SEKOLAH POLISI INTERNASIONAL DI INDONESIA

lambang JCLEC

Ngga nyangka juga Indonesia diberi kepercayaan dari dunia Internasional untuk membuat sekolah polisi berskala Internasional, sekolah ini diberi nama : Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) sekolah ini menyediakan pendidikan bagi para penegak hukum dalam kerangka penyidikan multi Yuridiksi dalam kejahatan Transnasional, dengan memfokuskan pada kegiatan memerangi terorisme.

JCLEC terletak didalam AKADEMI KEPOLISIAN Semarang, diresmikan pada tahun 2004 oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, dan pemerintah Australia telah berkomitmen untuk menyiapkan dana sebesar AUD$36.8 juta selama 5 tahun sampai tahun 2009, dan dimungkinkan juga untuk diperpanjang.

JCLEC diresmikan oleh presiden Indonesia (waktu itu) Megawati Soekarnoputri pada tanggal 3 Juli 2004, walaupun lembaga ini dibentuk sebagai bagian dari kerjasama bilateral, tapi tidak menutup juga bagi negara – negara lain dari kawasan regional maupun Internasional untuk turut berpartisipasi baik sebagai donor maupun kontribusi peserta maupun pelatih untuk mencapai tujuan dari lembaga ini.

presiden SBY berkunjung ke JCLEC

Lembaga JCLEC ini bekerjasama dengan seluruh Lembaga Penegak Hukum di Asia tenggara, dan juga dengan lembaga (pendidikan) yang serupa seperti : South East Asian Regional Centre for Counter Terrorism (SEARCCT) di Kuala Lumpur, dan International Law Enforcement Academy (ILEA) di Bangkok.

Dalam beberapa kesempatan lembaga – lembaga ini (JCLEC, SEARCCT, ILEA) membuat team ad-hoc dalam seminar Internasional tentang kejahatan internasional, seperti dalam Bali Ministerial Meeting on Counter-Terrorism pada bulan February 2004 dan banyak seminar lainnya.

suasana kelas

Siswa kepolisian yang pernah ikut pendidikan di JCLEC tercatat dari banyak negara di Dunia… saya tercatat sebagai Alumni pertama JCLEC selepas diresmikan presiden pada tahun 2004, pada waktu saya ikut ada siswa dari Thailand, Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, Fiji, New Zealand dan Australia… pada waktu itu saya mengikuti pendidikan “Post Blast Investigation Course” dan banyak negara lain… saya pernah juga bertemu seorang Polisi Kanada sewaktu survey di Sudan dia pernah juga mengikuti pendidikan di JCLEC dia bilang lembaga ini termasuk lembaga pendidikan Polisi Terbaik di dunia…. wow kereeen……

foto peserta pendidikan

ini beberapa program pelatihan dalam JCLEC ,diantaranya termasuk :
Investigations (english) / Penyidikan (indonesia);
Intelligence (english) / Intelijen (indonesia);
Forensics (english) / Forensik (indonesia);
Financial Investigations (english) / Penyidikan Finansial (indonesia);
Communications (english) / Komunikasi (indonesia);
Computer Based Training
Research (policy and legislation)

Dalam pendidikian ini mencakup beberapa jenis kejahatan Transnasional seperti :

terorism;
narcotics;
maritime crime;
people smuggling;
sexual servitude;
child sex tourism;
dan .. cyber crime.

Pasukan Khusus Kepolisian (Detasemen 88)

Polri sudah mulai memasuki era baru: berjuang melawan terorisme. Tindakan ini dipercepat atas peristiwa “bomb bali” pada Oktober 2002, yang memakan korban jiwa 388 orang dan kebanyakan korban adalah warga asing. Walaupun POLRI mempunyai pengalaman dengan banyak gerakan radikal dan berubah menjadi gerakan teroris, peristiwa bom bali ini ini mempunyai dampak luar biasa, karena banyaknya jumlah korban orang asing, pada awalnya setiap negara mempunyai keraguan apakah POLRI bisa membawa pelaku ke pengadilan, Dan POLRI membuktikannya dengan menangkap tersangka utama dan mengungkap tidak lebih dari 30 hari sesudah kejadian tersebut. Kerja keras Polri oleh team anti bomb teror oleh brigJen Gorries Mere dan Kapolda Bali Jend Made Mangku dan lebih dari 10 kepolisian di seluruh dunia sebagai penasihat tekhnis sudah terbukti. Mereka menangkap lebih dari 100 orang tersangka yang berurusan dengan perbuatan ini, dan tersangka utama adalah Amrozi dan Imam Samudra.
Keberhasilan ini mempunyai dampak dan sejak itu negara asing memberi banyak bantuan untuk membangun POLRI lebih banyak kemampuan ke mencegah teroris bertindak.Salah satunya akan membuat pasukan istimewa Polri yaitu detasemen 88. Detasemen 88 ini di bawah pengawasan Mabes Polri, dan berada di setiap Polda di Indonesia.Tugas mereka adalah mengungkap dan membasmi teroris. Di setiap Detasemen 88 mempunyai 3 bagian: Intel, Penyidikan dan Pasukan Pemukul. Setiap anggota det 88  waib menerima latihan terorisme di sekolah anti teror di Semarang Jawa Tengah. Tidak lama setelah pembentukan detasemen 88, mereka berhasil untuk membunuh satu tokoh terorist Azahari di Malang, Jawa Timur.
(walaupun demikian masih ada yang belum tertangkap: Noordin Top, sebelah kanan gambar).

In The Academy

I started to be a cadet of Police Academy or Akademi Kepolisian /Akpol In ’89, but Before that I had to accomplish basic training for three months in Academy of Arm Forces in Magelang, Jawa Tengah .

We had fully military training, therefore we trained shooting, raid tactic, cross country, jungle survival … etc.

Indonesian Police Academy placed in Candi, outskirt of Semarang, Jawa Tengah, for those who become cadet have to take 3 years studied time, and year as studied officer.

During 3 years, each years named as : 1st year as Corporal Cadet, 2nd year as Sergeant Cadet, 3rd year as Major Sergeant Cadet, and 1 years as a studied officer.

We were have very tight daily schedule : beginning at 4 am for morning sports, morning roll call at 7 am, breakfast, class or outdoor activities until 1 PM, After class roll call, Lunch, Afternoon Activities, night roll call at 9 pm… and same schedule tomorrow, we only have the day off in the weekend.

Being as a cadet is very proudful, every time we spend a weekend and go to downtown, every single girls eye were look to us (gee!).

If you ever see the old movie: Officer and Gentleman, that is look exactly as picture of us.

Akpol started accepting women as Cadet in the years ’02, in my cadet’s time, all men.

The Recruitment

I had Passed my Senior High School in ’89, so That time i so badly think about my future…. I was thinking maybe i would have studied in the best university in Indonesia, so I might be easy to find a job, and then i tried to get scholarship from government, a fter that i would directly has a job ….
I tried those opportunities, I chose to tested for math and science faculty in The University of Indonesia, this is one of the best University in Indonesia and for services college i tried to have a test in Arm Forces Academy (before Police are under supervision of Arm Forces). The recruitment system for academy of arm forces was different, in that time we didn’t know which academy we would joint if we pass the test (academy of Naval, Air force, Military and Police, this system has change when Police separated from arm forces supervisory in ’01) and the truth is: we all had obsession to joint military academy, because to be an army is a beginning of bright future, that was usual because that time our nation lead by Soeharto. Military had entered and influencing most political venue, as a political leader and as bureaucrats.
So I pass those test all…
I got my Math and Science Faculty in University of Indonesia, and also Police Academy (I was little upset because being as army more interested).
Finally I have chosen the services college in Police Academy, i though being a policeman is a better choice because my parents won’t pay anything until my graduation, and the best is: I could directly has my own job….