Tambahan WNI yang masuk dalam daftar teroris

Setelah tulisan saya di WNI yang masuk daftar teroris PBB  ternyata beberapa saat kemudian ada tambahan dari komite 1267 dengan mendambahkan 3 orang WNI dan 1 organisasi yang masuk dalam daftar Teroris Dewan Keamanan PBB (Al Qaeda sanction list),  mereka itu adalah :

1) Mohammad Achwan, tempat/tanggal lahir: Tulungagung 4 Mei 1946, yang bersangkutan adalah Amir dari JAT (Jamaah Anshorut Tauhid), menurut catatan komite 1267 aktif terlibat dalam banyak kegiatan pelatihan dan pencarian dana untuk kegiatan teroris;

2) Son Hadi Bin Mujahir, tempat/tanggal lahir: Pasuruan 12 Mei 1971, yang bersangkutan adalah juru bicara dari JAT Media Center (JMC). Pada bulan Mei 2011 pada saat press conference memberi statement bahwa Osama Bin Laden meninggal sebagai pahlawan, posisi sehari – harinya adalah sebagai sekertaris JAT wilayah Jawa Timur;


3) Abdul Roshid Ridho Ba’asyir, putra dari Abu Bakar Ba’asyir, yang bersangkutan terlibat aktif dalam sayap militer JAT, laskar 99. Sebagai pimpinan pondok pesantren ia merekrut para muridnya untuk menjadi anggota JAT.

Organisasi yang dimasukkan dalam Al Qaida Sanction List adalah :

Jemaah Anshorut Tauhid (JAT), Kelompok ini bertanggung – jawab atas serangkaian aksi terorisme di Indonesia, Pemimpin dan pendiri kelompok ini adalah Abu Bakar Ba’asyir yang telah terlebih dahulu masuk dalam Al Qaida Sanction List. Kegiatan teror yang dilakukan oleh anggota JAT adalah aksi bom bunuh diri di Cirebon dan Solo, perampokan bank BII di Medan dan mendirikan kamp pelatihan teroris di Janto Aceh Utara.

*Seluruh data didapat dari website Dewan Keamanan PBB tentang resolusi 1267 (Al Qaeda Sanction List)

WNI yang masuk daftar teroris PBB

Peristiwa 9/11 menimbulkan perubahan secara radikal konstelasi perpolitikan dunia, sikap yang sangat overprotected dan bahkan hingga paranoid negara – negara barat khususnya Amerika Serikat memjadikan tidak nyamannya free of movement bagi masyarakat Indonesia, ditandai dengan diterbitkannya Al Qaida Sanction List yang memuat daftar orang yang “dicekal” oleh Dewan Keamanan PBB yang tentunya melalui Amerika Serikat, bisa dibayangkan orang – orang yang namanya “mirip” dengan orang yang tercantum dalam list ini, tentunya akan susah sekali apabila membuat visa untuk bepergian ke luar negeri, karena data list ini dikirim ke seluruh dunia.

Sikap Paranoid Amerika serikat
Sikap Paranoid Amerika serikat

List ini adalah produk Dewan Keamanan PBB melalui resolusi No.1267 tahun 1999 dan diperbaharui dengan resolusi No. 1989 tahun 2011, telah membuat suatu daftar bagi perorangan dan organisasi yang terkait dengan jaringan Al-Qaida yang disebut Al Qaida Sanction List. List ini direview setiap kwartal dan bisa di delisting apabila personal maupun organisasi tersebut sudah tidak ada hubungan dengan AL Qaida, namun pada kenyataannya selama ini tidak pernah ada yang keluar dari list ini kecuali individu tersebut meninggal dunia.

Pihak yang berhak memasukkan atau mengeluarkan nama atau organisasi kedalam Al Qaida Sanction List adalah sebuah komite yang anggotanya adalah perwakilan dari 20 (dua puluh) negara anggota Dewan Keamanan PBB. Komite ini disebut juga sebagai komite 1267, mereka didukung oleh Analytical Support and Sanction Monitoring Team yang secara tahunan memberikan laporannya.

Sesuai data hingga saat ini terdapat 254 (dua ratus lima puluh empat) individu dan 84 (delapan puluh empat) organisasi yang termasuk dalam Al Qaida Sanction List, dan diantaranya terdapat 14 (empat belas) WNI yaitu:
1) Mohammad Iqbal Abdurrahman;
2) Abdullah Ansori;
3) Abu Bakar Ba’asyir;
4) Abu Rahim Ba’asyir (Putra dari ABB);
5) Agus Dwikarna;
6) Gun Gun Rusman Gunawan;
7) Nurjaman Riduan Isamudin (Hambali);
8) Aris Munandar;
9) Umar Patek;
10) Taufik Riki;
11) Abu Rusdan;
12) Parlindungan Siregar;
13) Yassin Sywal;
14) Zulkarnaen.

dan 2 (dua) organisasi, yaitu:
1) Yayasan Al Manahil Indonesia;
2) International Islamic Relief Organization (IIRO) Indonesian Branch.

Berdasarkan Resolusi 1267 untuk individu dan organisasi yang masuk dalam Al Qaida Sanction List diberlakukan hal – hal sebagai berikut:
1) pembekuan serta merta terhadap dana dan aset keuangan lainnya atau sumber ekonomis dari individu dan organisasi yang masuk dalam daftar (Freeze asset without delay/pembekuan asset serta merta);
2) larangan bepergian, terutama ke negara lain (Travel ban);
3) mencegah penyediaan, penjualan dan transfer terhadap senjata maupun material terkait dan bantuan atau pelatihan aktivitas militer (Arms embargo).

Menurut saya pribadi sikap yang harus diambil pemerintah Indonesia adalah sebagai berikut:

– Pada prinsipnya adalah kewajiban moral dari Pemerintah RI untuk melindungi Warga Negara Indonesia;
– Sesuai resolusi 1267 seseorang yang masuk Al Qaida Sanction List harus diberitahu secara resmi. Sampai saat ini belum ada aturan siapa yang mendapat tugas tersebut, pihak Kemenlu mengusulkan Polri dan hal ini akan dibahas kemudian hari;
– Pemberlakuan Freezing asset, Travel ban dan Arms embargo terhadap individu atau entitas yang masuk Al Qaida Sanction List belum bisa dilakukan karena belum ada payung hukum yang mengaturnya di Indonesia;
– Pemerintah Indonesia harus memberi data yang akurat kepada komite 1267 khususnya terhadap nama – nama yang masuk Al Qaida Sanction List, hal ini untuk menghindari orang yang mempunyai nama yang sama mendapat kesulitan apabila akan bepergian ke negara lain.

Catatan Perjalanan Seorang Peacekeeper Dari Tengah Gurun Pasir Darfur.

“A life without adventure is likely to be unsatisfying, but a life in which adventure is allowed to take whatever form it will is sure to be short.”

Bertrand Russell quotes (English Logician and Philosopher 1872-1970)

Pada suatu sore pada saat hendak main bulutangkis, saya ditelepon oleh sesorang dari Mabes Polri, saya diberitahu bahwa saya ditunjuk langsung sebagai Wakil Komandan Kontingen Misi Perdamaian Polri di Darfur, seketika adrenalin saya meningkat, membayangkan Darfur suatu daerah yang setahu saya adalah daerah konflik yang paling berbahaya di dunia, banyak televisi berita dunia yang menceritakan tentang Konflik Darfur, ….Yes… this is my biggest Adventure ever !

Inilah negara Sudan dengan ibukota Khartom, dan perjalanan kami dari Port Sudan hingga Al Fashir Darfur region

Missi Perdamaian ini dinamakan United Nations African Nation Mission In Darfur (UNAMID) adalah suatu missi kerjasama antara Uni Afrika dan PBB dalam membawa kedamaian di Darfur Sudan. Permasalahannya adalah pemberontakan penduduk Darfur terhadap pemerintah pusat Sudan, masalahnya sangat klasik yaitu tidak meratanya pembagian pusat dan daerah, terutama semenjak ditemukan ladang minyak baru disini. Konflik yang telah berjalan 5 tahun ini mengakibatkan korban 350 ribu jiwa dan 2,5 juta orang tinggal di Internal Displaced Personal Camp (kamp pengungsi lokal).

Barang dari Indonesia pertama kali diturunkan di Port Of Sudan

Ada banyak hal baru yang saya dapatkan dalam missi saya ini, yang jelas sangat jauh berbeda dengan missi saya sebelumnya di Bosnia Hercegovina 97-98. Missi ini adalah pertama kalinya Polri mengirimkan kontingen dalam ikatan pasukan yang disebut Formed Police Unit (FPU) yaitu unit lengkap mandiri dan bersenjata terdiri dari 140 orang. Dengan daerah missi di gurun pasir juga merupakan tantangan tersendiri, karena tidak pernah ada seorangpun dari kami yang berpengalaman mengalami kondisi alam ini.

Fpu Indonesia pada saat istirahat Patroli di IDP camp

Saya ditunjuk sebagai “Team Advance” dengan dua orang rekan lainnya berangkat pada tanggal 5 Mei 2008 untuk mengurus dan mengawasi pengiriman ribuan item peralatan, camp portable, bahan makanan serta puluhan kendaraan milik FPU Indonesia (140 kontainer 20′ dan 53 buah kendaraan) yang dikirim dari Tanjung Priok Indonesia dan berlabuh di kota pelabuhan satu – satunya di Sudan, Port Of Sudan. Setelah sampai di Pelabuhan Port Of Sudan ternyata bukan akhir dari perjalanan kami, pengurusan Custom yang terkendala Birokrasi serta jarak tempuh yang sangat jauh hingga sampai di tempat penugasan kami Al Fasher Darfur, kalau diukur dari skala peta berjarak 2700 Km hampir dua setengah panjang pulau jawa, dengan jalan yang buruk melewati padang pasir yang luas. Pengiriman barang tersebut melewati pusat logistic UN di Sudan di kota Al Obeid, kalau diperhitungkan lama perjalanan dari Port Sudan hingga sampai di Al Fasher memakan waktu 5 bulan.

Foto bersama para perwira FPU Indonesia

Pada Bulan ke lima setelah barang sebagian besar tiba di Al Fashir, pasukan utama FPU tiba di El Fasher pada tanggal 12 Oktober 2008, menggunakan pesawat carter dari Halim Perdana Kusuma, hari – hari pertama setelah kedatangan pasukan FPU Indonesia pada tanggal adalah melakukan orientasi lapangan ke IDP Camp yang masuk dalam Area Of Responsibilitynya, yaitu IDP camp “El Salam”, “Abu Shouk” dan “Zam–Zam” rata – rata IDP Camp ini dihuni sekitar 100 ribu pengungsi, di dalam IDP camp tokoh masyarakat informal disebut “Sheik” (setingkat dengan desa/lingkungan) dan diatasnya adalah “Omda” yang biasanya membawahi beberapa Sheik.

Melakukan community Policing bertemu dengan Sheik di IDP camp

Kendala awal bagi pasukan dan seperti pernah saya alami sendiri adalah penyesuaian fisik untuk menghadapi iklim gurun yang ganas: bibir pecah, dehidrasi, mengeluarkan darah dari hidung adalah hal yang rata – rata dialami, namun kendala itu cepat dapat diatasi. Pada waktu kedatangan sementara kontingen FPU Indonesia ditempatkan pada “transit camp” karena camp Indonesia masih dalam tahap pembangunan, yang memakan waktu selama 2 bulan, bagi anggota FPU kebutuhan hidup sehari- hari seperti bahan makanan di drop secara regular dan dimasak oleh anggota “Support Unit”, air untuk MCK dan minum juga di drop tiap hari.

Peragaan FPU Indonesia pada upacara medal parade di Basecamp FPU Indonesia.

FPU Indonesia melaksanakan tugasnya secara “full performance” setelah melewati jangka waktu 2 minggu waktu penyesuaian dan orientasi, tugasnya adalah melakukan patroli di 3 (tiga) IDP Camp yang merupakan wilayah tanggung jawabnya, terbagi dalam shift siang dan malam, setiap patroli terdiri dari 1 peleton menggunakan 2 buah “Armored Personnel Carrier” (APC) dan mobil patroli. Patroli ini merupakan joint patrol bersama UN CIVPOL dengan melaksanakan “Community Policing”, “Pemolisian Masyarakat” , kami membantu masyarakat Darfur di dalam IDP camp agar bisa mempunyai daya tangkal terhadap gangguan kamtibmas di lingkungan sekitarnya. Tepat setahun masa tugas FPU kami disembarkasi dan digantikan oleh FPU Indonesia 2 sebagai FPU pengganti kami.

Pemberian tanda jasa PBB kepada 3 orang ‘team Advance’ oleh kepala polisi UNAMID, Jend. Michel Fryer dari Afsel.

Memang berat tugas yang harus kami lakukan, namun kalau ditarik ke belakang pengalaman ini sangat berharga buat saya dan rekan – rekan FPU lainnya, dan mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup saya……

Reinhard Hutagaol Sik

Akbp/Wakil Komandan Kontingen FPU Indonesia di Sudan/UNAMID

*Tulisan ini dimuat dalam majalah bulanan Polda Jambi Siginjai.

MENGENANG MISI PERTAMA SAYA : BOSNIA HERCEGOVINA

Tanggal 10 Mei nanti saya akan berangkat ke Darfur, Sudan. Ini merupakan penugasan Internasional saya yang kedua, saya sedikit ingin “mengingat” misi saya itu, mungkin juga sebagai bahan pengetahuan bagi pembaga blog ini, Misi saya sekarang sangat berbeda dengan misi pertama saya di Bosnia Hercegonina pada tahun ’97 – ’98. Inilah perbedaan itu :

– Misi di Bosnia Hercegovina adalah misi saya sebagai “Police Monitor” bertugas secara perorangan bergabung dalam komunitas polisi Internasional dalam “International Police Task Force (IPTF)” dalam UNMIBH (United Nations Mission in Bosnia Hercegovina”, kami tersebar secara perorangan di seluruh daerah missi, sedangkan misi saya di Darfur tergabung dalam ikatan pasukan “Formed Police Unit (FPU)” yaitu polisi berseragam sejumlah 140 orang (1 SSK plus) dalam “United Nations African Mission In Darfur (UNAMID)” dalam satu AOR (Area Of Responspibility).

– Misi di Bosnia Hercegovina adalah misi “Unarmed” yakni “tidak bersenjata” sedangkan misi di Darfur adalah misi “bersenjata“.

– Misi di UNMIBH adalah kerjasama antara UN dan NATO yang mengerahkan pasukan SFOR (Stabilisation Force) dalam misi yang berbeda antara militer (NATO) dan sipil (UN), sedangkan missi UNAMID adalah misi “Hibryd” gabungan antara UN dan AU (African United) dalam satu misi.

– Secara geografis mempunyai letak yang berbeda, Eropa dan berbanding Afrika, tentunya berbeda cuaca, di eropa saya merasakan 4 musim, sedangkan di Sudan bercuaca ‘sub- sahara” (cuaca di gurun)…. Namun yang paling penting berkaitan erat dengan infrastruktur… di Bosnia infratruktur (walaupun sehabis perang) jalan, listrik, air masih bagus sekali…. Di Sudan sangat miskin infrastruktur.

AWAL MULA

Permasalahan di Bosnia Hercegovina berawal dari runtuhnya negara YUGOSLAVIA sepeninggal JOSEPH BORIS TITO (1892-1980), dahulu negara YUGOSLAVIA terbagi atas beberapa negara bagian antara lain Kroasia, Montenegro, Slovenia, Serbia, dan Bosnia, Masing – masing negara bagian ini mempunyai suku bangsa tersendiri dengan ciri – ciri budaya tersendiri juga… karena pemerintahan TITO yang keras, bibit perpecahan ini bisa diredam, namun tidak terbendung setelah meninggalnya Tito. Negara – negara bagian itu masing – masing memerdekakan diri, sebenarnya pada awalnya tidak ada masalah dengan “kemerdekaan” itu. Ketika misalnya ada minoritas masyarakat Serbia di Bosnia, atau masyarakat Kroasia di Serbia tentunya tidak serta merta mereka harus “diusir” dari tempatnya semula, namun itulah yang terjadi…..

Terjadi konflik di “negara baru” Bosnia Hercegovina antara penduduk Serbia dan Bosnia (di Utara) dan penduduk Kroasia dan Bosnia (di Selatan), tentunya konflik ini mendapat “support” dari “negara induknya”. Akibat konflik yang berkepanjangan inilah UN turun tangan dalam UNMIBH. (1995-2001), Ada misi yang serupa juga di Slovenia timur (Kroasia) antara masyarakat Kroasia dan minoritas Serbia dan misi itu dinamakan UNTAES (United Natios Transitional Administration for Eastern Slovenia).

JEJAK LANGKAH

Pada bulan Mei 1997 ketika saya (masih berpangkat letnan satu) sedang mengikuti kursus Bahasa Inggris lanjutan di Sekolah Bahasa Polri, dan ada pengumuman : “Bagi siswa yang tertarik mengikuti Misi ke Luar Negeri, bisa mendaftar”, saya dan sekitar 20 an siswa ikut mendaftar, ternyata 12 dari kami lulus test tersebut….

Bulan Juli 1997 saya dan 17 orang lainnya yang lulus test berangkat ke missi, Komandan kontingen kami adalah Letkol Pol T Ashikin Husein (sekarang berpangkat Irjen menjabat Gubernur Akpol), kami pertama mendarat di ZAGREB (Kroasia) untuk mendapat “Induction Training” selama 2 minggu…

Saya dan 2 orang rekan Polisi lainnya ( lettu Mardiaz dan Bripda Katamsi) di tempatkan di Region Mostar (bagian selatan BH) yang permasalahananya adalah konflik antara etnis mayoritas Bosnia dengan minoritas Kroasia.

Kami bertiga di tempatkan pada “Police Station” yang sama yaitu Mostar Police Station, pada awalnya kami semua adalah “Police Monitor” yang bertugas mengawasi “Local Station” Kroasia dan Bosnia. Dan mengawasi “Border entity” yang membatasi etnis Kroasia dan Bosnia. Komandan Kontingen Pak Ashikin di Pale Police Station dan kemudian mendapat jabatan “bergengsi” (dan paling tinggi sepanjang sejarah misi PBB di Bosnia) menjadi Kepala Polisi Sarajevo Region (sebanding dengan Kapolda).

Pada bulan ke 4 saya di promosikan menjadi “Admin Officer” di Mostar Police Station, Mardiaz menjadi “Team Leader’ dan Katamsi menjadi “Investigation Officer”.

Pada bulan ke 6, kami seluruh kontingen mendapat “UN Medals” yang disematkan oleh UN Police Commisioner.

Sampai akhir masa tugas kami Agustus 1998 (1 tahun 1 Bulan), kami bertiga tidak pernah pindah ke station lain, walaupun beberapa rekan kami pernah pindah tempat beberapa kali….

Selama penugasan kami dikatakan aman – aman saja, kecuali saya ingat pada bulan Desember 1997 terjadi “ledakan hebat” di tengah kota Mostar akibat “Bom Mobil” di dekat kantor polisi etnis Kroasia, namun tidak ada korban jiwa. Di kontingen kami sempat ada yang di “culik” oleh paramiliter Sebia yaitu Kapten Dedi, namun segera dibebaskan karena tahu ia berasal dari Indonesia. Nama SOEKARNO “sangat harum” bagi masyarakat eks Yugoslavia, karena adalah sahabat kental Tito.

KENANGAN MOSTAR

Mostar adalah sebuah kota yang terletak di bagian selatan negara Bosnia Hercegovina, kata “Mostar” berasal dari kata “Stari Most” artinya adalah “Jembatan (Most) Tua (Stari)” diatas sungai jernih Neretva. Jembatan tua ini dibangun ketika kekaisaran Ottoman mengusasai Eropa pada abad ke 15, Jembatan ini di arsiteki oleh Mimar Hayruddin dan memakan waktu 9 tahun untuk membuatnya dan selesai pada Tahun 1566.

Sayangnya Jembatan ini “dihancurkan” dalam perang saudara pada November 1993, dan di restorasi kembali setelah berakhirnya perang oleh UNESCO dan banyak organisasi lainnya. Pada waktu saya disana, jembatan ini dalam proses pembangunan. Pada bulan Juli 2004 jembatan kembali ke bentuknya semula dan diresmikan oleh Pangeran Charles.

Mostar adalah kota yang sangat indah, dengan kontur perbukitan, di tengah – tengahnya terbelah oleh sungai Neretva yang airnya sangat jernih, pada musim panas hal yang paling menarik adalah meminum “turks cava” atau kopi turki di Café sepanjang sungai Neretva, indah sekali….Setiap Tahun ada acara yang telah berlangsung ratusan tahun yaitu “meloncat dari tengah jembatan”

PENUTUP

Apakah kenangan ini akan terulang kembali di Sudan ? Ngga tau lah yaaaw…… mudah – mudahan… setiap daerah pasti punya keindahan tersendiri……. betul ngga ?

UNITED NATIONS PRE DEPLOYMENT VISIT (PDV)

PDV dari UNDPKO

Mr Faisal (menggunakan jas) dengan KakorBrimob Irjen Wenas, perwakilan AFP beserta pasukan FPU.

Setelah latihan beberapa minggu untuk menghadapi PDV team dari PBB, akhirnya pada tanggal 1 Februari 2008 team PDV dari UN DPKO ( United Nations Department Of Peace Keeping Operation) datang dari New York untuk meninjau kesiapan pasukan dan material FPU Indonesia, hal ini teramat penting karena di tangan mereka keberangkatan FPU Indonesia dapat di syah kan atau tidak, tergantung dari penilaian mereka terhadap kesiapan FPU Indonesia baik dari personil maupun material….

Tampak atas tempat latihan

Tampak atas formasi peragaan kemampuan FPU berikut peralatannya.

Hal – hal yang diujikan adalah sebagai berikut : Bagi para perwira mendapatkan test dan wawancara dalam bahasa Inggris sebagai syarat pokok dalam setiap missi perdamaian PBB, bagi anggota FPU lainnya diujikan bagaimana kemampuan pasukan dalam materi : Riot Control, VVIP Protection, Patroling, Guarding Camp dan Community Policing, setelah dilakukan test terhadap perorangan (Key Position) dan Pasukan dilakukan juga pengecekan terhadap peralatan yang akan dibawa FPU Indonesia, apakah sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan PBB untuk daerah missi, berbicara masalah spektek tentunya agak berbeda karena semua peralatan harus tahan pada cuaca panas gurun pasir di Darfur Sudan….

Mr faisal memberikan presentasi

Mr Faisal dari UNDPKO sebagai team PDV memberikan presentasi mengenai tugas FPU didaerah Missi.

Sebagai wakil UNDPKO yang melaksanakan PDV adalah Mr Faisal dari Pakistan, di tangan beliau kontingen FPU Indonesia bisa berangkat atau tidak, karena hasil penilaian akan langsung dikirim ke Security Counsil (Dewan Keamanan) PBB. Mr Faisal melakukan PDV selama 1 minggu di Indonesia. Pelaksanaan test bahasa Inggris untuk para perwira dilaksanakan di Sekolah Bahasa Polri Cipinang, sedangkan untuk pelaksanaan test kemampuan pasukan dilaksanakan di Markas Korps Brimob Polri Kelapa Dua, Depok….. Pada akhir Kunjungan Mr Faisal menyatakan kekagumannya kepada kesiapan FPU Indonesia dan akan merekomendasikan segera ke Dean Keamanan PBB untuk segera memberangkatkan FPU Indonesia ke daerah Missi UNAMID (United Nations African Mission In Darfur).

Ok FPU’ers segera siapkan fisik dan mentalmu untuk menghadapi tugas mulia kita…… Brigade !

FPU Indonesia melaksanakan Pre Deploymet Training (Latihan Pra Operasi)

Pas FPUIndonesian FPU

Setelah bosen bertanya tentang kepastian berangkatnya FPU Indonesia…….pada tanggal 23 Januari ini mulai dilaksanakan Pre Deploymet Training (Latihan Pra Operasi) …. inikah akhir penantian ? Saya rasa ada betulnya …

Sementara menunggu KEPRES pemberangkatan, kami dikumpulkan di mako Korps Brimob, Kelapa Dua Depok selama 1 (satu) bulan sampai tanggal 23 februari 2007…., dan team Mabes Polri telah berangkat ke New York untuk menandatangani MOU Indonesia dan Dewan keamanan PBB, tetang keikutsertaan FPU Indonesia dalam UNAMID (United Nation African Mission In Darfur), dan berita yang paling gress team PDV (Pre Deployment Visit) UN akan datang ke tempat pelatihan pada tanggal 1 Februari untuk mengecek kesiapan materil dan personil yang akan diberangkatkan.

FPU Indonesia dalam pelatihan ini dibekali pengetahuan tentang daerah operasi, yang memang sangat berbeda iklim nya, pengetahuan tentang mandat yang diberikan UNAMID sebagai pedoman tugas di daerah operasi, dan latihan penunjang lainnya seperti PHH, Pertempuran Kota, Patroli, Counter Ambush, VIP Escort dll…….

Dutabesar Sudan

Telah hadir juga Duta Besar Sudan HE Muhammad Taufik untuk memberikan gambaran secara ringkas tentang Sudan, dan menyampaikan ucapan terima kasih atas kesediaan Indonesia untuk turut serta untuk mewujudkan perdamaian di Sudan, khususnya wilayah Darfur.

Ok kami mohon doa restu dari para pembaca blog ini agar FPU Indonesia siap melaksanakan tugasnya dengan baik……

Selamat datang UNAMID

UNAMIDUNAMID2

Pada awal pergantian tahun 2007 nanti (1 Januari 2008)…. akan terbentuk UNAMID (United Nations African Mission In Darfur) yang akan mengembalikan harkat hidup masyarakat Sudan khususnya Darfur dari sejarah tragis dan kelam… yang selama ini terjadi…..

Pada tanggal 31 juli 2007 Dewan Keamanan PBB bersepakat untuk menjalankan resolusi nomer 1769 yang berisikan pembentukan UNAMID yang bekerja berdasarkan chapter VII (peace making mission = menciptakan perdamaian = menggunakan kekuatan/memaksa perdamaian) dalam jangka waktu 12 bulan.

Tugas UNAMID seperti tertuang dalam mandat adalah : Melindungi masyarakat sipil dan tugas lainnya seperti memberikan perlindungan kepada bantuan kemanusiaan, memonitor perjanjian perdamaian antara pihak yang bertikai, membantu berjalannya proses politik lokal dan memberikan kontribusi kepada HAM dan tegaknya Hukum, juga memonitor dan melaporkan situasi di sepanjang perbatasan dengan Chad dan Central Afrika. Missi UNAMID akan berkantor pusat di El Fasher dan akan mempunyai 3 region yaitu El Fasher, El Geneina dan Nyala, dan akan ada 55 lokasi kantor UNAMID di Darfur.

Sekjen PBB dalam pernyataannya dalam sidang dewan keamanan PBB mengatakan, pembentukan UNAMID adalah “ Mengirimkan sinyal yang kuat dan jelas dari komitmen PBB untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Darfur, dan menutup episode tragis dalam sejarah kelam Sudan..” Ia juga mengatakan keputusan itu “bersejarah dan tidak pernah diperhitungkan sebelumnya“ tetapi ia mengingatkan juga bahwa “Hanya melalui proses politik para pihak yang bertikai kita akan mendapatkan solusi yang terbaik dari konflik ini

Pengerahan kekuatan UNAMID dengan bekerjasama dengan AMIS akan berjumlah 20000 tentara dan lebih dari 6000 polisi dan juga komponen sipil. Dalam kekuatan penuh UNAMID akan menjadi missi terbesar dan juga merupakan missi hybrid pertama dalam sejarah missi perdamaian PBB.

Sekjen PBB mendorong komunitas internasional untuk menyediakan dana dan SDM untuk ditempatkan ke UNAMID Darfur, ia juga merekomendasikan negara anggota PBB menyediakan bantuan dana kepada UNAMID lewat pembiayaan PBB.

PIMPINAN UNAMID

Rodolphe Adada dari Republik Congo telah ditunjuk oleh oleh Join Special Representative (JSR) Uni Afrika dan PBB untuk memimpin UNAMID. Ia akan melaporkan tugasnya kepada dua pihak : Pimpinan Uni Afrika dan Sekjen PBB, ia akan dibantu oleh wakilnya Henry Anyidoho dari Ghana. Perintah dari dari JSR akan dikeluarkan melalui Komisaris keamanan dan perdamaian Uni Afrika dan Sekjen PBB bagian operasi misi perdamaian (UNDPKO).Pelaksanaan tugas harian pasukan UNAMID akan diatur secara bersama.

Jendral Martin Luther Agwai dari Nigeria telah ditunjuk sebagai komandan pasukan (militer) UNAMID oleh Uni afrika dengan berkonsultasi dengan PBB dan akan melaporkan kepada JSR.

Demikian halnya juga untuk Kepala Kepolisian (Police Commisioner) UNAMID telah ditunjuk Michael Fryer dari Afrika Selatan dan Wakilnya telah ditunjuk Elizabeth Muwanga dari Uganda. Di pundak mereka masih banyak tugas yang menunggu antara lain :

Transfer Police Observer AMIS ke UNAMID… Pada saat ini terdapat 1400 PO pada AMIS untuk dapat diterima pada UNAMID mereka harus menjalani test ulang, apabila lulus mereka akan “berganti baju” menjadi PO UNAMID, plus ditambah lagi PO yang berasal bukan dari Uni Afrika (Indonesia juga sudah siap mengirimkan 4 orang PO di UNAMID dipimpin oleh Kombes Pol Charles Ngili Karo Ops Polda Gorontalo).

Mempersiapkan FPU (Formed Police Unit)…. sesuai mandat UNAMID mempersiapkan 19 (sembilan belas) FPU yang akan bertugas, dan yang akan dalam waktu dekat ini berangkat adalah FPU Nepal (Akan berangkat pada Januari akhir) dan sudah 8 (delapan) negara yang telah berkomitmen untuk mengirimkan FPU nya ke UNAMID yaitu: Burkina Faso, Kamerun, Mesir, Indonesia, Mali, Nigeria, Pakistan dan Senegal.

Sekali lagi … welcome UNAMID jalankan Missi mu untuk menciptakan perdamaian ABADI di Dunia……