrol bersama UN CIVPOL dengan melaksanakan “Community Policing”, “Pemolisian Masyarakat” , kami membantu masyarakat Darfur di dalam IDP camp agar bisa mempunyai daya tangkal terhadap gangguan kamtibmas di lingkungan sekitarnya. Tepat setahun masa tugas FPU kami disembarkasi dan digantikan oleh FPU Indonesia 2 sebagai FPU pengganti kami.

Pemberian tanda jasa PBB kepada 3 orang ‘team Advance’ oleh kepala polisi UNAMID, Jend. Michel Fryer dari Afsel.

Memang berat tugas yang harus kami lakukan, namun kalau ditarik ke belakang pengalaman ini sangat berharga buat saya dan rekan – rekan FPU lainnya, dan mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup saya……

Reinhard Hutagaol Sik

Akbp/Wakil Komandan Kontingen FPU Indonesia di Sudan/UNAMID

*Tulisan ini dimuat dalam majalah bulanan Polda Jambi Siginjai.

Kepala Negara Bisa Jadi Tersangka lho…

Presiden Omar Al Bashir
Presiden Omar Al Bashir

Jadi kepala negara bukannya kebal terhadap hukum, baik hukum pidana, perdata maupun hukum internasional… Seperti yang saya lihat di negara tempat saya bertugas sekarang ini Sudan, Presidennya telah ditetapkan oleh International Criminal Court (ICC) sebagai tersangka dalam tuduhan “Crimes Against Humanity” dan  “War Crimes” atas konflik yang terjadi di Darfur, dan telah dikeluarkan Surat perintah penangkapan (Warrant Arrest) terhadapnya, walaupun surat perintah ini belum ada suatu institusipun yang akan melaksanakannya, namun setidaknya Presiden Omar Al Bashir tidak bisa bebas berpergian ke 180 negara yang menanda tangani kesepakatan bersama ICC.

Apa sih yang terjadi di Darfur ?

Konflik ini dimulai 5 tahun yang lalu, antara masyarakat Darfur ( Dar= tanah, Fur=orang suku Fur)  yang merupakan indigionus Africa dan “Half blood” Arab melawan pemerintah Sudan yang keturunan Arab.   Kalau saya melihat konflik ini sama seperti terjadi di banyak negara berkembang yaitu konflik antara pemerintah pusat melawan daerah,  tentunya berkaitan dengan kesenjangan pembangunan dan bagi hasil antara pusat dan daerah…..  yang  bangsa Indonesia pernah alami seperti konflik di Papua dan Aceh.

Darfur tadinya adalah suatu negara yang dipimpin oleh seorang Sultan, namun akibat kolonialisasi Inggris pada tahun 1890, mereka menggabungkan Mesir, Darfur dan Sudan sebagai suatu negara, namun setelah Mesir merdeka dan Sudan merdeka pada tahun 1956 dari Inggris, wilayah Darfur tetap masuk kedalam wilayah Sudan.  Seiring dengan berjalan pembangunan pasca kemerdekaan, rakyat Darfur merasakan kesenjangan atas hasil pembangunan dan mulai melakukan pemberontakan pada tahun 2003.

Pemerintah pusat Sudan yang beribukota di Kharthoum mulai kewalahan menghadapi konflik separatisme ini,  untuk mengatasi hal ini mereka memanfaatkan sentimen konflik antar ras yang terjadi jauh sebelum pemberontakan ini terjadi,  jadi ceritanya di Darfur bibit – bibit konflik sudah terjadi antara suku bangsa keturunan Afrika (suku Fur) dan indo Africa Arab (Suku Zagawa) yang adalah petani dengan suku Arab Nomaden (Janjaweed) yang pekerjaannya adalah beternak secara nomad, dari dulu konflik ini selalu berkisar masalah perebutan tanah dan sumber air….  Nah konflik inilah yang dimanfaatkan oleh pemerintah Sudan, mereka “memberi angin” terhadap Janjaweed untuk melawan suku bangsa asli Darfur, yang terjadi malah diluar kontrol… terjadi pembunuhan masal, pemerkosaan dan pengusiran masyarakat suku bangsa Asli Darfur dari tempat tinggalnya…

Data yang sering di rilis media Internasional mengatakan korban akibat konflik ini meninggal sebanyak 300 ribu jiwa, dan mengakibatkan 2,5 juta jiwa terusir dari kampung halamannya dan menjadi “pengungsi lokal” (Internal displaced Personal) yang menghuni kamp pengungsi IDP yang terletak di seluruh Darfur.

Kenapa Presiden Sudan bisa menjadi tersangka ?

Kepala Penuntut ICC Mr. Lois Moreno-Ocampo yang berkedudukan di Den Haag mengatakan Presiden Sudan Omar Al Bashir menghadapi 10 tuntutan terhadap kejahatan yang dilakukannya, diantaranya : “Kejahatan terhadap Kemanusiaan” dan “Kejahatan Perang” dan menurut Moreno ia adalah ” Dalang dari penghancuran keberadaan tiga suku bangsa asli Darfur (termasuk Fur dan Zaghawa) ..”

Presiden, jabatan yang rawan…

Serba salah juga berpendapat tentang tuntutan ini, karena bangsa kita pernah (dan masih) mengalami hal yang sama seperti di Sudan, konflik pusat dan daerah yang berimplikasi terhadap keutuhan negara tentunya harus dipertahankan sebisa mungkin, dan biar bagaimanapun setiap konflik pasti berujung dengan jatuhnya korban, pengusiran penduduk dan banyak sekali kriminalitas yang menyertainya…..

Presiden Omar Al Bashir sebagai kepala negara yang berdaulat tentunya memikirkan segala cara untuk tetap mempertahankan keutuhan negaranya, tidak mungkin suatu pemberontakan daerah dibiarkan begitu saja, kalau perlu dibasmi dengan kekuatan bersenjata… coba kita bandingkan dengan negara kita, apakah Presiden SBY bisa dikenakan tuduhan yang sama dengan Presiden Sudan ketika memerintahkan militernya menumpas gerakan separatis Aceh misalnya ?

Nah, kasus Presiden Omar Al Bashir menurut saya bisa menjadi hal yang “kurang menyenangkan”  bagi seluruh kepala negara dunia terutama yang negaranya terjadi konflik separatisme, karena dialah kepala negara pertama yang sedang berkuasa menjadi seorang tersangka, kalau ngga hati – hati akan banyak lagi Kepala Negara didunia menjadi tersangka hanya karena ingin menegakkan kedaulatan dan keutuhan negaranya….. jadi mikir kan ?

MOHON PAMIT

Kepada semua pembaca blog saya, dalam kesempatan yang singkat ini saya minta ijin dan mohon pamit serta mohon doanya, karena pada hari ini tgl 15 Mei akan berangkat penugasan ke Darfur, Sudan dengan lama penugasan 1 tahun.

Sebenarnya saya harus sudah berangkat pada tanggal 13 yang lalu, tapi karena masih ada kontak senjata di Khartum Ibukota Sudan, maka semua commercial flight di tunda keberangkatannya (saya naik emirates)…

…dan tadi pagi saya dapat telp dari perwakilan emirates Jakarta bahwa bandara Khaortum dibuka kembali…

Keberangkatan saya ini (advance team, cuma 3 orang beserta AKP Tuhana dan AKP Acmad) adalah suatu rangkaian dari keseluruhan pemberangkatan Formed Police Unit (FPU) sejumlah 140 orang yang akan bertugas dalam misi UNAMID di Darfur, Sudan.

Dan jangan kuatir, saya akan berusaha sekeras mungkin untuk terus meng update blog saya dari Sudan…

Sekali lagi Mohon Pamit, dan mohon doanya….

rere

KEADAAN DI DARFUR DILATIHKAN FPU INDONESIA

FPU INDONESIA

Kondisi di Darfur yang masih belum stabil sekarang ini, dapat menimbulkan bahaya bagi anggota FPU Indonesia, oleh sebab itu latihan adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar…..

Dalam beberapa hari ini telah di skenariokan beberapa hal yang mungkin dihadapi di medan tugas nanti, seperti RIOT dan cara mengatasinya dengan PHH, Penyanderaan, Pengawalan VVIP, Kontak senjata dan cara mengatasinya, Pertolongan dan evakuasi bagi korban anggota FPU dan lain – lain.

Dalam latihan ini sudah ditampilkan dalam full form equipment, dengan tujuan didalam daerah tugas nanti masing – masing anggota sudah mahir menggunakannya, peralatan itu termasuk persenjataan, kendaraan dan perlengkapan lainnya. Dalam latihan ini sudah digunakan APC (Armored Personel Carrier) yang telah di cat putih sesuai warna PBB.

Pembebasan sandera

Dalam foto diatas diperlihatkan bagaimana FPU indonesia berlatih pembebasan sandera, menangkap tersangkanya dan mengamankan tersangka dengan APC untuk dibawa ke local police, untuk menjalani proses hukum, perlu diketahaui bahwa fungsi keplisian dalam tugas UNAMID adalah represif terbatas, yaitu hanya dalam upaya paksa menangkap tersangka dalam keadaan tertangkap tangan, atau sesuai perintah UNAMID Commisioner of Police…..

Evacuation

Dalam foto berikut diperlihatkan bagaimana evakuasi korban menggunakan helikopter, suatu hal yang mungkin dapat terjadi mengingat rawannya daerah penugasan dan letak rumah sakit yang jauh dari Indonesian Base, jadi penanganan korban hanya dalam tingkat awal karena fasilitas kesehatan FPU hanya hospital level I (treatment awal) sedangkan rumah sakit Level IV terletak di Khortum yang jaraknya ribuan km dari Indonesian Base.

VVIP protection

Diperagakan juga bagaimana VVIP escort yang mendapat serangan mendadak dan cara escapenya dan menyelamatkan VVIP sampai ke ‘safe place’.

Dan the last but not least dilatihkan bagaimana pasukan FPU menghadapi Demonstrasi masa dan mengatasinya menggunakan PHH…

Selamat datang UNAMID

UNAMIDUNAMID2

Pada awal pergantian tahun 2007 nanti (1 Januari 2008)…. akan terbentuk UNAMID (United Nations African Mission In Darfur) yang akan mengembalikan harkat hidup masyarakat Sudan khususnya Darfur dari sejarah tragis dan kelam… yang selama ini terjadi…..

Pada tanggal 31 juli 2007 Dewan Keamanan PBB bersepakat untuk menjalankan resolusi nomer 1769 yang berisikan pembentukan UNAMID yang bekerja berdasarkan chapter VII (peace making mission = menciptakan perdamaian = menggunakan kekuatan/memaksa perdamaian) dalam jangka waktu 12 bulan.

Tugas UNAMID seperti tertuang dalam mandat adalah : Melindungi masyarakat sipil dan tugas lainnya seperti memberikan perlindungan kepada bantuan kemanusiaan, memonitor perjanjian perdamaian antara pihak yang bertikai, membantu berjalannya proses politik lokal dan memberikan kontribusi kepada HAM dan tegaknya Hukum, juga memonitor dan melaporkan situasi di sepanjang perbatasan dengan Chad dan Central Afrika. Missi UNAMID akan berkantor pusat di El Fasher dan akan mempunyai 3 region yaitu El Fasher, El Geneina dan Nyala, dan akan ada 55 lokasi kantor UNAMID di Darfur.

Sekjen PBB dalam pernyataannya dalam sidang dewan keamanan PBB mengatakan, pembentukan UNAMID adalah “ Mengirimkan sinyal yang kuat dan jelas dari komitmen PBB untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Darfur, dan menutup episode tragis dalam sejarah kelam Sudan..” Ia juga mengatakan keputusan itu “bersejarah dan tidak pernah diperhitungkan sebelumnya“ tetapi ia mengingatkan juga bahwa “Hanya melalui proses politik para pihak yang bertikai kita akan mendapatkan solusi yang terbaik dari konflik ini

Pengerahan kekuatan UNAMID dengan bekerjasama dengan AMIS akan berjumlah 20000 tentara dan lebih dari 6000 polisi dan juga komponen sipil. Dalam kekuatan penuh UNAMID akan menjadi missi terbesar dan juga merupakan missi hybrid pertama dalam sejarah missi perdamaian PBB.

Sekjen PBB mendorong komunitas internasional untuk menyediakan dana dan SDM untuk ditempatkan ke UNAMID Darfur, ia juga merekomendasikan negara anggota PBB menyediakan bantuan dana kepada UNAMID lewat pembiayaan PBB.

PIMPINAN UNAMID

Rodolphe Adada dari Republik Congo telah ditunjuk oleh oleh Join Special Representative (JSR) Uni Afrika dan PBB untuk memimpin UNAMID. Ia akan melaporkan tugasnya kepada dua pihak : Pimpinan Uni Afrika dan Sekjen PBB, ia akan dibantu oleh wakilnya Henry Anyidoho dari Ghana. Perintah dari dari JSR akan dikeluarkan melalui Komisaris keamanan dan perdamaian Uni Afrika dan Sekjen PBB bagian operasi misi perdamaian (UNDPKO).Pelaksanaan tugas harian pasukan UNAMID akan diatur secara bersama.

Jendral Martin Luther Agwai dari Nigeria telah ditunjuk sebagai komandan pasukan (militer) UNAMID oleh Uni afrika dengan berkonsultasi dengan PBB dan akan melaporkan kepada JSR.

Demikian halnya juga untuk Kepala Kepolisian (Police Commisioner) UNAMID telah ditunjuk Michael Fryer dari Afrika Selatan dan Wakilnya telah ditunjuk Elizabeth Muwanga dari Uganda. Di pundak mereka masih banyak tugas yang menunggu antara lain :

Transfer Police Observer AMIS ke UNAMID… Pada saat ini terdapat 1400 PO pada AMIS untuk dapat diterima pada UNAMID mereka harus menjalani test ulang, apabila lulus mereka akan “berganti baju” menjadi PO UNAMID, plus ditambah lagi PO yang berasal bukan dari Uni Afrika (Indonesia juga sudah siap mengirimkan 4 orang PO di UNAMID dipimpin oleh Kombes Pol Charles Ngili Karo Ops Polda Gorontalo).

Mempersiapkan FPU (Formed Police Unit)…. sesuai mandat UNAMID mempersiapkan 19 (sembilan belas) FPU yang akan bertugas, dan yang akan dalam waktu dekat ini berangkat adalah FPU Nepal (Akan berangkat pada Januari akhir) dan sudah 8 (delapan) negara yang telah berkomitmen untuk mengirimkan FPU nya ke UNAMID yaitu: Burkina Faso, Kamerun, Mesir, Indonesia, Mali, Nigeria, Pakistan dan Senegal.

Sekali lagi … welcome UNAMID jalankan Missi mu untuk menciptakan perdamaian ABADI di Dunia……

Tentara Anak (Children Soldier)

child soldier SudanBagi FPU’ers inilah hal yang paling memusingkan dan paling berbahaya apabila anda ditugaskan di Darfur, Sudan…. Anda harus berhadapan dengan milisi bersenjata dan mereka adalah ANAK – ANAK… faksi – faksi pemberontak di Darfur : SPLA (Sudan People Liberation Army), JEM (Justice Equal Movement), bahkan kontra mereka faksi JANJAWEED dan faksi lainnya menggunakan anak – anak (artinya seseorang dibawah 17 tahun..) sebagai mesin perang mereka. Banyak keuntungan yang didapat kalau menggunakan tentara anak : Yang paling dirasa manfaatnya adalah….. mereka belum dapat berpikir secara logik alias NEKAD… mereka selalu ditempatkan di garis terdepan dalam penyerangan atau jadi TAMENG HIDUP …, kemudian mereka belum terlalu memikirkan kesejahteraan (GAJI, TUNJANGAN) yang penting perut mereka terisi saja…

Cara rekruitment mereka : TIDAK ADA…… mereka diculik dari orang tuanya di IDP (Internal Displaced Person) Camp dari orang tuanya… dibawa ke hutan – hutan… dilatih secara brutal (yang tidak bisa survive selesai… karena mereka kadangkala diadu sesama sampai mati..), dilatih persenjataan dan akhirnya menjadi seorang tentara anak yang brutal dan ganas……

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Khususnya masalah konflik di Darfur, perlu di ingat permasalahanya sudah sangat kompleks… tidak jelas lagi siapa kawan dan siapa lawan…. kalau kita lihat peristiwa bulan lalu di HESKENITA, NYALA (tempat dimana FPU Indonesia akan ditempatkan..) pada waktu sore hari (menjelang buka puasa) diseranglah Site Camp Pasukan Perdamaian Uni Afrika (AMIS = African Mission In Sudan) yang ditempati 150 orang tentara dan civil AMIS oleh kurang lebih 1000 orang pemberontak yang menggunakan tentara anak… terjadilah pembantaian yang memakan korban 10 orang tentara AMIS dan hilang 50 orang lainnya…… pasukan pemberontak membawa apa saja yang dapat mereka bawa : Air, Makanan, Kendaraan, Senjata, Pakaian, Sepatu bahkan tenda tempat mereka tinggal….. Secara logika orang normal kita berpikir, dengan adanya Pasukan Perdamaian mustinya penduduk merasa terlindungi, dan sudah jelas Pasukan Perdamaian tidak mempunyai Mandat untuk menyerang pihak pemberontak…. namun apa yang terjadi…??? ngga heran kalau dosen saya di Coespu bilang : THIS IS THE CRAZIEST WAR EVER HAPPEN (IN SUDAN….)

children soldier in action

Ok FPU’ers bukannya saya menakut – nakuti… tapi itulah kenyataan yang akan kita hadapi…. tetap semangat yaaa !