Catatan Akhir Tahun, Kejahatan Siber di Indonesia

Setelah bertugas hampir 2 tahun di Direktorat Tindak Pidana Siber, Badan Reserse Kriminal Polri, saya menyadari kejahatan siber di Indonesia, yang mempedomani UU ITE sebagai dasar penyidikannya dan beberapa undang undang lainnya, adalah kejahatan yang sangat kompleks, tidak hanya kejahatan core siber dalam artian software, data dan jaringan internet, namun juga aspek perilaku manusia di lingkungan siber, yaitu kebencian, rasa permusuhan, penghinaan, kebohongan, makanya dalam penanganannya kita selalu membagi dua antara: Computer Crime yang merupakan kejahatan computer itu sendiri dan Computer Related Crime, kejahatan yang menggunakan computer sebagai sarana.

Indonesia mempunyai UU ITE yang powerfull, karena tidak hanya mengatur Computer Crime seperti tertuang dalam Konvensi PBB di Wina tahun 2000 yaitu: Ilegal Access, Ilegal Interception, Data Interception, System Interference, dan Missuse of Device, namun juga perilaku kejahatan yang menggunakan Computer sebagai sarananya.

Yang saya catat dalam perkembangan hukum ITE, terjadi banyak bongkar pasang, menjadi hukum yang dinamis, pada awal UU ITE adalah masa sulit bangi penyidik UU ITE karena membutuhkan ijin pengadilan apabila hendak melakukan upaya paksa, hal ini sangat mengurangi kelincahan penyidik dalam beroperasi, kemudian UU ITE diamandemen lebih mengadopsi apa yang dilakukan penyidik dalam KUHAP, kemudian UU ITE berjalan kembali, khususnya pasal – pasal Pidana Umum yang masuk ranah ITE, pasal pencemaran nama baik dan penghinaan menjadi ajang saling lapor dari masyarakat, sedangkan ada kesan bahwa kritik kepada pemerintah dapat diberangus melalui UU ITE, hal itu menjadi perhatian khusus dari Presiden Jokowi, yang memerintahkan Kapolri agar lebih bijak menerapkan pasal dalam UU ITE, dalam rapat pimpinan TNI Polri Februari 2021. Atas dasar instruksi ini terpikirlah untuk membentuk sistem peringatan virtual Polisi (PVP) dan meninjau kembali UU ITE, serta timbullah Surat Keputusan Bersama (SKB) yang meninjau ulang pelaksanaan UU ITE khususnya masalah pasal penghinaan dan pencemaran nama baik.

Dalam kejahatan Computer Related Crime lainnya, seperti penipuan online terlihat sangat meningkat pada saat pandemic Covid 19, yang jelas karena pembatasan sosial, masyarakat mengambil alternatif belanja online, namun sayangnya banyak perbelanjaan itu tidak melalui platform resmi jual beli, melainkan penjualan yang ditayangkan di media sosial, yang tentunya rawan penipuan.

Yang lebih kompleks lagi adalah penipuan online yang menggunakan Social Engineering, terhadap korban yang justru orang yang berpendidikan tinggi, para pelaku tahu benar memanfaatkan kegalauan orang, dengan berpura pura sebagai CS dari sebuah bank misalnya, memberitahu korban bahwa Kartu Kreditnya bermasalah , dipergunakan orang lain, kemudian melakukan penipuan dengan menjadikan korban memberitahu One Time Password (OTP) sebagai sasaran akhirnya untuk mengambil alih akun.

Masalah interupsi ke dalam system (Hacking) diketahui menjadi lebih marak, dengan timbulnya banyak kejadian bocornya data pribadi milik lembaga pemerintah seperti BPJS, dan banyak juga perusahaan dan lembaga yang menjadi korban Ransomware. Sehingga perlu dilakukan percepatan dalam implementasi UU PDP (Perlindungan Data Pribadi) sehingga setiap lembaga atau perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap data masyarakat yang dimilikinya.

Kita berharap masyarakat akan lebih aware terhadap kejahatan Siber, ada banyak referensi dari Media mainstream, maupun Media sosial, karena tentunya akan ada modus operandi yang baru dari setiap kejahatan.

Ikuti platform media sosial kami (semuanya Verified/centang biru):

Twitter : @CCICPolri

Instagram : ccicpolri

Psychopath Jess

Kita bersama masih menantikan hasil penyidikan dan pengadilan kematian Wayan Mirna akibat kopi yang mengandung Cyanide di Cafe Olivier pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016, begitu besar perhatian masyarakat akan kasus ini dan menurut saya ini akibat masyarakat menjadi terlalu berandai – andai siapa yang menaruh racun itu ke dalam Vietnam Coffee Ice milik Mirna , sedangkan saat itu hanya  ada 3 orang itu yaitu  Jessica, Hanny dan Korban Mirna.

jess2

Berdasarkan berita di media tentang rekaman CCTV  tayangan di talkshow Indonesian Lawyer Club (ILC) di T V one malah semakin banyak orang mempercayai bahwa pelaku pembunuhan itu Jessica, sejalan dengan penyidikan polisi dan bahkan telah menahan tersangka Jessica.

Saya tidak akan membahas penyidikan kepolisian karena itu merupakan kewenangan mereka, dan biarlah Polisi dibantu Jaksa akan membuktikan di depan pengadilan siapa yang menjadi tersangka dalam perkara ini.

Saya hanya akan melihat perilaku tersangka Jess  (ini panggilan saya saja) yang begitu PD nya menyangkal semua perbuatannya dalam berbagai tayangan di media, bicaranya mantap tanpa ragu, tanpa rasa bersalah. Bagaimana bisa ?  Apa benar Jess tidak bersalah ?

saya jadi teringat satu tulisan saya beberapa tahun yang lalu mengenai perilaku Psychopath dari pelaku “mass murdered”  Ryan Jombang dan Iptu Gribaldi Handayani  (pernah saya tangani sendiri kasusnya), mereka adalah orang yang sangat pintar menyembunyikan kesalahannya sehingga kita bisa bertanya sendiri, benarkah dia pelakunya ?

Saya membaca beberapa literatur yang dapat menjelaskan gejala Psychopath dan saya menemukan tulisan berjudul  “Lucifer’s Daughter” – Introducing The Female Psychopath, tulisan ini sangat mengejutkan karena kurang lebih bisa menjelaskan apa yang terjadi antara Myrna dan Jess, sebagai berikut :

Karakter wanita Psychopath

Wanita psychopath sangat perhitungan, mereka cenderung ke arah tindakan tidak bermoral berdasarkan amoralitas pemikiran yang tidak konvensional. Mereka sangat oportunistik dan tidak mempunyai empati terhadap orang lain, mereka menggunakan simulasi perasaan untuk tujuan menipu.  Persepsi mereka tentang orang lain adalah:  “Apa yang orang ini perbuat untuk saya, jika tidak ada, apa yang bisa mereka lakukan untuk saya dan bagaimana saya bisa memanipulasi mereka untuk dapat menyediakan sesuatu untuk saya?”

Wanita psychopath memiliki kepribadian yang diselimuti oleh kemarahan abadi tipis tersembunyi dan hampir tidak terlihat. Dia seperti reaktor nuklir kecil, lucu dangkal namun secara psikis rapuh. Wanita tersebut memiliki kecenderungan untuk menonjolkan penampilan lugu untuk menyampaikan perasaan tidak bersalah, ini adalah antitesis dari ungkapan  “Jangan menilai buku dari sampulnya”, karena penilaian ini akan sangat berbeda.

Wanita psychopath mempunyai kehebatan psikologis yang luar biasa untuk memanfaatkan kekuatan korban, ia juga mengumpulkan sekutu yang akan menempatkan diri mereka di jalan yang tidak baik. Seperti rekan-rekan narsisnya, untuk lebih baik atau lebih buruk ia unggul dalam menciptakan sebuah kultus kepribadian.

Wanita psychopath berpendapat tidak ada kesucian dalam kehidupan manusia, karena ketidakmampuannya untuk menjalankan kewajaran moral sehingga ia suka merendahkan martabat orang. Ia memperlakukan orang-orang seperti barang konsumtif (sekaleng minuman, satu pak permen karet) dan sekali tidak menjalankan fungsi, mereka dibuang jika ia menemukan target  baru, siklus akan berulang. Jika dia tidak mau, dia pergi.

Wanita psychopath yang lemah kecil tidak perlu mengangkat berat atau jari, karena jika disertai dengan kecantikan fisik, dia memiliki semua kekuatan yang diperlukan untuk memerintah orang-orang di sekelilingnya. Mereka adalah predator sosial ketika dalam posisi kekuasaan, satu-satunya tujuan mereka untuk mempengaruhi orang.

Wanita psychopath memiliki pluralitas psikologis, mereka memutuskan untuk bergaul dengan siapa. Mereka tertarik kepada orang-orang yang berkepribadian ekstrem bukan rata-rata seperti umumnya.  Misalnya mereka   menyukai orang yang lemah dan naif. Mereka suka membuat instrumen lain dari kehendak mereka, dan kognitif yang lemah merupakan target mudah mereka.   Dengan demikian, bagi mereka semakin tinggi kesulitan menjerat korban, semakin mereka merasa tertantang.

Wanita psychopath  pada awalnya dilihat korban sebagai kepribadian yang menarik, setelah kepercayaan terbangun, ia merubah taktik, beralih ke pemaksaan dan agresi.  Ia akan melakukan kekerasan emosional dengan kritikan kasarnya menyalahkan target,  Dia akan melanjutkan kampanye sistematis ini dengan  tekanan mental (tarik ulur, ancaman terselubung dan tuduhan liar) tujuannya agar emosi target menjadi mudah untuk diatur. Dia tidak peduli apakah dia mengendalikan seseorang melalui rasa takut atau cinta, keduanya hanya berarti untuk tujuan yang sama. Setelah seseorang jatuh ke jaring, dia menjadi sangat possesif.  Perintah yang dikeluarkan dibawah ancaman akan membuat korban kehilangan realitas, pada saat korban menentang, dia akan meningkat serangan nya dan membuat korban semakin terjerat.

Metode Interpersonal  Wanita Psychopath 

Pertama, dia akan mencoba untuk mengisolasi Anda dari rekan-rekan Anda dan keluarga. Dia mungkin melakukan hal ini dengan menuduh Anda dari sesuatu yang sangat buruk (abuse fisik) untuk mendapat simpati dari sahabat anda. Setelah Anda terasing dari dukungan emosional, dia akan menargetkan Anda dengan lebih fokus, menyebarkan informasi yang kacau, dengan siklus berulang dari cemoohan dan pengampunan; ini akan terus berlanjut sampai Anda ditanamkan menjadi percaya penggambaran palsu atas kejadian tersebut.

Psychopath dengan kecerdasan yang lebih tinggi memasukkan unsur-unsur kebenaran dalam rekayasa mereka untuk membuat mereka masuk akal. Setelah Anda merasa cukup bersalah untuk mengambil tanggung jawab untuk hal-hal fiksi, ia akan memanfaatkan tanggung jawab Anda merasa untuk menegaskan kembali kontrol. Dia akan menarik Anda kembali,  karena dia harus melatih cengkeramannya pada kendali Anda kecuali pada saat marah, Ia akan menghukum anda untuk usaha Anda di melarikan diri.  Wanita psychopath rentan terhadap pengabaian karena mereka sangat egois. Berbanding terbalik, dia mungkin tidak memiliki keraguan dengan meninggalkan Anda, tapi harus pada kemauannya sendiri,  jika tidak, sebagai produk dari ego, dia akan terus-menerus terobsesi untuk menuntaskan dendamnya.

Wanita psychopath adalah makhluk “schadenfreude”, itu adalah kata istilah dari Bahasa Jerman  diterjemahkan sebagai “menikmati kesakitan.”  Atau lebih tepatnya berarti “untuk memperoleh sukacita atas rasa sakit orang lain.”  Wanita psychopath  memiliki bakat untuk menemukan seseorang atau sesuatu yang menggambarkan kelemahan Anda. Ketika menemukannya, ia akan menyesatkan, menambah atau mengurangi dan memaparkannya dalam upaya untuk meningkatkan serangan terhadap Anda.

Pada dasarnya wanita psychopath mempunyai taktik halus. Mereka memahami pentingnya memonopoli pertemanan dan target harus dikucilkan. Bakat alamnya adalah sifatnya untuk mengalahkan dan menaklukkan korban.  Sejalan dengan kecenderungan sadisnya, Ia bergembira melihat teman – teman  Anda mengasingkan Anda, baik itu langsung atau bertahap.  Seberapa besar taktik yang digunakan untuk memastikan pengucilan Anda tergantung pada konteks dan tujuannya. Hal ini dapat dilakukan pada tahap ringan seperti mengurangi popularitas Anda, atau yang lebih berat seperti perang psikologis.

Jika Anda lemah, wanita psychopath akan mengekspos penuh kekuatannya dan melakukan pendekatan yang lebih keras. Namun jika Anda kuat, dia akan hanya mendalangi dan tidak menjajah, ketika berhubungan dengan korban yang kuat, wanita psychopath memilih untuk menonjolkan pesona daripada paksaan. Ia sadar, konflik langsung kurang mengarah ke hasil yang diinginkan.  Untuk disukai mereka mengubah diri menjadi hormon penarik, membanjiri mereka dengan perasaan positif untuk membentuk ketergantungan secara mental. Sepintas mungkin terdengar tidak berbahaya, tetapi tujuannya membahayakan secara permanen. Para wanita psychopath ingin target yang kuat, agar ia tergila – gila pada dirinya.

Jess dan Myrna

Mirna dan Jess memang sudah lama berteman, keduanya dulu sama-sama kuliah di Billy Blue College Australia. Beberapa foto yang memperlihatkan keakraban keduanya saat di Australia kini beredar diberbagai sosial media. Mereka mengambil jurusan yang hampir sama, Jessica di Multimedia sementara Mirna jurusan Grafis.

Keluarga Jess, hijrah ke Australia pada tahun 2005 dan menetap disana. Ayahnya bahkan membeli sebuah rumah Sydney. Saat keluarganya pindah tahun 2005, Jessica tetap di Indonesia, sebab dia masih menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Jubilee School. Menurut ayahnya, Jessica anak pendiam yang manja. Semasa SMA, dia lebih suka bermain komputer dan menggambar.  Selanjutnya Jess menetap selama 7 tahun di Australia, sampai 2015. Namun, usai lulus kuliah Jess kesulitan mendapat pekerjaan tetap di Australia, sehingga Jess memutuskan untuk pulang ke Indonesia, dia pun menghubungi teman lamanya itu. Saat itu, Jess baru sepekan berada di Indonesia.

Keterangan ini tidak benar,  Jess tidak susah mendapat pekerjaan di Australia, karena ternyata Jess sudah bekerja di Australia, menurut saya ia datang ke Indonesia khusus untuk menemui Mirna

Jess mengungkapkan, dia dan Mirna tidak pernah sampai tinggal bersama. “Ketemunya paling di kampus, ngomongin tugas saat makan siang bareng,” ujarnya. Namun, Jess mengaku pengalaman yang paling berkesan dengan Mirna di Australia adalah ketika mereka pergi cari tempat ngopi bersama. “Kita suka cari cafe yang enak, jauh-jauh untuk ngopi doang,” katanya. “Sekarang dengan kejadian ini berhubungan kopi membuat saya sedih,” tambahnya. Di mata Jess Mirna adalah sosok yang baik dan seorang yang hebat. “Bagi saya dia sangat berharga banget. Mirna orangnya sangat hebat,” katanya.  Adan keterangan tambahan dari Darmawan ayah Mirna pada  saat ILC TVone menyebutkan ia pernah melihat percakapan Whats Up (WA)  Mirna dan Jess yang berbunyi: ‘Mir mau dong gue dicium sama loe, udah lama nggak’,”

Keterangan Jess ini meragukan, karena ada beberapa keterangan yang mengatakan mereka sangat dekat,  tidak bisa dikonfirmasi apakah mereka terlibat hubungan sejenis, tapi melihat keterangan dari ayah Mirna, bisa saja mereka memang demikian,  pergi berdua adalah cara Jess untuk mengisolasi  Mirna dari keluarga dan rekan-rekannya .

Keterangan ayah Mirna dalam ILC Tvone, meyebutkan bahwa Jess memang lost contact dengan Mirna 2 tahun terakhir, dan ia kembali ke Jakarta seminggu sebelum kematian Mirna, Ia mencari kontak Mirna melalui sahabatnya Hani dan ia atas suruhan Jess mengatur pertemuan mereka di Grand Indonesia Mall tepatnya di Cafe Olivier.

Jess meninggalkan Mirna sesuai teori diatas “sekali tidak menjalankan fungsi, mereka dibuang, jika dia menemukan target baru, siklus akan berulang. Jika dia tidak mau, dia pergi”

Jessica pun dalam berbagai kesempatan mengeluarkan banyak komentar mengenai kasus tersebut, bahkan hingga live di salah satu TV swasta. Ia dengan sangat percaya diri membantah keterlibatannya dalam meninggalnya Mirna.  Akan tetapi,  sejumlah pernyataan Jessica berbeda dengan keterangan saksi maupun polisi.

Jess adalah seorang psychopath dengan kecerdasan yang tinggi, ia memasukkan unsur-unsur kebenaran dalam rekayasa mereka untuk membuat mereka masuk akal.  Jess melakukan kampanye kebenaran di media, bahkan kalau melihat sekilas tampak kebohongannya  seperti realita.

Ada Keterangan Menarik lagi dari Darmawan ayah Mirna, Ia sempat memperhatikan sosok Jessica yang turut berada di rumah sakit. Dalam beberapa kilas, menurut Darmawan Salihin, dirinya melihat ada yang aneh pada diri Jess. Keanehan itu, lanjut Darmawan, Jess terlihat tenang. Bahkan di saat rekan-rekan Mirna menangis, Jess terkesan diam. Semua teman-teman Mirna kan datang ke rumah sakit, semua menangisi cuma Jess saja yang tidak menangis, bahkan ia mendatangi Darmawan dan berkata: “Mirna cantik ya om”

Apa yang dilakukan Jess sesuai dengan terori diatas yaitu mereka tidak mempunyai empati terhadap orang lain, karena tidak ada moral dan kesucian dalam diri mereka.

Ayah Mirna Darmawan keterangannya di ILC Tvone juga menyebutkan bahwa “Mirna adalah boneka mainan dari Jess”

Seorang Psychopath memperlakukan orang-orang seperti barang konsumtif (sekaleng minuman, satu pak permen karet), mereka akan melakukan tekanan mental (tarik ulur, ancaman terselubung dan tuduhan liar) tujuannya agar emosi target menjadi mudah untuk diatur.  Dia tidak peduli apakah dia mengendalikan seseorang melalui rasa takut atau cinta, keduanya hanya berarti untuk tujuan yang sama. Setelah seseorang jatuh ke jaring, dia menjadi sangat possesif.  

Darmawan juga berkata: ” Kalau Mirna tidak menikah ia tidak akan meninggal dunia“.

Inilah inti pokok permasalahannya, Jess menganggap Mirna sebagai propertinya, ia mengendalikan penuh kehidupan Mirna, sampai suatu saat ia “menghilang” dari kehidupan Mirna, sebabnya sudah dijelaskan diatas,  ia “membuang” Mirna karena ada target baru, namun ketika ia kembali ia menemukan Mirna sudah menikah, kondisi ini tidak bisa diterima Jess,  Ia akan menghukum untuk usaha Mirna untuk melarikan diri, dan ia sangat terobsesi untuk menuntaskan dendamnya, dan datanglah Jess khusus ke Indonesia untuk bertemu Mirna di Cafe Olivier sehingga peristiwa pembunuhan itu terjadi.

Benarkah tulisan ini ? saya hanya menduga, kita juga harus menghormati azas Praduga tak bersalah , biarlah pengadilan yang memutuskan bersalah atau tidaknya Jess. Kita nantikan bersama…..

Tugas baru di Sekretariat Aseanapol

aseanapol

Setelah berbagai macam penugasan, saya efektif semenjak 1 Januari 2013 mendapat pos baru tugas di luar struktur Polri yaitu di Aseanapol Secretariat. kedudukan Aseanapol Secretariat berada di Kuala Lumpur Malaysia. ASEANAPOL adalah salah satu organisasi perkumpulan 10 Kepala Kepolisian ASEAN, namun ASEANAPOL ini bukan dibawah sekretariat ASEAN yang berada di Jakarta. ASEANAPOL merupakan sebuah organisasi independen yang non politis, kesekretariatan ASEANAPOL juga bukan “Decision Making” atau pembuat keputusan,  karena ketua ASEANAPOL adalah kepala kepolisian negara ASEAN yang bergantian dengan masa tugas selama 1 tahun sekali dan berputar secara Alpahbethical Order. 

Markas Besar Polis Diraja Malaysia (PDRM) di Bukit Aman Kuala Lumpur, tempat Sekretariat ASEANAPOL
Markas Besar Polis Diraja Malaysia (PDRM) di Bukit Aman Kuala Lumpur, tempat Sekretariat ASEANAPOL

Sejarah pendirian sekretariat ASEANAPOL sebenarnya panjang,  pada mulanya telah ada pertemuan tahunan kepala kepolisian ASEAN yang dilakukan setahun sekali semenjak tahun 1980,  setiap melakukan pertemuan dirasakan tidak ada kelanjutan daripada keputusan bersama para pimpinan kepolisian,  atas kekurangan ini diusulkanlah untuk membuat sebuah sekretariat para pimpinan kepala polisi ASEAN dan berdasarkan pertemuan yang panjang maka diputuskan bahwa sekretariat ASEANAPOL  akan berada di Kuala Lumpur dengan menempatkannya di Markas besar Polis Diraja Malaysia (PDRM). Secara resmi sekretariat ASEANAPOL berdiri tahun 2010.

Sekretariat ASEANAPOL bertugas untuk membantu ketua ASEANAPOL, atau disebut Chairman ASEANAPOL. Untuk tahun 2012 – 2013 ini dipegang oleh kepala polisi Myanmar, Brigadir Jendral Kway Kyaw Tun, pergantian ketua ASEANAPOL akan berlangsung pada pertemuan tahunan ASENAPOL, pada tahun 2013 ini akan berlangsung di Thailand dengan demikian otomatis kepala polisi Thailand akan menjadi ketua ASEANAPOL untuk periode 2013 sd. 2014, untuk tahun depan akan dilaksanakan di Philipina dan Kepala Polisi Philipina akan menjadi ketua ASEANAPOL berikutnya dan demikian seterusnya.

Sekretariat ASEANAPOL berperan penting sebagai sekertariat dalam konferensi tahunan Kepala Kepolisian ASEANAPOL, juga sebagai penghubung antara para kepala Kepolisian negara anggota ASEANAPOL, mengumpulkan data dalam Database kejahatan ASEANAPOL, memberikan masukan dalam operasi kepolisan bersama ASEANAPOL dan juga berperan dalam pengembangan kapasitas seperti menyelengarakan kursus dan pelatihan bagi anggota kepolisian ASEANAPOL.

IMG-20121227-01924
Berfoto bersama Direktur eksekutif ASEANAPOL Jend. Sarmoline dari Kamboja

Siapa saja yang bertugas di ASEANAPOL ? menurut Term of Reference (TOR) yang telah disepakati para kepala kepolisian dari ASEANAPOL, dalam Sekretariat ASEANAPOL ada 3 orang direktur, yaitu Direktur Eksekutif, Direktur Police Services dan Direktur Program dan Perencanaan (jabatan saya sekarang ini) untuk personil lainnya (kurang lebih semua ada 18 orang) berasal dari anggota PDRM,  semua direktur adalah dinominasikan oleh kepala kepolisian ASEANAPOL untuk bertugas di sekretariat ASEANAPOL selama masa jabatan 2 tahun, khusus untuk direktur Eksekutif karena merupakan posisi kunci dalam Sekretariat dipilih  berdasarkan Alphabetical Order dari negara – negara anggota. Siapa yang membiayai operasional Sekretariat ASEANPOL ? Negara – negara anggota  ASEANAPOL memberikan kontribusi atas pembiayaan tahunan ASEANAPOL, dan biaya dibagi rata kepada 10 anggota ASEANAPOL.

Demikian sekilas tentang penugasan terbaru saya, mohon doa restunya dari rekan – rekan sekalian agar saya bisa memberikan kontribusi berarti dalam sekertariat ASEANAPOL dan menyelesaikan 2 tahun tugas saya dengan baik.

 

Democratic Policing


Dalam tulisan ini saya mengulas tentang “Democratic Policing” kalau kita terjemahkan secara bebas dikatakan sebagai “Perpolisian Demokratis”, inilah yang beberapa pemikiran yang dapat dituangkan:

Arti Democratic Policing (Perpolisian Demokratis) 

Democracy:  A government in which the supreme power is vested in the people and exercised by them directly or indirectly through a system of representation usually involving periodically held free elections (Merriam Webster Dictionary). Demokrasi: Bentuk atau sistem pemerintahan yg seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; (2) gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara. (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Demokratis: Bersifat demokrasi; berciri demokrasi:  (Kamus Besar Bahasa Indonesia).  Policing:  To regulate, control, or keep in order with or as if with a law enforcement agency (Merriam Webster Dictionary) kata “policing”  tidak ada terjemahan yang tepat dalam bahasa Indonesia sehingga diterjemahkan bebas menjadi  “perpolisian”.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perpolisian Demokratis adalah:  “Polisi yang menghargai hak-hak sipil, tunduk pada prinsip-prinsip demokratis, good governance dan melaksanakan perpolisian modern yaitu perpolisian masyarakat.”

Beberapa pendapat pakar tentang Democratic Policing adalah sebagai berikut:

1. Unsur yang penting dalam Democratic Policing ?
M. Amir and S. Einstein (eds.)  dalam bukunya Policing, Security and Democracy: Theory and Practice, vol. 2 (2005) mengatakan Democratic policing harus dilihat sebagai proses bukan hasil (Democratic Policing should be viewed as a process and not an outcome).   Selalu ada pertentangan dalam masyarakat yang mengharapkan kebebasan berbanding dengan aturan yang ditegakkan. Unsur yang paling penting dalam Perpolisian Yang Demokratis dalam sebuah Masyarakat adalah:  Tunduk kepada aturan hukum bukan kepada pemimpin atau kekuatan politis tertentu, dapat campur tangan dalam kehidupan masyarakat dengan tindakan yang terukur dan tindakannya dapat dipertanggung jawabkan (Akuntabel)

2. Hal yang patut dilaksanakan dalam menjalankan Democratic Policing ?
Jerome H. Skolnick, Emeritus Professor of Law, Jurisprudence, and Social Policy, University of California at Berkeley, and Co-Director, Center for Research in Crime and Justice, New York University School of Law dalam tulisannya mengenai Democratic Policing (Agustus 1999). Dalam tulisannya Jerome mempelajari bagaimana perubahan di Hungaria pada saat transisi era Polisi keamanan Negara menjadi Polisi yang Demokratik, hal ini tidak mudah dijalankan karena sebelumnya Hungaria adalah negara Sosialis yang mempunyai kontrol yang luas terhadap warga negaranya. Terjadi perubahan yang revolusioner karena mereka berhasil merubah kultur polisi Keamanan Negara menjadi Polisi yang Demokratis Kapitalis. Ada dua hal yang sebagai dasar dari perubahan menjadi Polisi yang Demokratis yaitu: Keterbukaan (Openness), dan Akuntabilitas (Accountability)

3. Penampilan polisi yang seharusnya dalam Democratic Policing ?
Komjend. Pol. Drs. Nanan Soekarna dalam sambutannya dalam Jakarta CMO Club (Jakarta Chief Marketing Organization Club) dengan tema “Perpolisian Demokratis Untuk Mendukung Dunia Usaha di Indonesia Menuju Kelas Dunia” pada 7 Februari 2012  mengatakan yang dimaksudkan dengan pemolisian yang demokratis, yaitu polisi yang menghargai hak-hak sipil, tunduk pada prinsip-prinsip demokratis, good governance dan melaksanakan perpolisian modern yaitu perpolisian masyarakat.  Wakapolri juga menyampaikan masalah Code of Conduct atau kode etik yang berlaku di lingkungan Polri, situasi keamanan secara umum, alokasi anggaran Polri yang bersumber dari APBN dan revitalisasi Polri. Sesuatu hal  yang cukup esensi juga disampaikan adalah Wakapolri adalah tentang bagaimana seharusnya tampilan kepemimpinan di lingkungan Polri, yaitu keteladanan (lead by example), pemimpin yang melayani, menjamin kualitas, sebagai konsultan dan anti KKN.

4. Dalam Democratic Policing dimana sebaiknya keberadaan Polisi dalam pemerintahan ?
Adrianus Meliala, Guru Besar Kriminologi UI dalm tulisannya: “TNI dan POLRI di Negara Demokrasi”, di Kompas pada 7 Mei 2008. TNI dalam perkembangannya sudah tunduk dalam pemerintahan sipil demokratis karena berada dibawah Kementerian Pertahanan. Polri hanya bertanggung jawab pada Presiden sebenarnya kurang demokratis karena tunduk pada kekuasaan politis. Tidak ada lembaga politik yang In Charge dengan kegiatan kepolisian, jika Polri menjadi lembaga pelaksana kegiatan kepolisian, menjadi tidak tepat jika Polri menjadi lembaga politik yang mempertanggung – jawabkan secara politis setiap kegiatan kepolisian. Itulah esensi dari dari Perpolisian Demokratis (Democratic Policing) Agar Polri menjalani Perpolisian Demokratis sudah waktunya polisi berada dibawah lembaga politik, berupa kementerian tertentu.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas tentunya akan menimbulkan pertanyaan dalam hati, apakah Polri dalam usianya ke 66 sudah bisa mewujudkan posturnya sebagai “Perpolisian Demokratis” ? Dalam sistem politik kita yang sudah sangat demokratis, Polri harus sejalan dengan cita cita demokrasi negara ini. Silahkan para pembuat kebijakan dan undang – undang memikirkan konsep yang terbaik, yang jelas sebagai anggota Polri saya akan berbuat yang terbaik untuk institusi ini, ok ?

The Next Generation of Terrorist

Setelah beberapa kejadian teror belakangan ini, yaitu peristiwa bom buku dan bom di Mesjid Polresta Cirebon, memang kedua peristiwa ini tidak berkaitan karena berbeda kelompok. Bom buku di buat oleh kelompok Pepi Fernando dan Bom Mesjid oleh kelompok Sigit Qurdowi (telah tewas dalam penggerebekan densus 88 di Solo), berdasarkan pendalaman jaringan kelompok Sigit Qurdowi adalah pemain lama karena merupakan DPO peristiwa bom Gereja beberapa tahun yang lalu, yang menarik adalah kelompok Pepi Fernando yang merupakan generasi baru yang mandiri tidak ada hubungan dengan kelompok – kelompok teroris yang pernah ada, mereka adalah generasi ketiga dari kelompok teroris yang ada di Indonesia.

Al Qaeda,  anak muda
Al Qaeda, anak muda

Mengenai teroris ini saya mengutip tulisan Tito Karnavian, Deputi Kepala Desk Antiteror BNPT di Majalah Tempo 2 Mei , Ia menggolongkan kelompok teroris ini menjadi 3 generasi :

1) Generasi pertama, adalah kelompok inti Al-Qaidah. Misalnya Mohammad Atef dan kawan-kawan, yang bertanggung jawab atas penyerangan World Trade Center, Amerika Serikat, 11 September 2001. Di Indonesia mereka adalah anggota Al-Jamaah al-Islamiyah lulusan pelatihan paramiliter di Afganistan dan kamp militer di Filipina Selatan. Serangan bom Bali pada 2002 dan bom Mega Kuningan, Jakarta, pada 2009 oleh Noor Din. M. Top serta Urwah cs dilakukan oleh generasi ini.

2) Generasi kedua, adalah mereka yang pernah dilatih kelompok inti Al-Qaidah. Serangan teror bom di Bali pada 12 Oktober 2002 oleh Imam Samudra dan kawan-kawan, serangan bom di Metro Manila akhir 2000 oleh Faturrahman al-Ghozi cs, serta serangan bom kereta di Spanyol pada 11 Maret 2004 merupakan sebagian aksi generasi ini, di Indonesia mereka adalah yang dilatih oleh para lulusan Afganistan dan Filipina Selatan. Generasi ini diwakili Suryo dan kawan-kawan, yang merampok kantor Bank CIMB di Medan. Sebelum perampokan, Suryo mengikuti latihan paramiliter di Aceh pada awal 2010 dengan instruktur di antaranya Mustakim dan Enceng Kurnia, keduanya lulusan pelatihan di Filipina Selatan. Rencana pengeboman beberapa kantor kedutaan dan markas kepolisian oleh kelompok Shoghir-ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, pertengahan 2010-adalah contoh lain dari keompok generasi kedua.

3) Generasi Ketiga, adalah mereka tidak pernah dilatih oleh generasi pertama dan kedua. Mereka sedikit bersentuhan dengan jaringan Al-Qaidah atau afiliasinya dan aktif dalam kegiatan keagamaan di sel sendiri. Pemikiran radikal mereka berkembang. Mereka memperoleh kemampuan kemiliteran secara otodidaktik, termasuk dalam membuat bom serta merencanakan dan melakukan serangan. Mereka tidak pernah berlatih di Afganistan dan Filipina Selatan serta tak pernah dilatih alumni pelatihan dua tempat itu. Generasi ketiga hanya terhubung sedikit-atau bahkan tidak terhubung secara fisik-dengan jaringan struktur kelompok radikal. Kelompok Pepi Fernando disinyalir merupakan sel yang lepas dari struktur jaringan dan tidak memiliki “chain of command” dengan gerakan lama.

Saya mempelajari beberapa orang teroris yang menjalankan aksinya dengan mandiri tanpa terkait dengan kelompok teror yang ada, inilah kisah mereka:

Pelaku bom London Mohammad Sidiq Khan (30 tahun) dan Shehzad Tanweer (20 tahun) mereka adalah simpatisan berat perjuangan dari Al Qaeda, mereka adalah generasi ketiga orang pakistan yang hidup di Inggris, seperti imigran Pakistan lainnya mereka merasakan kehidupan yang keras sebagai golongan minoritas, banyak hak – hak mereka yang tidak terakomodir, kehidupan mereka semakin teralieniasi dan terpinggirkan, dan mereka sangat takjub dengan keberhasilan “Al Qaeda” melakukan serangan ke jantung Amerika dalam peristiwa 9/11 suatu simbol kemenangan “Islam” atas dunia barat, mereka lalu mempunyai “ide” untuk melakukan “hal yang sama” di Inggris, mereka ingin “menghukum” Inggris karena keterlibatannya dalam serangan ke Irak dan Afganistan yang bagi mereka adalah serangan terhadap “Islam”. mulailah mereka mencari jalan untuk melakukan aksinya, mereka bergabung dalam Forum di Internet bagi Islam Radical dan berhasil menemukan jalan, mereka melalui internet bisa berhubungan dengan kelompok radikal di Pakistan, lalu mereka berangkat ke Pakistan, diajari meracik bom, dan bagaimana melakukan aksi “bom bunuh diri”, mereka akhirnya bertemu dengan utama tokoh Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri. dan mendapatkatkan support penuh dan mereka dibuat video kesaksian sebelum melakukan bom bunuh diri, kemudian pulanglah mereka ke Inggris untuk merncanakan aksinya, mereka lalu mengajak 2 orang lagi Germaine Lindsay (19 tahun) dan Hasib Hussain (18 tahun), dan mereka berhasil dalam melakukan aksinya :
– Sidique Mohammad Khan (keturunan Pakistan), meledakkan bom pada jam 8:50 pada 7 juli 2005 (peristiwa 7/7) dalam kereta bawah tanah dalam perjalanan antara Edgware Road menuju Paddington. Ia tinggal di Beeston, Leeds bersama istri dan anak muda, di mana ia bekerja sebagai guru mengajar di sekolah dasar. Ledakan Nya menewaskan 7 orang, termasuk dirinya.
– Shehzad Tanweer (keturunan pakistan) meledakkan bom pada jam 8:50 pada 7 juli 2005, dalam perjalanan antara Liverpool Street dan Aldgate. Ia tinggal di Leeds dengan ibunya dan ayah bekerja di toko ikan, ledakannya menewaskan 8 orang, termasuk dirinya.
– Germaine Lindsay (kelahiran Jamaika) meledakkan bom perjalanan di antara King’s Cross St Pancras dan Russell Square , jam 8:50 pada 7 Juli 2005,  Ia tinggal di Aylesbury , Buckinghamshire dengan istrinya yang sedang hamil dan anak muda. Nya ledakan menewaskan 27 orang, termasuk dirinya.
– Hasib Hussain (keturunan Pakistan) meledakkan bom di bus tingkat di daerah Tavistock Square pada jam 09:47 pada 7 juli 2005, Ia tinggal di Leeds dengan saudaranya dan kakak iparnya, ledakan menewaskan 14 orang termasuk dirinya.

Demikianlah kisah “heroik” dari pelaku bom London yang mengguncangkan itu, bisa dibayangkan bahwa mereka hanya beberapa orang yang “simpati” terhadap perjuangan “Al Qaeda” , mereka berusaha mencari sendiri cara untuk melaksanakan aksinya, merancangnya, dan mengeksekusi (diri) nya sendiri.

Kesimpulannya yang perlu diwaspadai adalah paham dan ideologi “jihad” yang ditularkan melalui aksi – aksi fenomenal Al Qaeda ternyata memberi inspirasi dari para kaum muda untuk melakukan aksi yang sama, contoh yang paling dekat di Indonesia ada Pepi Fernando dan kawan – kawan, mereka segolongan pemuda yang ingin melakukan Jihad terinspirasi oleh perjuangan Al Qaeda diseluruh dunia, menurut saya kelompok – kelompok simpatisan ini masih akan banyak terbentuk selama pemerintah belum berhasil untuk menetralisasi pemahaman radikal dan mengisolasi pemahaman itu agar tidak berkembang. Upaya ini dapat dikemas dengan program pencerahan atau deradikalisasi dan kontraradikalisasi, bukan hanya “tembak ditempat” semata terhadap pelaku teror.

Posting blog from my BlackBerry

Sekarang ada hal menarik dari WordPress, setelah mengunduh WordPress blog for Blackberry melalui application world pada Blackberry handset saya, memang saya akui sudah terlambat juga tau fasilitas ini, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan ? 🙂

Yang menariknya dengan fasilitas ini saya bisa ngeblog secara mobiling everywhere and anywhere, juga langsung upload foto yang ‘on the spot’ diambil dari handset bb saya.
Mudah mudahan dengan fasilitas ini makin sering posting artikel terbaru … Thanks yaaa , selamat menikmati .. 🙂

this photoes taking from my bb

this photoes taking from my bb

Posted with WordPress for BlackBerry.

Pindah Tugas

Wah, tidak terasa sudah 7 tahun saya menetap di Jambi ternyata sudah lama juga yaa.. itu setelah saya melihat ST (Surat Telegram) yang mengatakan saya pindah ke Mabes Polri ke Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) kalau dulunya disebut NCB Interpol. Alamat Blog ini pun https://reinhardjambi.wordpress.com dibuat pada saat saya bertugas di Jambi, jadi walaupun sudah pindah ke Jakarta agak susah juga merubah alamat blog ini lagi 🙂

Carlo, Alessandro, Me and Matteo

Yang susah juga adalah urusan anak – anak, karena tanggung sekali bulannya… terpaksa yang paling besar Alessandro tetap tinggal di Jambi karena sudah kelas 6 SD dan menunggu UAN, sedangkan dua adiknya Carlo dan Matteo ikut pindah. Yah tapi saya menyadari hal itu adalah biasa sekali dalam kedinasan karena mutasi jabatan akan terjadi kapan saja dan kita harus selalu siap, yang membuat lega tempat tinggal kami sudah tersedia dan tidak jauh dari kantor, walaupun masih menumpang orang tua hehehe …

“Mutasi adalah hal yang wajar dalam organisasi Polri, guna menempatkan anggotanya sesuai dengan kemampuannya” adalah kata yang paling sering diucapkan dalam menanggapi setiap mutasi, mmmh mudah – mudahan saya bisa bekerja sesuai amanah ini dan yang jelas saya harus cepat bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mohon doa restunya ….

Perjuangan Atau Terorisme ?

Saya pernah berbicara dengan seorang Akademisi, ia mengatakan bahwa tahanan pelaku terorisme tidak boleh disamakan dengan pelaku kriminal biasa, mereka adalah tahanan politik ….. Kata – kata teroris adalah suatu pembusukan daripada nilai perjuangan mereka…. mereka berjuang bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mereka berjuang untuk suatu tujuan politik … Setelah saya renungi, sepertinya memang benar juga, memang pelaku – pelaku teroris dimanapun juga di dunia mereka berjuang untuk sebuah tujuan Politik seperti:

Macan Tamil di Srilangka
Macan Tamil di Srilangka

Macan Tamil ( Tiger Eelam) di Srilangka, mereka termasuk daftar organisasi teroris dari PBB dan terdaftar sebagai organisasi teroris di 32 negara,  bermaksud memisahkan diri dengan saudara – saudara mereka setanah air yang mayoritas dari etnis Sinhala dan beragama Budha, sedangkan mereka minoritas Hindu dari etnis Tamil… pada intinya mereka memperjuangkan hak politik mereka (melalui organisasi ini) untuk bisa berdiri sama tinggi dengan rekan sebangsanya dari etnis Sinhala,  Macan Tamil sudah melakukan perjuangan bersenjata dan melakukan aksi – aksi teror untuk melemahkan moral pemerintah pusat,  cara – cara teror adalah cara yang dipandang efektif untuk melemahkan moral lawan, namun ….. dengan cara itulah mereka di cap sebagai kelompok teroris, padahal jelas perjuangan mereka adalah perjuangan politis …. dan untuk mencapai tujuan mereka punya hak juga untuk menempuh cara yang mereka anggap benar, taktik yang banyak mereka gunakan: 1. Bom bunuh diri menggunakan anggota organisasi ini yang telah di doktrin terdiri dari anak anak dan wanita 2. Pembunuhan tokoh (Perdana menteri India Rajiv Gandhi dan Presiden Srilangka Ranasinghe Premadasa) 3. Penyerangan terhadap target sipil (pemboman stasion kereta, dan pembunuhan massal). Macan Tamil mengalami kekalahan besar tahun lalu setelah pemimpin Kharismatik mereka Velupillai Prabhakaran terbunuh dalam suatu serangan pemerintah Srilangka di Jaffna.

Hamas di Palestina
Hamas di Palestina

Hamas (Ḥarakat al-Muqāwamat al-Islāmiyyah) Organisasi ini adalah organisasi yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh PBB dan banyak negara lainnya, cita cita organisasi ini adalah mendirikan negara Palestina di seluruh tanah palestina , tanpa negara Israel lagi ada didalamnya. Persis seperti pada sebelum tahun 1967 pada saat negara Israel belum ada di peta manapun di dunia. Menurut saya pribadi tujuan organisasi politik ini adalah benar, karena pada hatekatnya organisasi politik manapun mempunyai tujuan atau cita – cita tertentu, dan mereka berhak menempuh cara apapun untuk mencapai tujuan tersebut.  Cara – cara perjuangan mereka yang disebut Intifada menggunakan taktik gerilya, penggunaan bom bunuh diri dan menggunakan roket untuk melawan Israel, tetap dipandang sebagai aksi teroris. Namun sampai sekarang tujuan kelompok ini belum mendapat kemajuan karena negara Israel masih berdiri dengan kokoh, dan lucunya mereka masih mendapat rifal utama dari bangsa sendiri yaitu kelompok Fattah (PLO) yang bersifat lebih moderat dan tetap mengakui negara Israel.

From Zero to Hero (perjuangan yang berhasil dan tidak disebut teroris lagi), ini adalah contoh suatu kelompok yang bertujuan politis yang pernah dicap sebagai kelompok teroris, namun seiring dengan berhasilnya perjuangan mereka cap itu sirna dengan sendirinya, seperti contohnya :

Maoist di Nepal
Maoist di Nepal

Maoist di Nepal (The Unified Communist Party of Nepal), kelompok ini dalam perjuangannya pernah tercatat sebagai kelompok teroris oleh PBB, beberapa tokoh utamanya pernah sebagai buronan “Red Notice” oleh interpol, tujuan utama kelompok politik ini adalah mengubah bentuk negara yang bersistem Kerajaan menjadi sistem Komunis, dan perjuangan mereka telah berhasil, sehingga mau tidak mau julukan sebagai “teroris” ditinggalkan, dan aparat keamanan yang dulunya mengejar mereka terpaksa mengakui eksistensi dan berada dibawah kepemimpinan kelompok yang dulu mereka lawan. Pada masa perjuangan mereka antara tahun 1994 – 2002 banyak sekali aksi teror yang dilakukan oleh kelompok Maoist terhadap pemerintah seperti aksi pemboman, penculikan dan pembunuhan, jadi aksi teror adalah salah satu cara perjuangan bukan ?

Sedikit kesimpulan saya mengenai hal diatas :

1. Sebenarnya kelompok teroris yang ada sekarang ini, dari paham politik manapun, semuanya untuk memperjuangkan suatu tujuan politik tertentu, tidak ada kelompok teroris yang bertujuan pribadi dan keuntungan semata, nah kalau kelompok ini bisa disebut kelompok Gangster atau Mafia.

2. Jadi kalau mau jujur kelompok teroris di Indonesia seperti JI, NII atau yang terbaru JAT adalah suatu kelompok yang memperjuangkan suatu tujuan Politik yaitu menjadikan Indonesia sebagai suatu Negara yang berdasarkan Syariat Islam. Dan kalau mau jujur pula UU Anti Terorisme adalah suatu Kriminalisasi dari upaya perjuangan politik yang dilakukan kelompok ini. tapi bagi pemerintah UU ini perlu diadakan untuk mencegah berkembangnya lebih besar kelompok ini, kalau kelompok ini terlanjur besar dan powerful pemerintah akan sangat kesulitan menghadapinya, bisa – bisa kejadian seperti kelompok Maoist di Nepal.

3. Aksi aksi Teror adalah suatu bagian dari perjuangan, jadi mohon maaf selama paham atau ideologi atau cita – cita suatu kelompok ini, melalui perorangan yang ikut didalamnya tidak di Re-edukasi atau bagi anggota kelompok radikal tidak dilakukan De-radikalisasi untuk menghilangkan paham itu, maka selama itu aksi perjuangan mereka (salah satunya) melalui aksi teror tetap akan ada, dan tidak pernah akan hilang.

4. Yang paling tidak diharapkan adalah jika kelompok politik ini menjadi “The Winner”, dari mereka yang tercap sebagai “teroris” akan menjadi Pahlawan (from Zero to Hero)….. sudah terbukti bukan ? Maka itu waspadalah, jangan biarkan kelompok ini menjadi besar dan menjadi pemenang … hehehe … 😛