Tanggal 10 Mei nanti saya akan berangkat ke Darfur, Sudan. Ini merupakan penugasan Internasional saya yang kedua, saya sedikit ingin “mengingat” misi saya itu, mungkin juga sebagai bahan pengetahuan bagi pembaga blog ini, Misi saya sekarang sangat berbeda dengan misi pertama saya di Bosnia Hercegonina pada tahun ’97 – ’98. Inilah perbedaan itu :
– Misi di Bosnia Hercegovina adalah misi saya sebagai “Police Monitor” bertugas secara perorangan bergabung dalam komunitas polisi Internasional dalam “International Police Task Force (IPTF)” dalam UNMIBH (United Nations Mission in Bosnia Hercegovina”, kami tersebar secara perorangan di seluruh daerah missi, sedangkan misi saya di Darfur tergabung dalam ikatan pasukan “Formed Police Unit (FPU)” yaitu polisi berseragam sejumlah 140 orang (1 SSK plus) dalam “United Nations African Mission In Darfur (UNAMID)” dalam satu AOR (Area Of Responspibility).
– Misi di Bosnia Hercegovina adalah misi “Unarmed” yakni “tidak bersenjata” sedangkan misi di Darfur adalah misi “bersenjata“.
– Misi di UNMIBH adalah kerjasama antara UN dan NATO yang mengerahkan pasukan SFOR (Stabilisation Force) dalam misi yang berbeda antara militer (NATO) dan sipil (UN), sedangkan missi UNAMID adalah misi “Hibryd” gabungan antara UN dan AU (African United) dalam satu misi.
– Secara geografis mempunyai letak yang berbeda, Eropa dan berbanding Afrika, tentunya berbeda cuaca, di eropa saya merasakan 4 musim, sedangkan di Sudan bercuaca ‘sub- sahara” (cuaca di gurun)…. Namun yang paling penting berkaitan erat dengan infrastruktur… di Bosnia infratruktur (walaupun sehabis perang) jalan, listrik, air masih bagus sekali…. Di Sudan sangat miskin infrastruktur.
AWAL MULA
Permasalahan di Bosnia Hercegovina berawal dari runtuhnya negara YUGOSLAVIA sepeninggal JOSEPH BORIS TITO (1892-1980), dahulu negara YUGOSLAVIA terbagi atas beberapa negara bagian antara lain Kroasia, Montenegro, Slovenia, Serbia, dan Bosnia, Masing – masing negara bagian ini mempunyai suku bangsa tersendiri dengan ciri – ciri budaya tersendiri juga… karena pemerintahan TITO yang keras, bibit perpecahan ini bisa diredam, namun tidak terbendung setelah meninggalnya Tito. Negara – negara bagian itu masing – masing memerdekakan diri, sebenarnya pada awalnya tidak ada masalah dengan “kemerdekaan” itu. Ketika misalnya ada minoritas masyarakat Serbia di Bosnia, atau masyarakat Kroasia di Serbia tentunya tidak serta merta mereka harus “diusir” dari tempatnya semula, namun itulah yang terjadi…..
Terjadi konflik di “negara baru” Bosnia Hercegovina antara penduduk Serbia dan Bosnia (di Utara) dan penduduk Kroasia dan Bosnia (di Selatan), tentunya konflik ini mendapat “support” dari “negara induknya”. Akibat konflik yang berkepanjangan inilah UN turun tangan dalam UNMIBH. (1995-2001), Ada misi yang serupa juga di Slovenia timur (Kroasia) antara masyarakat Kroasia dan minoritas Serbia dan misi itu dinamakan UNTAES (United Natios Transitional Administration for Eastern Slovenia).
JEJAK LANGKAH
Pada bulan Mei 1997 ketika saya (masih berpangkat letnan satu) sedang mengikuti kursus Bahasa Inggris lanjutan di Sekolah Bahasa Polri, dan ada pengumuman : “Bagi siswa yang tertarik mengikuti Misi ke Luar Negeri, bisa mendaftar”, saya dan sekitar 20 an siswa ikut mendaftar, ternyata 12 dari kami lulus test tersebut….
Bulan Juli 1997 saya dan 17 orang lainnya yang lulus test berangkat ke missi, Komandan kontingen kami adalah Letkol Pol T Ashikin Husein (sekarang berpangkat Irjen menjabat Gubernur Akpol), kami pertama mendarat di ZAGREB (Kroasia) untuk mendapat “Induction Training” selama 2 minggu…
Saya dan 2 orang rekan Polisi lainnya ( lettu Mardiaz dan Bripda Katamsi) di tempatkan di Region Mostar (bagian selatan BH) yang permasalahananya adalah konflik antara etnis mayoritas Bosnia dengan minoritas Kroasia.
Kami bertiga di tempatkan pada “Police Station” yang sama yaitu Mostar Police Station, pada awalnya kami semua adalah “Police Monitor” yang bertugas mengawasi “Local Station” Kroasia dan Bosnia. Dan mengawasi “Border entity” yang membatasi etnis Kroasia dan Bosnia. Komandan Kontingen Pak Ashikin di Pale Police Station dan kemudian mendapat jabatan “bergengsi” (dan paling tinggi sepanjang sejarah misi PBB di Bosnia) menjadi Kepala Polisi Sarajevo Region (sebanding dengan Kapolda).
Pada bulan ke 4 saya di promosikan menjadi “Admin Officer” di Mostar Police Station, Mardiaz menjadi “Team Leader’ dan Katamsi menjadi “Investigation Officer”.
Pada bulan ke 6, kami seluruh kontingen mendapat “UN Medals” yang disematkan oleh UN Police Commisioner.
Sampai akhir masa tugas kami Agustus 1998 (1 tahun 1 Bulan), kami bertiga tidak pernah pindah ke station lain, walaupun beberapa rekan kami pernah pindah tempat beberapa kali….
Selama penugasan kami dikatakan aman – aman saja, kecuali saya ingat pada bulan Desember 1997 terjadi “ledakan hebat” di tengah kota Mostar akibat “Bom Mobil” di dekat kantor polisi etnis Kroasia, namun tidak ada korban jiwa. Di kontingen kami sempat ada yang di “culik” oleh paramiliter Sebia yaitu Kapten Dedi, namun segera dibebaskan karena tahu ia berasal dari Indonesia. Nama SOEKARNO “sangat harum” bagi masyarakat eks Yugoslavia, karena adalah sahabat kental Tito.
KENANGAN MOSTAR
Mostar adalah sebuah kota yang terletak di bagian selatan negara Bosnia Hercegovina, kata “Mostar” berasal dari kata “Stari Most” artinya adalah “Jembatan (Most) Tua (Stari)” diatas sungai jernih Neretva. Jembatan tua ini dibangun ketika kekaisaran Ottoman mengusasai Eropa pada abad ke 15, Jembatan ini di arsiteki oleh Mimar Hayruddin dan memakan waktu 9 tahun untuk membuatnya dan selesai pada Tahun 1566.
Sayangnya Jembatan ini “dihancurkan” dalam perang saudara pada November 1993, dan di restorasi kembali setelah berakhirnya perang oleh UNESCO dan banyak organisasi lainnya. Pada waktu saya disana, jembatan ini dalam proses pembangunan. Pada bulan Juli 2004 jembatan kembali ke bentuknya semula dan diresmikan oleh Pangeran Charles.
Mostar adalah kota yang sangat indah, dengan kontur perbukitan, di tengah – tengahnya terbelah oleh sungai Neretva yang airnya sangat jernih, pada musim panas hal yang paling menarik adalah meminum “turks cava” atau kopi turki di Café sepanjang sungai Neretva, indah sekali….Setiap Tahun ada acara yang telah berlangsung ratusan tahun yaitu “meloncat dari tengah jembatan”
PENUTUP
Apakah kenangan ini akan terulang kembali di Sudan ? Ngga tau lah yaaaw…… mudah – mudahan… setiap daerah pasti punya keindahan tersendiri……. betul ngga ?