Racunologi

FCPeristiwa diracunnya Wayan Myrna sehingga menimbulkan kematian di Cafe Olivier seakan tidak ada hentinya diperbincangkan, setidaknya ada beberapa hal yang tersisa dari peristiwa ini, bagaimana mengaitkan racun itu sendiri dan waktu kematian ?

Sebenarnya di khazanah ilmu pengetahuan sudah banyak teori dan rumus yang menghubungkan jenis racun dan waktu kematian, ilmu ini disebut toksikologi forensik, mengapa sangat penting ?  karena dengan mengetahui waktu kematian, berarti diketahui juga saat korban  diberi racun atau dalam istilah kedokterannya disebut “intake”.

Ilmu pengetahuan telah bisa menjelaskan bagaimana hubungan jenis racun, seberapa banyak dosis diberikan kepada korban dan berapa lama korban akan tewas setelah racun itu masuk kedalam tubuh. Penyidik Polri pernah berhasil mengungkap waktu kematian dan jenis racun dalam sidang pengadilan atas kematian Munir. Demikian sekilas Kronologi kematian Munir.

Pada tanggal 6 September 2004, pukul 21.55 WIB malam, di lobi Bandara Soekarno Hatta, Munir Said Thalib akan berpisah dengan istrinya, Suciwati, selama satu tahun. Munir akan melanjutkan studi S2 hukum di Universitas Utrecht, Belanda.

Pada saat ingin memasuki pintu pesawat kelas bisnis, Munir bertemu Pollycarpus (anggota pilot senior Garuda Indonesia yang saat itu sedang tidak bertugas). Munir bertanya kepada Polly, “Tempat duduk ini di mana?” Polly menjawab, “Wah, Bapak ini di ekonomi, cuma tempat duduknya di mana saya tidak hafal.”

Ketika melangkah di dalam pesawat, Polly berkata kepada Munir, “Saya duduk di bisnis, kalau Bapak mau di sini, ya Bapak tanya dulu sama pimpinan kabin (purser), kalau diizinkan ya silakan, bila tidak, ya mohon maaf.”

Munir dan Polly pun bertukar tempat duduk. Munir duduk di kursi 3 K kelas bisnis, sedangkan Polly duduk di kursi 40 G kelas ekonomi.

Di depan toilet kelas bisnis, Polly bertemu purser Brahmanie Hastawaty. Polly bertanya kepada Brahmanie, “Mbak, nomor 40 G di mana? Saya bertukar tempat dengan teman saya.” Brahmanie kemudian menganjurkan Polly untuk duduk di kursi 11 B kelas premium karena banyak kursi yang kosong di sana. Brahmanie penasaran untuk mengetahui teman Polly bertukar tempat duduk; dia pun memeriksanya dan mendapati Munir; keduanya kemudian saling bersalaman.

Sebelum pesawat terbang, Yetti Susmiarti dibantu Oedi Irianto (pramugari dan pramugara senior), membagikan welcome drink kepada penumpang. Munir memilih jus jeruk.

Pukul 22.02 WIB, pesawat lepas landas. 15 menit setelah lepas landas, pramugari membagikan makanan dan minuman kepada penumpang. Munir memilih mie goreng dan kembali jus jeruk sebagai minumannya.

Setelah terbang selama 1 jam 38 menit, pesawat transit di bandara Changi, Singapura. Penumpang diberikan kesempatan berjalan-jalan di bandara Changi selama 45 menit. Munir singgah ke Coffee Bean bersama Polly, seluruh kru pesawat menuju ke hotel dengan menggunakan bus.

Setelah selesai, Munir kembali ke pesawat. Di pintu masuk pesawat, Munir bertemu dr. Tarmizi. Keduanya pun saling bercerita; Tarmizi memberikan kartu nama kepada Munir. Keduanya pun berpisah, Tarmizi duduk di kelas bisnis, sedangkan Munir kembali ke tempat duduknya di kursi 40 G kelas ekonomi. Polly tidak lagi melanjutkan perjalanan karena memang memiliki tugas di Singapura.

Pesawat lepas landas pukul 01.53 waktu Singapura. Kali ini awak pesawat semuanya berbeda dari sebelumnya.

Pada tanggal 7 September 2004 pukul 01.53 waktu Singapura, Pesawat Garuda Indonesia GA-974 yang membawa Munir take off dari Singapura menuju Belanda, namun 3 jam setelah terbang awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yaitu Dr. Tarmizi yang berusaha menolongnya.

Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.

Dalam penyidikan peristiwa kematian Munir, melalui otopsi dapat diketahui bahwa racun yang dikonsumsi oleh Munir adalah jenis Arsenik, pada saat dimulainya penyidikan akan timbul pertanyaannya, kapan racun itu “intake” ke dalam tubuh Munir ?

Melalui toksikologi forensik, bisa diperoleh suatu perhitungan matematis sehingga bisa didapat  saat racun tersebut diberikan secara diam – diam (intake), caranya dengan menghitung mundur waktu kematian ditambah perhitungan seberapa banyak racun yang dikonsumsi. Dengan mendapatkan waktu intake, dapat terlihat bersama siapa korban bersama pada saat krusial tersebut. Khusus pada kematian Munir, didapat perhitungan 9 (sembilan) jam waktu intake  racun Arsenik  kedalam tubuhnya, dan dapat dibuktikan dalam sidang Pengadilan bahwa pada saat itu Munir sedang bersama Policarpus di cafe Coffee Bean Changi Airport, sehingga dapat dibuktikan Polly lah yang menaruh racun ke dalam minuman Munir, walaupun tidak ada saksi mata yang melihat langsung.

Saya berkeyakinan penyidik Polri juga telah menggunakan cara – cara Toksikologi Forensik dalam penyidikan kematian Myrna, melalui perhitungan khusus, bisa didapat kapan racun itu intake ke dalam tubuh Myrna, dengan catatan,  racun yang digunakan pada kasus Myrna adalah jenis Sianida yang mempunyai daya membunuh korban sangat cepat, coba bandingkan racun Arsenik yang dikonsumsi Munir yang membutuhkan 9 jam untuk membawanya kematian, dengan racun sianida yang dikonsumsi Myrna yang memakan kurang lebih 1 jam.

Akankah penyidik Polri dan Kejaksaan dapat membuktikan siapa terdakwa pelaku yang melakukan intake racun Sianida ke dalam tubuh Myrna ? Saya selalu berharap akan istilah “Fiat Justitia Ruat caelum” keadilan harus dapat ditegakkan sekalipun langit runtuh…

Cerita Seru Seputar Ilmu Forensik (1) : Kasus Jack The Ripper, Sebuah Pembelajaran

*Halo.. pembaca blogku, bagi yang senang nonton tv kabel pasti banyak yang suka film seri televisi yang berbasis “Forensic Science” seperti CSI dan NCIS, kadang kita terkagum – kagum dengan ilmu forensik yang demikian canggih sehingga bisa mengungkap kejahatan, ditayangkan dalam film bagaimana dengan sejumput barang bukti dengan berbagai macam media dan bentuk dan dengan ilmu pengetahuan barang bukti itu bisa “berbicara”, namun tahukah bahwa ilmu forensik mengalami proses yang sangat panjang dalam penemuannya, dalam beberapa tulisan ke depan saya akan bercerita tentang kisah 2x seru ilmu forensik, selamat menikmati*

Pada tahun 1880 an di East London merupakan daerah yang menakutkan dan berbahaya, hal ini disebabkan kemiskinan yang menyebabkan banyak penduduk hidup dalam lingkungan sosial yang tidak sehat, pelaku kriminal dari berbagai jenis dari perampok, pencopet, pencuri dan pelacur berkeliaran di jalanan dan kekerasan sepertinya merupakan makanan sehari – hari.

Mayat Mary pada saat ditemukan di tempat tidur
Mayat Mary pada saat ditemukan di tempat tidur

Pada suatu pagi di November 1888 , tahun dimana juga pernah ditemukan 2 pembunuhan terhadap perempuan di area ini, seorang pemilik kontrakan datang menagih uang sewa ke kontrakannya yang dihuni oleh seorang pelacur bernama Mary Jane Kelly, ia mengetuk pintu dan tidak ada jawaban, lalu ia mengintip melalui jendela yang rusak dan terkejutlah ia melihat sesosok mayat yang terpotong dan lantai ruangan nya basah oleh darah. Pada saat polisi datang, mereka menemukan tubuh perempuan itu telah dirusak, kedua buah buah-dadanya telah terpotong, organ hati dari mayat itu terletak diantara kaki korban, dan satu tangan yang terpotong diletakkan di perut. Pada tempat perapian ditemukan abu pakaian korban yang sengaja dibakar.

Saksi mengatakan pernah melihat seorang laki – laki dengan kumis dan menggunakan topi bola, dua saksi lain mendengar teriakan dalam kamar sekira jam 4 pagi, dan saksi dari tetangga mendengar langkah kaki meninggalkan kamar Mary dua jam setelah jam 4 pagi.

Korban lain dari "Jack The Ripper"
Korban lain dari "Jack The Ripper"

Pembunuhan yang mengerikan ini adalah seri terakhir pembunuhan kejam dari seorang pelaku yang mendapat julukan umum “Jack the Ripper” (ripper = orang yang membawa pisau), pembunuhan brutal sebelumnya terjadi pada seputaran tahun 1880, semua korban adalah perempuan dan terpotong tenggorokannya, namun pola potongan terhadap korban yang khas menunjukkan perbuatan ini pelakunya Jack the Ripper.

Berdasarkan banyak keterangan saksi dan alat bukti Forensik sederhana pada zaman itu, tidak ada seorang pun menjadi terdakwa dalam kasus Jack the Ripper walaupun banyak sekali alat bukti yang didapatkan di sekitar TKP. Hampir seabad setelah peristiwa ini teori tentang pembunuhan dan identitas daripada tersangka yang dicurigai tetap diterbitkan oleh banyak penulis, peneliti dan polisi. Pada saat itu memang ada tersangka yang diamankan berkaitan dengan pembunuhan ini, tapi tidak ada seorang pun yang terbukti secara syah berkaitan dengan pembunuhan ini.

Kasus Jack the Ripper menggambarkan bagaimana terbatasnya alat bukti potensial yang bisa didapat  ilmu Forensik zaman itu,  pada abad ke 20 bukti forensik menjadi solusi dari banyak kasus pembunuhan,  diakui akibat peristiwa Jack the Ripper yang terkenal dan tidak terungkap itu ilmu forensik mendapat lompatan besar dalam perkembangannya.

Forensik merupakan senjata bagi semua penyidik untuk mengungkap kejahatan, caranya ada 2 yaitu : Mencari pelakunya dan sebagai alat bukti dalam sidang pengadilan untuk mengungkap keterlibatan pelaku dalam TKP, dalam beberapa kasus bahkan bisa juga bekerja keduanya dengan menggunakan metode sidik jari, balistik , perbandingan DNA , analisis jejak elemen, ahli forensik modern bisa mengungkap fakta, membeberkan peristiwa secara detail dan memberi kemungkinan serta teori tentang suatu peristiwa, hal ini pasti tidak pernah ter-pikirkan oleh generasi penyidik zamannya Jack the Ripper.

Diakui juga, walaupun bagaimana hebatnya temuan alat bukti dari ilmu forensik, alat bukti itu baru bisa “berbicara” apabila seorang target tersangka didapat, nah mendapatkan tersangka sangat tergantung dari kerja penyidik polisi.

Ilmu Forensik bukan ilmu yang sempurna dalam penerapan nya,  alat bukti yang terbatas dan tidak lengkap mengakibatkan banyaknya interpretasi, kadang – kadang terdapat opini yang berbeda terhadap alat bukti yang didapat dengan fakta yang didapat. Pada kasus lain penanganan  yang salah terhadap barang bukti di lapangan mengakibatkan ilmu forensik tidak dapat diterapkan.

Ilmu Forensik bisa sangat berguna, tetapi barang bukti harus ditangani secara teliti dan cermat, kalau tidak ditangani dengan baik alat bukti ini tidak dapat “berbicara”, semua digunakan untuk mengungkap pelaku kejahatan dan membebaskan yang tidak bersalah.

Identifikasi Mayat Pelaku Teroris

Beberapa waktu yang lalu pemberitaan di Media Pers di Indonesia diramaikan dengan penyergapan para pelaku teroris oleh Densus 88 yang berujung pada terbunuhnya para pelaku teroris, sebut saja dari awalnya penggerebekan di Temanggung pada tanggal 8 Agustus 2009 yang mengakibatkan Ibrohim “the florist” terbunuh, tak beberapa lama kemudian pada tanggal 17 September di Jebres Solo yang mengakibatkan meninggalnya Teroris yang paling dicari yaitu Noordin M Top beserta pengikutnya yaitu Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Aji alias Ario Sudarsono dan Adib Susilo, dan terakhir di Ciputat pada tanggal 9 Oktober 2009 yang mengakibatkan tewasnya Syaifudin Zuhri dan Muhamad Syahrir … ada satu hal yang membuat penasaran banyak orang … kenapa proses identifikasi memakan waktu lama sekali, bahkan sudah kasat mata terlihat atau sudah identik sidik jari mayat dengan pembanding masih saja diperlukan test yang lebih lanjut yaitu test DNA.

courtesy www.cartoonstock.com
courtesy http://www.cartoonstock.com

Alasan yang paling logic adalah mengindari “Error in Persona” atau “salah orang”, hal ini sangat penting dalam institusi yang bertugas di Bidang Hukum seperti Polisi, Jaksa dan Hakim karena setiap pekerjaan di institusi ini dipayungi oleh Hukum, termasuk “apabila terpaksa” membunuh tersangka (dan sanksi hukum pula apabila salah dalam tindakan yang dilakukan)  Terlihat jelas dalam setiap statement yang yang di keluarkan oleh Kapolri maupun Kadiv Humas Polri, mereka tidak akan mengumumkan apabila “siapa” tokoh teroris yang terbunuh belum jelas ….

Berikut ini cara Polisi melakukan identifikasi terhadap mayat, bukan hanya terhadap pelaku teroris tapi terhadap setiap kematian yang tidak wajar seperti kecelakaan, pembunuhan dan lain sebagainya :

1. Identifikasi dengan membandingkan foto : Hal ini dilakukan oleh petugas dengan melihat korban secara fisik membandingkan raut muka dengan foto pembanding, namun cara ini kurang akurat .

2. Identifikasi dengan melihat identitas korban : Petugas bisa mencari data identitas yang didapat dari korban, misalnya KTP atau SIM, namun cara ini juga kurang akurat karena diketahui banyak juga beredar identitas palsu, dan juga akan tidak efektif apabila korban dalam keadaan terbakar sehingga kartu identitas juga terbakar.

3. Identifikasi melalui saksi atau orang yang kenal korban ( Metode Visual): Metode ini yang paling Lazim dilakukan, mereka para saksi biasanya orang terdekat seperti istri/suami, anak, ayah/ibu, mereka bisa mengidentifikasi dengan pengenalan wajah, atau menunjukkan ciri – ciri lahir seperti tahi lalat, bekas luka yang mereka kenal, walaupun cara ini lazim dilakukan tapi tidak sepenuhnya akurat, karena perubahan phisik seseorang bisa sangat berbeda, apalagi apabila dari saksi sudah lama tidak berhubungan, atau akan makin sulit lagi apabila mayat ditemukan tidak dalam keadaan sempurna seperti terbakar, korban mutilasi atau bahkan tinggal tulang belulang.

4. Identifikasi dengan mengenali barang milik Korban: Hal ini juga harus menggunakan saksi untuk mengenali barang yang digunakan, cara ini cukup efektif apabila Mayat Korban tidak utuh lagi dan sulit dikenali, mereka bisa mengenali korban dari benda yang biasa dipakai korban seperti Pakaian, cincin, kalung atau Gelang, walaupun benda itu dikenali namun metode ini juga masih banyak kelemahannya masih diperlukan metode lain yang lebih akurat untuk memastikan.

5. Identifikasi menggunakan gigi (Dental Forensic): Perlu diketahui setiap manusia mempunyai pola yang spesifik di giginya, setiap orang kan pernah copot giginya, bolong dan ditambal, atau bertumpukan. Apabila sesorang pernah pergi kedokter gigi biasanya akan ada identifikasi gigi ini di kartu pasien sebelum dilakukan penanganan oleh Dokter, data ini disebut Odontogram, nah data Odontogram tersebut yang digunakan dalam proses identifikasi mayat, dengan membandingkan jumlah gigi, bentuk gigi, susunan, tambalan, protesa gigi antara Mayat dan Data Odontogram dengan cara pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang, metode ini sangat efektif apabila kondisi mayat dalam keadaan tidak utuh atau terbakar.

6. Identifikasi Sidik Jari : Bisa dikatakan metode ini mendekati sempurna, karena diketahui setiap Manusia tidak ada yang sama sidik jarinya walaupun dia terlahir kembar identik sekalipun, lumrah dalam setiap pengurusan administrasi pengambilan sidik jari dilakukan, seperti dalam membuat Surat Kelakuan Baik, sidik jari ini kemudian dimasukkan ke dalam kartu dan disimpan di kantor polisi, nah data inilah yang digunakan sebagai pembanding apabila ditemukan korban, identifikasi dilakukan dengan cara menyocokkan 14 titik yang sama dari sidik jari pembanding dan yang ada di mayat. Cara identifikasi ini sangat akurat namun ada kelemahannya yaitu ketika sidik jari korban sudah rusak biasanya pada mayat yang tenggelam atau terbakar.

7. Identifikasi DNA: Metode ini diyakini adalah metode paling akurat dalam identifikasi, dan keunggulan Identififikasi dengan cara ini adalah proses Identifikasi dapat dilaksanakan dengan kondisi apapun mayat, bahkan kondisi korban tinggal tulang belulang. DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, semen, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Diketahui setiap hubungan darah mempunyai kemiripan dalam struktur DNA nya, jadi pembanding untuk identifikasi paling sering adalah anak atau saudara kandung. Dalam metoda terbaru identifikasi DNA diketahu waktu paling cepat adalah 24 jam untuk mengetahui hasilnya.

Dari beberapa medota tersebut diatas biasanya dilakukan secara berjenjang dari indentifikasi phisik sampai indentifikasi DNA, khusus dalam identifikasi mayat teroris digunakan cara yang paling akurat, kenapa ? hal ini digunakan menambah kepercayaan masyarakat atas tugas polisi, karena tanpa hasil yang terbaik bukan tidak mungkin hasil kerja polisi akan sia sia, bisa saja beredar isyu bahwa tokoh teroris itu sebenarnya orang lain, dan jangan sampai terjadi “error in persona” bisa hancur reputasi Polri kalau hal ini terjadi.

Khusus dalam identifikasi korban kecelakaan massal atau bahasa internasionalnya Disaster Victim Identification seperti contoh korban bom bali, kecelakaan pesawat atau gempa di Padang belakangan ini karena menyangkut aspek waktu dan kepraktisan, maka apabila identifikasi visual oleh keluarga korban sudah bisa, tidak dilanjutkan dengan metode lain.

Demikian sekilas share pengetahuan dari saya … mudah mudahan berguna.

Michael Jackson, Kedokteran Forensic dan penyebab kematian…

Gara – gara kematian sang King Of Pop, Michael Jackson banyak orang bertanya – tanya … bagaimana sih penyebab kematiannya ? hal ini mutlak dilakukan pada penyebab kematian yang bukan Natural Cause, karena bisa saja diakibatkan oleh suatu pembunuhan.

Michael Jackson bermetaformosis...
Michael Jackson bermetaformosis...

Nah satu – satunya ilmu yang bisa menentukan penyebab kematian adalah ILMU KEDOKTERAN FORENSIC... dari sanalah para ahli kedokteran Forensic inilah mereka mengeluarkan sebuah surat yang menjelaskan penyebab kematian dari seseorang .. dan keterangan mereka dapat dipertanggung – jawabkan atas nama Hukum ….Kira kira seberapa perlu sih penyebab kematian seseorang diumumkan ? Wah sangat penting sekali …. ya contohnya seperti Michael Jackson itu kematian akibat obat penenang bermerek Damerol yang terus terusan dikonsumsinya ? apakah dokter pribadinya dinilai bertanggung jawab atasd kematiannya ? Apakah karena degradasi tubuh Michael jacson yang terus terusan melakukan operasi plastik ? ataukah ada penyebab lain ? sehingga jantungnya mengalami berhenti berdetak atau istilah kedokterannya Cardiac Arrest ini semua berita yang didapat dari pemberitaan dari segala Media Massa tentang Spekulasi penyebab kematiannya …. dan  semua itu hanya akan menjadi spekulasi semata….. sampai ada Pengeluaran Surat Resmi hasil keterangan visum dari Dokter Forensic yang mengotopsi kematian Michael Jackson.

Saya sedikit mengupas dalam tulisan ini bagaimana sih kira – kira dokter Forensic (kalau dalam istilah mereka Coroner) melakukan upaya pengungkapan kematian Jackson.

Yang pertama, adalah jam kematian …. perlu diketahui kapan kira – kira jam kematian Jackson dalam ilmu Forensic kapan kematian seseorang dapat diukur dari lebam dari mayat dan suhu tubuh waktu korban ditemukan… saya membaca ada upaya CPR pada Jacson dan bahkan menusukkan cairan tertentu ke jantungnya untuk menggerakkan Jantung .. jadi kira kira tidak begitu dipermasalahkan kapan kematian Jackson karena petugas 911 Ambulance datang cepat hanya beberapa saat setelah Jackson terjatuh, namun benarkah mereka melakukan pertolongan awal pada saat jackson masih bernapas atau sudah mati ? petugas 911 lah yang bisa menjelaskan.

Yang Kedua, Penyebab kematian, Nah hal ini adalah hal yang paling krusial dan paling ditunggu – tunggu.  Dokter Forensic melihat kembali kondisi mayat dan melihat sekujur tubuhnya secara visual tampak, dan yang tidak tampak dari sampel hati, paru paru atau organ tubuhnya setelah dicek dalam laboratorium. Hal ini adalah mutlak pekerjaan seorang Dokter Forensic, tidak ada seorangpun dapat mempengaruhinya, dan menurut pengalaman saya makin senior seorang Dokter Forensic makin cepat ia melihat penyebab kematian korban dari tanda – tanda yang ada pada tubuh korban. Saya berpendapat Dokter Forensic tidak akan menguji balistic akibat tembakan dalam tubuh karena memang Jackon tidak meninggal karena tempakan, tidak memeriksa kerusakan tissue atau jaringan tubuh karena tusukan atau pukulan, tapi lebih memeriksa ke bagian Toksikologi karena diduga kuat penyebab kematiannya akibat racun atau obat yang dikonsumsinya….  Sepanjang saya tahu untuk Dokter tersebut pasti mengambil sampel darah, urine, sperma (kalau ada)  dan mengambil daging dari Jantung, Limpa, Hati, atau otak dari Mayat… Sehingga dapat dipastikan : 1. Jenis Racun/obat yang menyebabkan kematian,  2. Peredaran Racun tersebut apakah sampai di Hati, otak atau Jantung atau keseluruh tubuh,  3. Apakah racun tersebut yang menyebabkan kematian ? ini bisa dilihat dari otot jantung, waktu kematian dan penyebaran racun itu sendiri.

Wah rumit kan ?  makanya perlu waktu untuk meneliti jenis racun tersebut dalam Laboratorium …. Kita tunggu saja bersama ….Penasaran ngga ?

Ps:

– Akan ada Tulisan berikut tentang bagaimana Visum dan Forensic untuk mengungkap kematian, untuk memenuhi keingintahuan pembaca, ok ?

– Buat Michael Jackson … Good Bye Bro … Karyamu sungguh fantastis, I’m the one of your loyal Fans ….