Pada penugasan PBB yang lalu di Sudan saya ditunjuk sebagai ketua “team advanced” yang terdiri dari 3 orang termasuk saya, perjalanan pertama saya pada waktu itu langsung menuju ke Kharthoum ibukota Sudan…. Waktu itu saya masih blank sama sekali tentang Sudan, contact person saya pertama adalah orang dari kedutaan Indonesia serta rekan Police Observer dari Indonesia yang menjemput kami di airport, dan kamipun numpang tinggal di rumah rekan kami Police Observer yang kebetulan dinas di Kharthoum…. Setelah beberapa saat tinggal di Kharthoum dan menunggu barang milik kontingen dan mengecek manifestnya di UN transportation, ternyata tidak banyak yang musti dikerjakan selain sabar dan menunggu…. Kamipun banyak bersosialisasi dengan warganegara Indonesia di Khartoum yang kebetulan sering main juga ke KBRI, disanalah kami mengerti ternyata banyak juga mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Khartoum….. kalau dari data di KBRI mereka jumlahnya ada sekitar 200 orang, jadilah kita akrab dengan mereka dan sering diajak ke mess mereka yang tersebar di Khartoum…
Foto bareng dengan Team Mahasiswa Fosmatim (Forum Mahasiswa Timur) menang 2:1 atas Team Fokus (Forum Keluarga Sumatra)
Sungguh menarik bagi saya, kenapa kok bisa ada cukup lumayan banyak mahasiswa Indonesia belajar di Sudan, negara yang sedang didera konflik berkepanjangan ini…. Ternyata Sudan merupakan alternatif bagi mahasiswa Indonesia yang ingin mempelajari budaya/bahasa Arab dan agama Islam selain tujuan utama mereka Mesir, kalau di mesir jangan tanya lagi disana ada sekitar 6000 an mahasiswa Indonesia disana dengan Universitas terkenalnya Al Azhar, mantan Presiden kita Abdurahman Wahid adalah juga lulusan Mesir….
Kalau di Sudan sendiri Universitas yang menjadi favorit adalah Universitas Africa, yang memang menampung siswa mancanegara … kebanyakan juga mahasiswa Indonesia berkuliah ditempat ini… dan ada hal yang menyebabkan mereka senang …. Ternyata disini uang sekolah tidak bayar …. Dan lagi tempat tinggal mereka di Mess digratiskan oleh pemerintah Sudan….. ooo pantesan… jadi kebanyakan mahasiswa Indonesia yang berangkat kesini pada awalnya ingin berkuliah di Mesir, namun adanya tawaran sekolah dan tempat tinggal gratis membuat mereka mengalihkan tujuan belajarnya disini….. ya tentu saja syaratnya lulus test masuk Universitas Africa…. Memang kalau yang tidak lulus biasanya daripada pulang kampung, banyak juga yang mengambil alternatif kuliah di Universitas Swasta disekitar Kharthoum yang mutunya juga tidak kalah biayanya pun tidak semahal di Mesir…
Waktu saya tanyakan apa sih kelebihan belajar di Sudan dibandingkan di Mesir, katanya di Sudan adalah tempat terbaik kalau mau mempelajari sastra dan budaya Arab, itu diakui oleh orang arab sendiri… menurut mereka bahasa yang digunakan Universitas di Sudan adalah Bahasa Arab yang masih tinggi …. (baru tau juga bahasa arab ada tingkatannya) … dan ternyata banyak sastrais Arab, pengarang buku berhasa Arab yang terkenal berasal dari orang Sudan… yang sebenarnya mereka adalah “Africa” … hebat kan ? Hal yang menurut mereka lebih baik daripada di Mesir adalah dosen yang lebih “care” .. kalau di Mesir karena mahasiswanya banyak sekali …. Sehingga waktu kelulusan bisa lama sekali dibanding di Khartoum …. Itulah sebabnya banyak juga mahasiswa S1 lulusan Mesir mereka melanjutkan S2 dan S3 nya di Sudan… ya itu karena pertimbangan kepraktisan dan waktu… di Mesir bisa lebih lama 2 tahun daripada di Sudan…
Masalah kehidupan mahasiswa, yah namanya juga mahasiswa serba sulit dan menunggu kiriman dari kampung yang kurang jelas kapan datangnya, jangan kuatir ternyata banyak peluang yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup, patut diakui juga bahwa mahasiswa Indonesia di Sudan tidak “segemerlap” mahasiswa Indonesia di Mesir yang berasal dari golongan ekonomi mampu…. Peluang itu antara lain:
- Membuat Tahu dan Tempe, karena disana tidak ada yang membuat maka mahasiswa Indonesia yang menjadi pelopornya, bahan dasarnya kedelai gampang didapat…. Mereka kemudian menjualnya ke warga Indonesia lainnya atau ke orang Malaysia yang banyak bekerja di Petronas di Sudan.
- Membudidayakan kangkung…. Nah inilah ternyata kangkung juga bahan yang langka di Sudan… namun barang ini sangat dicari seiring dengan banyaknya warganegara China yang bekerja di Sudan (mitra ekonomi terbesar Sudan, karena mereka anti AS), hasil budidaya kangkung di jual di Supermarket dengan harga yang lumayan…
- Menjadi Juru Adzan di Mesjid, nah ini juga menurut saya unik…. Menurut orang Sudan cara adzan orang Indonesia sangat bagus dengan power dan “cengkok”nya.. dibanding mereka sendiri yang datar saja .. iya sih saya juga mendengarnya demikian… mereka biasa dibayar bulanan, dengan uang lumayan juga…sekitar usd 400, biasanya mereka berdua untuk mentekel 5 kali adzan setiap harinya nonstop…
- Menjadi Staf lokal di KBRI , nah ini juga peluang yang bisa dimanfaatkan mereka… kebetulan KBRI Indonesia membuka peluang kepada mereka untuk bekerja paruh waktu di KBRI, sebagai gatekeeper atau sebagai staff administrasi, karena pegawai “asli” KBRI dari Deplu hanya 9 orang jadi mereka butuh tambahan tenaga, sumbernya ya dari Mahasiswa Indonesia.
Mengenai kehidupan sosial dan Politik mahasiswa Indonesia tegabung dalam PPI di Sudan, namun mereka lebih banyak “menggolongkan diri” sesuai identitas kebudayaan lokal di Indonesia, seperti perkumpulan Aceh, perkumpulan Sumatra Utara, Sunda, Jawa tengah, Jakarta, hingga Indonesia Timur… nah kegiatan PPI biasanya mengadakan pertandingan Olahraga seperti sepakbola dengan klasemen perkumpulan ini…. Selain perkumpulan sosial ada juga perkumpulan Politik, di Sudan juga ada perwakilan partai PKS cabang Sudan, ada juga perwakilan Nadhatul Ulama di Sudan yang semuanya dimotori oleh mahasiswa.. (karena memang kebanyakan di sudan memang dari mahasiswa, sedikit saja pekerja Indonesia). Pertemuan antar Mahasiswa Indonesia sering juga dilakukan secara rutin …. Minimal sebulan sekali mereka mengadakan pengajian atau sekedar berkumpul …. Tempat berkumpul yang paling sering adalah di KBRI atau di Kantor cabang NU sudan ….
Saya dan Jony Mahasiswa S3 di Kharthoum
Saya jadi teringat selama disana saya dekat dengan mahasiswa asal Jambi namanya Jony, dia sedang menyelesaikan S3nya dalam bidang Hukum Syariat di Universitas Africa, sebelumnya adalah lulusan Mesir … ia banyak memberi informasi buat saya tentang kehidupan dan budaya Arab dan sedikit bahasa Arab …. Jony , Kef Hal ? Mafi Muskila ? Tamam…… Sukron Katsiron ….