Menjadikan Seseorang Menjadi Teroris (Proses Radikalisasi)

Kita mendengar dalam berita heboh beberapa waktu yang lalu bagaimana beberapa orang hilang akibat di “cuci otak” , inilah cara kelompok NII merekrut anggotanya. Sebagai sebuah organisasi tentunya kelompok radikal ataupun kelompok teroris membutuhkan kader untuk melaksanakan berbagai kegiatan mereka, demi mencapai tujuan organisasi.

Radikal
Radikal

Kita melihat bagaimana seseorang yang berpendidikan diputar balikkan pengetahuannya sehingga mendukung suatu paham yang sangat berbeda dengan jalan pikiran seseorang, dan bahkan bisa digunakan sebagai alat – alat untuk melakukan teror. Hebatnya sang perekrut tahu sekali bagaimana tipe orang yang akan direkrutnya, apakah dia sebagai “pencari dana”, “perekrut” atau bahkan “sayap militer” dari kelompoknya. Mereka menggunakan ilmu phsychologie untuk melaksanakan perekrutannya, dan didahului dengan menanamkan ideologi yang “radikal” kepadanya, metode ini dinamakan Radikalisasi. Kelompok seperti ini giat melakukan Radikalisasi di masyarakat untuk mencari kader anggota atau mencari dukungan masyarakat

Saya melihat referensi yang ditulis oleh DR. Petrus Golose dalam bukunya Deradikalisasi Terorisme, Proses terjadinya Radikalisasi yaitu proses penyebaran dan penyerapan pemikiran–pemikiran kelompok radikal termasuk kelompok teroris. Proses radikalisasi ditandai dengan adanya penyebaran pemikiran radikal di masyarakat, sekaligus perekrutan anggota oleh kelompok radikal ataupun kelompok teroris.

Ada beberapa tahapan dari seorang individu dalam proses Radikalisasi :

a) Tahap Perekrutan
Pada tahap ini sebuh organisasi teroris melakukan perekrutan terhadap anggotanya, perekrutan ini berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut seperti : umur, agama, tingkat pendidikan, perekonomian, status sosial dan kehidupan sehari – hari dalam masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya yang terjadi di Indonesia target Radikalisasi yang terjadi di Indonesia mempunyai keragaman sebagai berikut:
1. Mayoritas laki – laki.
2. Usia berkisar antara 16 sampai 35 tahun.
3. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Islam.
4. Tingkat ekonomi beragam ada yang dari tidak mampu maupun dari keluarga mampu.
5. Tingkat pendidikan rata – rata setingkat SMA atau MAN atau pondok pesantren dan hanya sedikit yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi.

b) Tahap pengindentifikasian diri.
Tahap ini merupakan tahapan terpenting dalam Radikalisasi, yang bertujuan untuk membuat target memiliki krisis identitas hingga berada didalam kondisi yang tidak stabil dan kehilangan identitas diri, caranya mereka dibuat selalu tidak puas akan kondisi ekonomi, sosial dan politik selain itu target dibuat agar tidak kritis.

c) Tahap Indoktrinasi.
Tahap ini target diberikan paham atau ideologi teroris secara intensif, tujuan utama dari tahap ini adalah membuat target menjadi percaya dan yakin sepenuhnya, bahwa ajaran yang ditanamkan kepada mereka merupakan kebenaran mutlak, dan tidak perlu diibantah atau dikritisi lagi.

d) Tahap pengertian Jihad yang disesatkan.
Dalam tahap ini target sudah termasuk kedalam kelompok kecil (sel) dari organisasi radikal atau teroris, akan menerima kewajiban secara pribadi untuk ikut serta dalam Jihad. Tahap ini terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu:
1. Komitmen untuk melakukan teror dengan cara Jihad
2. Pesiapan dan pelatihan fisik.
3. Pelatihan mental.
4. Merencanakan serangan teror.

Proses terjadinya Radikalisasi
Proses terjadinya Radikalisasi

Demikian sekilas proses Radikalisasi yang dilakukan kelompok teroris dan kelompok radikal lainnya, sekarang pertanyaannya mampukah anda mempunyai pertahanan diri yang baik sehingga tidak terjebak dalam ideologi radikal ?

Kejahatan di sekitar kita (seri II) : Kelompok Hipnotis

Hypnotize
Hypnotize

Selamat jumpa lagi para pembaca blog saya yang tercinta 🙂 Kali ini saya mau bercerita sekali lagi tentang kejahatan yang sering terjadi di sekeliling kita, memang banyak sekali kejahatan dan variannya yang terjadi dalam kehidupan sosial kita sehari – hari, ini merupakan hukum alam… kejahatan selalu mengimbangi peradaban manusia, tidak pernah ada suatu lingkungan sosial yang tidak luput dari kejahatan, walaupun demikian teraturnya lingkungan itu atau beratnya hukuman yang dijatuhkan akan suatu kejahatan….. dan jangan heran kejahatan itu selalu berkembang variasinya sesuai dengan akal budi manusia…. akan selalu “up to date”  modus operandinya, makanya dalam kesempatan ini saya tidak henti – hentinya menghimbau agar kita selalu waspada, selalu curiga bukanlah suatu hal yang buruk… rasa curiga itulah yang mungkin banyak menyelamatkan….

Nah… urusan akal budi, rasionalitas seseorang pada zaman sekarang kadang – kadang saya heran juga, kok zaman sekarang malah orang lebih percaya hal – hal yang tidak masuk logika…. faktor inilah yang menjadi sasaran empuk dari kejahatan (yang kata orang) menggunakan hipnotis atau sebagian orang bilang menggunakan ilmu “gendam”, memang salah satu varian dari kejahatan ini adalah mencari korban yang suka hal – hal berbau “magis”, eitssss bukan hanya itu  kelompok ini juga mempergunakan “ke – pantang kalahan” dari seseorang atau banyak  lagi modus lain, yang jelas kelompok ini sangat ahli dalam memainkan keadaan rentan “psikologis” seseorang, nah lo… bagaimana sih maksudnya ?

Makin penasaran kan ? menjawab pertanyaan awal, benarkah kelompok ini menggunakan “HIPNOTIS” dalam melakukan aksinya ??? Pada awalnya saya penasaran amat akan kriminalitas ini, karena banyak orang yang melapor pada saat saya mejabat perwira SPK di Polda Metro Jaya beberapa tahun yang lalu, contohnya:

Ada seorang ibu yang melapor bahwa dia di “hipnotis” pada saat sendirian di sebuah mall, datang seorang yang tidak dikenal menepuk pundaknya, menawarkan sebuah jam rolex yang katanya terbuat dari emas, kemudian pada saat pembicaraan ia merasa “terhipnotis”, pada saat terhipnotis ia dengan “pasrahnya” ia menyerahkan ATM nya dan dengan sadar ia memberikan nomer “pin” kepada si tersangka, karena ATM hanya bisa mengambil maximal 10 juta, maka dengan gampangnya ia bersama pelaku ke bank menguras seluruh tabungannya yang puluhan juta, dan…… bukan sampai disitu, ia juga membawa pelaku ke rumahnya, mengambil semua uang simpanannya di lemari brangkasnya, dan baru sadar setelah diturunkan dari taxi yang membawanya keliling beserta pelakunya… tau ngga berapa nilai semua uang yang diambil ? 220 juta rupiah….. sungguh nilai yang sangat luar biasa, dan ibu itu hanya bisa menangis dan pingsan…. karena ludes lah semua tabungannya bertahun- tahun ini,  jam Rolex emas yang dijanjikan juga hanya jam palsu seharga 200 ribu rupiah…  :mrgreen:

Ada seorang bapak melapor juga, katanya pada saat berjalan di sebuah mall dia didatangi seseorang, dia mengatakan bahwa ia terkena santet ilmu hitam, dan ia akan memberikan sebuah batu sebagai penangkal penyakitnya, pada saat itu ada juga seseorang lain yang tertarik dan akan membayar lebih mahal kepada orang yang menawarkan batu itu, lalu pada saat itu ia merasa menjadi “terhipnotis”  dengan “tidak mau kalah” , seluruh uang di tabungannya terkuras dan  dengan kemauan sendiri mengambil di bank, jumlah kerugian yang dideritanya sebanyak 90 juta rupiah, bapak itu terkulai lemas menyesali apa yang terjadi di ruangan saya.

Ada seorang lain lagi melapor bahwa ia “terhipnotis” pada saat mengambil uang di ATM, ia mengaku didatangi seorang yang beraksen “Malaysia” dan menawarkan akan mendapat proyek di Malaysia seharga Milyaran rupiah, kemudian seketika ia merasa “terhipnotis”, ia dibawa jalan – jalan dan menyerahkan seluruh uangnya kepada orang itu, jumlah kerudian 150 juta rupiah.

Nah, penasaran kan ? bagaimana kok bisa para korban diatas dengan gampangnya “terhipnotis” sehingga dengan mudahnya menyerahkan seluruh uangnya ? benarkah semua perbuatan itu menggunakan “ilmu hitam” atau “gendam” ? sehingga orang menurut saja dan menyerahkan seluruh uangnya ? Pertanyaan ini juga menggelitik saya, ingin sekali rasanya mengetahui bahkan belajar ilmu ini, enak sekali kalau di praktekkan yaaa, ngga usah susah – susah kerja banting tulang dapat duit banyak :mrgreen:

Sampai pada suatu saat saya bertemu dengan “dedengkot” kelompok ini, pada awalnya seperti biasa kami hanya mengobrol biasa, kemudian seperti biasa.. karena “pertemanan” kami ia mulai menceritakan bagaimana perbuatan “menghipnotis” ini dilakukan, tentu saja pada awalnya saya tanyakan bagaimana cara mempelajari “ilmu hipnotis” ini, saya pikir tadinya  adalah ilmu yang menggunakan cara – cara “supranatural”, namun apa jawabnya : “Pak, ini bukan ilmu hitam, ini hanya permainan kata – kata saja……. dengan sedikit trik sehingga orang mengikuti kemauan kita..” Weleh – weleh padahal tadinya saya pikir saya akan menyiapkan syarat “ngelmu” seperti “kembang tujuh rupa” dan “ayam cemani” :mrgreen: , singkat kata dari obrolan panjang tersebut saya mau menjelaskan “modus operandi” kelompok ini melakukan aksinya :

– Kelompok ini dalam melakanakan aksinya tidak pernah sendiri, paling tidak 5 orang, salah satu sebagai “tokoh” , yang lain seolah olah sebagai “orang lain” dan tidak saling mengenal, ada juga yang bertindak sebagai “pengawas” terhadap jalannya operasi.

– Cara beroperasinya adalah demikian, sang “tokoh” mencari korban biasanya justru di tempat keramaian (biasanya di mall) ia mempunyai “feeling” siapa yang akan menjadi korbannya, katanya sih… kelihatan sekali berbeda orang yang secara psikologis gampang “dipengaruhi” tau tidak, biasanya orang yang suka pikirannya melayang tidak fokus… lalu tiba – tiba sang tokoh “mengagetkan” si korban dan “menawarkan sesuatu” (dalam hal ini variannya banyak sekali: bisa sesuatu barang atau jasa) sehingga si korban tertarik, pada saat yang bersamaan datang kelompok orang ini yang kelihatan berminat dengan “barang” yang ditawarkan, lalu datang orang lain lagi yang berminat membayar dengan harga sangat tinggi atas “barang” yang ditawarkan, dan lalu datang orang lain lagi yang lebih berani menawar lebih tinggi.

– Hal ini membuat si korban menjadi “tertantang” sehingga dengan segala kemampuannya melebihi “tawaran harga” dari orang – orang ini, dan bahkan minta diantar komplotan itu ke tempat ia menyimpan uang ke ATM atau ke Bank, dan ia sendiri yang mengambil uangnya, bahkan sampai persediaan uang dirumahnya……

– Demikian lah sampai semua uang yang ada bisa dikuras, kalau saya sendiri berpikir “Kok bisa ya orang dipengaruhi pemikirannya sampai sedemikian hebatnya..!@#$%^ ??? Saya jadi pernah membaca buku pelajaran psikologi ilmiah tentang hipnotis, memang hal itulah yang dinamakan “State of Unconsiousness” atau keadaan diantara alam “sadar” dan “tidak sadar” , sehingga gampang sekali dipengaruhi,  ya itu memang jawabannya….. pernah lihat kan acara Hipnotis di TV ? bagaimana seseorang bisa diperintah apapun juga dengan omongan saja, kurang lebih begitulah cara komplotan ini melakukan aksinya, dengan sedikit ketrampilan “mempengaruhi” orang …. jadilah suatu kejahatan.

– Tingkat kegagalan melakukan aksi ini juga cukup tinggi, makanya selalu ada seseorang yang bertindak sebagai “supervisor” atau “pengamat” pada saat kelompok ini beroperasi, apabila dirasa gagal ia selalu memberi kode, dan kelompok ini langsung bubar dan menghilang……. namun kalau berhasil, weleh hasilnya ngga tanggung – tanggung.

Tips

– Kalau bisa sih jangan sendirian kalau pergi ke mall atau tempat keramaian, pasti tidak akan menjadi sasaran kelompok ini.

– Selalu konsentrasi, ada tujuan,  jangan seperti “menghayal” ditengah keramaian, nah si pimpinan kelompok ini pintar sekali membaca hal ini.

– Jangan mudah percaya dan selalu curiga apabila ada seseorang yang tidak anda kenal tiba – tiba menawarkan sesuatu kepada anda.

Ok deh, demikianlah sedikit cerita tetang kejahatan di sekitar kita, mudah – mudahan berguna… dan anda tidak menjadi korban berikutnya….. nantikan seri – seri cerita ini selanjutnya……. chao !

BEGINILAH CERITA SEORANG PSIKOPAT, APAKAH ANDA KORBAN BERIKUTNYA ?

Atas permintaan banyak pembaca blog ini, saya akan mengulang kembali hasil pengalaman saya menghadapi tersangka psikopat, namun saya pikir “tidak fair” kalau hanya berdasarkan pengalaman saya semata, pasti banyak yang berpikiran saya tidak akan secara jernih dan netral menulisnya , dengan itu saya memuat pendapat seorang pakar psikologi SARTONO MUKADIS Psi (Center of behavioral Study) mengenai tersangka psikopat yang pernah saya sidik, Iptu Gribaldi handayani SH, silahkan menyimak dan anda bisa membandingkan dengan tersangka baru Ryan sang Homo Jagal dari Jombang, apakah mirip ? (Ini adalah bahan paparan beliau dari slide powerpointnya)

1.
Kasus GrH
Nama M. Gribaldhy H. Yani SH bin Khairulsyah (GrH)
Pangkat IPTU Polisi
Tgl lahir Medan 20 Juli 1966
Tiga istri dengan 4 anak (3 dari I, 1 dari II)
Pendidikan terakhir S1 Hukum
Pelatihan dari Polisi Dikljur LanIntel Op Mega Mendung 1990

2.
Tersangka pria pewira menengah Polisi non AKPOL, usia 39 tahun, berfisik tinggi besar dan atletis (pemegang sabuk hitam salah satu aliran bela diri), ganteng, sangat percaya diri dan sama sekali tidak terkesan takut, ragu atau tidak tahu apa yang dilakukan.

3.
Bicaranya tegas, terkesan cerdik dan dipikirkan dulu, walau sesekali menjadi emosional tetapi segera mampu menguasai dirinya kembali. Cerita yang dikemukakan dengan pola yang jelas, ia menggabungkan antara fakta, alibi, argumentasi dan khayalan dengan baik, sehingga kalau tidak dilakukan cross check kita akan melihatnya sebagai kebenaran dan kejujuran yang utuh.

4.
Tidak terkesan merengek ataupun menarik belas kasihan baik pada dirinya maupun pada korban. Sama sekali tidak menampakkan rasa sesal, atau bersimpati pada nasib keluarga korban, ataupun merasa dirinya jadi korban dari keadaan di luar dirinya.

5.
Hanya saja ia menyebut seorang tokoh politik (Y) cukup ternama di Jambi yg banyak berjasa dalam karir dan keuangannya. Ia merasa berhutang budi dan tidak bisa menolak apapun permintaannya. Atas desakkan tokoh inilah mengapa ia al. melakukan pembunuhan berangkai ini.

6.
Tetapi sampai catatan ini direkam, polisi tidak berhasil membuktikan adanya keterkaitan yg signifikan. Ada dugaan hubungan mereka fiktif atau pengalihan perhatian polisi.
Setiap kali ia menekankan motivasi itu. Ia marah besar kalau penanya meragukan kebenarannya, karena tidak ada fakta dan motivasi yang menyokong.

*catatan : Ryan pun selalu berdalih bahwa yang melakukan pembunuhan adalah keluarga besarnya karena tidak suka melihat ia menjadi Gay —-> selalu ada tokoh “fiktif” yang dihadirkan oleh tersangka psikopat*

7.
Karirnya baik, walau tidak luar biasa tetapi setidaknya sama atau di atas rata-rata sejawatnya. Ia memperoleh banyak kepercayaan dari atasan. Sebab itu ketika pertama kali polisi resort Sekayu – tempat mayat terakhir ditemukan di daerah Musi Banyuasin (Muba) – dan mengindikasikan tersangka, beberapa atasan di Jambi menyangsikan.

*catatan : inilah suatu ciri khas dari tersangka psikopat, Ryan juga dikenal sebagai guru mengaji di lingkungan tempat tinggalnya—-> seorang psikopat mempunyai kehidupan yang sangat Kontras*

8.
Masuk Dinas Kepolisian Polda Sumut 1986
·         SatIntelPamsan Poltabes Medan 87
·         Unit Opsnal Polda Sumut 91
·         Ba Lantas Potares Tapanuli Sumut 93
·         Ba Polres Deli Serdang Sumut 96
·         Stupa Reg Polri XV Sukabumi 97
·         Pama Polda Jambi 98
·         Pamapta I Polres Kerinci 98
·         Kaur Bin Ops Sabhara Polres Kerinci 99
·         Kasat Sabhara Polres Kerinci 99
·         Kaur Min Diskum Polda Jambi 2001
·         Parik Ir Loda Jambi 02
·         Ka Stawal Polda Jambi 02
·         Kasubbag Sospol Polda Jambi 03
·         Kaur Mintu Biro Mitra Polda Jambi 03
·         Kaur Jian Info Krim Polda Jambi 04

9.
Rangkaian pembunuhan sendiri berjangka cukup panjang, korban pertama yang diakuinya diawali tahun 98, dan terakhir tahun 2004 (6 tahun). Jadi pada rentang waktu dimana ia berkarir aktif bahkan di bagian kriminal /penyidikan.
(Pada beberapa kasus, walau tidak langsung terlibat, ia turut serta dalam diskusi. Kerap ia menunjukkan ‘kemarahannya atas kebiadaban pembunuh’ ketika melihat foto foto TKP).

10.
Korbannya laki dan perempuan, tua maupun setengah baya, seolah tanpa pola tetap. Tersebar dari Jambi, Sumut, Riau, Sumsel sampai menurut kabar dan masih disidik, ada juga di Batam. Jumlah resmi yang berhasil diidentifikasi atau ditemukan mayatnya enam orang, tetapi diduga lebih dari itu.

*catatan: ini juga terjadi dengan Ryan, walaupun ada korban sesama gay tapi ada juga  non gay serta seorang anak dan ibunya*

11.
Data Korban:
Gusmiarni, Ibu RT, ditemukan 2002 , TKP ds Kubu Rokan Riau, MO ditembak dan ditusuk
Yeni Parida, swasta ditemukan 2002, TKP Jl raya Riau – Medan 2001,MO ditembak
Muhammad Ali als Mamad, sopir 35th TKP Riau, MO ditembak
Nurmata Lili als Marta swasta, TKP Lintas Timur km 80-81 th 2003, MO ditembak
Rusdin Sidauruk, sopir rental , TKP Pekan Baru 1998, ditembak
Ngadimin, 50 th swasta TKP Sungai Liat MUBA 2004, ditembak lalu dibakar.

*catatan : untuk melihat fotonya bisa dilihat disini https://reinhardjambi.wordpress.com/2007/11/06/korban-polisi-pembunuh/*

12.
MOnya, korban yang menurut pelaku ‘menjengkelkan & mempermalukannya’ di ajak keluar kota, di tengah jalan / hutan korban di tembak kepalanya (biasanya di belakang telinga). Karena perencanaan teliti, ia berhasil menghapus keterkaitan korban dengan dirinya, dan selalu menyangkal mengenal korban.

13.
Belakangan MO diubah, karena ia tahu polisi mulai tertarik mencari identitas korban. Ia berupaya melenyapkan dgn membakar mayat. Pertama kali hanya dengan menyiramkan bensin lalu membakar, ternyata mayat tidak hancur, korban berikut ia bedah dulu dada & perut, menuangkan bensin ke dalamnya baru dibakar.

14.
Cara ini nyaris berhasil karena mayat memang hancur. Tetapi ‘kebetulan’ kaki mayat ditemukan utuh, dan pada kaki itu ada tanda tubuh yang khas yang dikenali oleh keluarganya.
(Padahal tes darah pertama kali di RS setempat hasilnya berbeda dengan data laporan orang hilang, untung polisi Sekayu di bawah AKBP Martuani tidak berputus asa, contoh darah mereka cek ulang ke Jakarta, ternyata cocok!. Ketika dilakukan rekonstruksi, diperagakan ketika tersangka berhenti membeli bensin ditepi jalan. Pedagang bensin masih ingat karena ia sempat bertanya ‘Mobil bapak kan diesel, ko pake bensin?, dijawab tenang, ‘Untuk mobil teman saya yang mogok’)

15.
Ketika tim Polda Jambi dan Polres Muba mulai mencium dia sebagai tersangka, dan mulai menyidiknya, ia ‘mengancam’ akan memprapengadilan rekannya tsb, kalau gagal membuktikan.
Pistol yang digunakan diduga milik sejawatnya yang ia curi. Padahal ia tahu pasti hukuman bagi polisi yang kehilangan pistol, apapun alasannya; ditunda kenaikan pangkat dan dihentikan tunjangannya, hanya bentuk hukuman yang paling pasti tapi paling ringan. Kerap disel atau diturunkan pangkat.

16.
Hampir semua korban, pertama kali berhubungan minta tolong untuk memasukkan saudara kepolisian atau jasa lain. Disanggupi korban dengan imbalan uang tentunya. Ketika tidak terbukti dan korban menagih janji atau minta uang dikembalikan, ia marah dan merasa ‘dipermalukan & diancam’.

17.
Ia selalu menekankan motif pembunuhan terjadi ‘hanya’ kalau ia ‘dipermalukan’, dan merasa ‘diancam’ apalagi di depan orang banyak. Ia mengatakan sangat sakit hati, dendam dan harus mengembalikan kehormat-annya. Tapi ketika ditanya apa dan bagaimana bentuk ‘dipermalukan & diancam’ itu, ia hanya mengatakan ‘pokoknya saya merasa terancam dan terhina’.

18.
Termasuk saudara merasa terancam oleh wanita atau pria setengah umur yang baik fisik, financial maupun kedudukan /statusnya lebih rendah dari saudara?’ saya bertanya. ‘Ya, pokoknya saya merasa diancam akan diperas….!’ Jawabnya dengan nada tersinggung.

19.
Hubungan dengan rekan sekerja juga tidak diperoleh catatan negatif. Bahkan seperti dikatakan di awal, dimata atasannya ia cukup baik dan tidak tercela secara dan patut jadi perhatian khusus.
Kasusnya saat ini menunggu pengadilan di Riau (Januari 2006).

POLISI PEMBUNUH !

RotationofGribaldidanistri-1Masyarakat Jambi beberapa waktu yang lalu dikejutkan oleh serangkaian pembunuhan berantai (Serial Murdered), tercatat di kepolisian korbannya sebanyak 7 (tujuh) orang dan dengan TKP tersebar di daerah Riau dan Sumatra selatan, dan yang lebih mengejutkan, tersangkanya adalah seorang Polisi, Iptu Gribaldi Handayani SH, Perwira Pertama berdinas di Polda Jambi, terdapat pertanyaan besar di masyarakat : Bagaimana seorang Polisi yang seharusnya menjadi pelayan dan pelindung masyarakat melakukan hal yang sangat mengerikan ini ????. Dalam pergaulan masyarakat dan sesama polisi, Gribaldi dikenal sebagai sosok yang ramah dan senang membantu orang lain. Para keluarga korban dan korban sendiri pada awalnya merasa sangat terbantu atas kehadiran GRIBALDI, mereka menaruh kepercayaan kepadanya, bahkan sudah dianggap sebagai keluarga.

Saya sendiri turut terlibat dalam penyelidikan dan penyidikan dugaan pembunuhan ini, kami para penyidik dari Satuan Reserse Umum Polda Jambi pada awalnya ragu apakah GRIBALDI adalah tersangkanya, benarkah ia begitu tega melakukan semua pembunuhan tersebut, sikapnya yang berani dengan gaya yang meyakinkan berhasil membuat para penyidik dalam kasus ini menjadi ragu. Karena minimnya alat bukti yang ada, GRIBADLDI tidak langsung diperiksa sebagai tersangka. Pada saat interogasi terhadap GRIBALDI Penyidik menemui kesulitan, ia terlihat cerdik dengan gaya bicaranya yang tegas, sebelum menjawab selalu dipikirkan dulu, cerita yang diterangkannya mempunyai pola yang jelas dengan menggabungkan fakta, alibi, argumentasi dan khayalan yang baik, sehingga kami penyidik kalau tidak melakukan cross check keterangannya dengan fakta di lapangan, bisa terlihat keterangannya adalah suatu hal yang benar. Saya melihat, sepanjang proses penyidikan GRIBALDI tidak pernah sedikitpun merasa bersalah, tidak ada empati terhadap korban yang dibunuhnya, bahkan ia menyalahkan mereka.

Ketika membaca sebuah tulisan pada sebuah website Prof SARLITO, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tentang psikopat, barulah penulis menyadari bahwa ada beberapa kemiripan ciri seorang psikopat dapat ditemukan di dalam diri GRIBALDI. Ciri itu antara lain sbb. :

1. Kurangnya rasa empati selalu berbohong,

2. Emosi yang tidak terkedali,

3. Egoistis,

4. Manipulatif,

5. Tidak mempunyai rasa toleransi

Saya kemudian membandingkan ciri – ciri tersebut diatas dengan beberapa sikap GRIBALDI selama penanganan. Untuk itu diperlukan suatu metoda dan cara khusus untuk melakukan penyidikan terhadap seorang Psikopat, mengingat rumitnya kondisi kejiwaan seorang tersangka.

(bagian pertama)