Kenapa Polisi Sasaran Penembakan ?

219129_polisi-ditembak-inspektur-dua-dwiyatna_663_382Kita melihat trend penembakan anggota Polisi mulai marak di Indonesia, sudah belasan polisi Bhayangkara menjadi korban penembakan, kalau dilihat dari modusnya dapat dilihat peristiwa penembakan tersebut dilakukan oleh kelompok teroris. Inilah sebagian data yang bisa didapat (Khusus yang dicurigai dilakukan oleh kelompok teroris):

1) Maret 2010, Penembakan di Polsek Prembun, Kebumen, Briptu Yona Anton (29) tewas tertembak dini hari sekitar pukul 01.00. dini hari, tidak ada saksi yang melihat.
2) April 2010, Penembakan di Pos Pol Kentengrejo, Purwodadi, Purworejo, jawa Tengah. yang menewaskan Briptu Iwan Eko Nugroho (26) dan Bripka Wagino (60) yang diperkirakan juga ditembak pada dini hari, tidak ada saksi yang melihat.
3) September 2010, Tiga polisi tewas dalam penyerangan terhadap Polsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang terjadi pada pukul 01.00 WIB menewaskan Bripka Riswandi, Aipda Deto Sutejo dan Aiptu B Sinulingga.
3) Agustus 2012, Penembakan di pos polisi di Singosaren Plasa, Serengan, Solo, oleh orang tak dikenal. Seorang anggota polisi yang tengah berjaga, Bripka Dwidata Subekti (53) tewas akibat penyerangan tersebut. penyerangan terjadi sekitar pukul 21.00 WIB ketika kios di pertokoan tersebut hendak tutup. Ketika itu, sebuah sepeda motor dengan dua pengendara berhenti di selatan Singosaren Plasa.
4) Oktober 2012, dua personel polisi Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman ditemukan tewas dengan leher tergorok di Gunung Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir.
5) Desember 2012, 4 anggota Polisi dari kesatuan Brimob tewas dalam penyergapan di Poso yaitu Briptu Ruslan, Briptu Winarto, dan Briptu Wayan Putu Ariawan dan Briptu Eko Wijaya.
6) Juli 2013, pada pukul 04.30 WIB. anggota Polantas Gambir Aipda Patah Satiyono di Jalan Cirendeu Raya, Jakarta Selatan, tewas ditembak ketika hendak berangkat dinas dari rumahnya di Bojong Gede, Depok.
7) Agustus 2013, anggota Kepolisian Sektor Pondok Aren Bripka Maulana dan Aipda Kus Hendratma menjadi korban penembakan orang tidak dikenal di Jalan Graha Raya Pondok Aren.
8) September 2013, Bripka Sukardi tewas ditembak orang tak dikenal tepat di depan Gedung KPK, Selasa sekitar pukul 22.20 WIB. Ketika ditembak, Sukardi tengah mengawal truk pengangkut peralatan konstruksi.

Osama Bin Laden dan Penggantinya Ayman Al Zawahiri
Osama Bin Laden dan suksesornya Ayman Al Zawahiri

Berbagai aksi teror yang terjadi beberapa waktu belakangan ini harus dilihat melalui trend global terorisme, yaitu pasca pergantian kepemimpinan Al Qaeda dari Osama Bin Laden yang tewas oleh pasukan khusus AS Navy Seals ke pimpinan baru Al Qaeda yaitu Ayman Al Zawahiri.  Dibawah kepemimpinannya terjadi perubahan yang signifikan terhadap metode perjuangan Al Qaeda, yaitu Perubahan Sasaran.  Tadinya Osama bin Laden hanya menekankan penyerangan terhadap Amerika Serikat, kepentingannya serta sekutu-sekutunya.

Sekarang pada masa kepemimpinan  Ayman Al Zawahiri  ia menyerukan untuk simpatisan dan anggota Al Qaeda agar membuat sel – sel kecil untuk menyerang aparat pemerintah atau Ighiyalat.  Penyerangan ini dilakukan terhadap negara – negara yang tidak menerapkan Hukum Syariah (Hukum Islam).   Sel – sel perjuangan Al Qaeda sekarang  tidak lagi bersifat komando vertikal dari atas ke bawah namun sel – sel itu kini bergerak secara otonom. Mereka menentukan target sendiri, dan mencari pendanaan sendiri  (Fa’i). Beberapa perampokan Bank dan toko emas di Indonesia belakangan ini disinyalir merupakan upaya sel ini untuk membiayai perjuangannya.

Di indonesia ada kelompok yang menamakan diri Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santosa dan Mujahidin Indonesia Barat pimpinan Umar. Pada saat ini mereka telah terkooptasi secara regional, global dan nasional untuk melakukan teror terhadap pemerintah yang belum menerapkan hukum Syariah.

Kasus penembakan terhadap Polisi tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara lain seperti Pakistan, Afganishtan, Suriah , Mesir dan Thailand. Ini merupakan reaksi dari fatwa yang dikeluarkan oleh Ayman Al Zawahiri. Tujuannya penembakan polisi ini adalah membuat kepanikan dalam masyarakat, sehingga masyarakat tidak percaya lagi terhadap perlindungan keamanan yang diberikan oleh Polisi.

Khusus di Indonesia Kenapa polisi menjadi sasaran ? Karena polisi adalah garda terdepan dalam menumpas terorisme. Sudah lebih 900 orang tersangka teroris yang ditangkap dan dibawa ke proses pengadilan. Diantara yang telah mendapat vonis ada yang masih bergabung dengan kelompok tersebut ada yang sudah sadar. Contoh yang telah sadar adalah Ustad Abdul Ayub (salah satu mantan pendiri Jamaah Islamiyah)  sekarang bersama BNPT melakukan Deradikalisasi terhadap para mantan teroris agar kembali ke ajaran yang benar.

Di dalam buku Tazqiroh karangan Abu Bakar Baasyir bukan hanya polisi yang menjadi sasaran, tetapi lawyer, jaksa, hakim.  Itulah sebabnya sidang perkara terorisme dengan jaksa Silalahi di poso dan lainnya dilaksanakan di Jakarta dengan alasan keamanan, karena Jaksa dan Hakim diteror setiap mau melaksakanan sidang.

Beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari peristiwa penembakan Polisi:
1) Teror yang terjadi kepada polisi ini adalah teror terhadap Negara, bukan hanya kepada polisi saja, sehingga menjadi tugas dan tanggung jawab bersama dalam penanggulangannya.
2) Detasemen Khusus 88 dibentuk karena ada terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dibentuk karena ada peristiwa terorisme. Densus 88 menangkap pelaku terorisme untuk mencegah agar tidak terjadi korban masyarakat atas aksi terorisme. Pemikiran ini sering dibalik dan dipelintir sebagian kelompok yang menginginkan dibubarkannya Densus 88 seolah olah tugas Densus memusuhi agama tertentu. Padahal hanya merasa kepentingannya terancam.
3) Penangkapan yang dilakukan polisi terhadap pelaku terorisme tidak mungkin dilakukan secara senyap karena harus ada tahapan melalui SOP yang harus dilalui, sehingga dalam melakukan tahapan tahapan tersebut tidak mungkin dihindari terlihat oleh masyarakat.
4) Anggota Polri yang meninggal akibat serangan teroris adalah Pahlawan.

*Pointers dari penjelasan Direktur Penindakan BNPT*

6 respons untuk ‘Kenapa Polisi Sasaran Penembakan ?

  1. CEK DULU, Jgn langsung menjudge ke pribadi ato Kelompok, Musuh Polisi Banyak ada Preman, ada Jaringan Dealer Narkoba, mafia berdasi, ada yang karena masalah pribadi (warisan, rebutan pacar dll), dan yang penting adalah ada inigin menanambah memperkeruh suasana yang sudah ada, dll.
    sekali lagi CEK DULU yach Bro Polisi, kalo ngikutin Hukum Orang Barat gunakan Asas Praduga tidak bersalah kalo orang Agamis jangan menyebarkan Fitnah, Ok Bro Polisi Peaces.. keep serve and protect (ALL) indonesia Citizen..

    @Yarik: ini bukan pernyataan saya bro … saya cuma mengutip dari BNPT …

  2. udah ketangkap lom c pkakunya??? kan sempat dipublikasi klo polisi udah tau plakunya dr klompok trtntu tp biar klompok itu yg mnyerahkannya… abis itu raib beritanya… kasihan kelg korban dan korban sendiri yg tak bersalah… LSM HAM pun bisu tuli dgn kjadian ini dasar HAM ABAL ABAL tak tau mn yg bnr dan tidak utk disuarakan, sial!

  3. Kalau yang Bang Reinhard tuliskan analisa versi Polisi. Dulu, polisi jarang ditembak kecuali jika jika dalam penyergapan. Hanya sekarang ( tahun 2013 ke atas) terjadi trend polisi ditembak bahkan pada kegiatan di luar tugas.
    Daripada mempersalahkan “kelompok teroris” tsb, mari kita sebagai polri intropeksi diri. Sebenarnya faktor tsb terjadi karena rasa keadilan mereka terusik.
    Penanganan kelompok teroris kurang dilakukan dengan humanis, terutama oleh DENSUS 88. Banyak orang yang disangka teroris langsung mereka dor (ditembak mati) . Padahal orang tsb tidak melakukan perlawanan. Alibi polisi adalah orang tersebut melawan dengan menunjukkan pistol “teroris” tsb. Tapi setelah dicek, pistol itu bukan milik “korban”.
    Begitu juga, beberapa orang yang dianggap teroris langsung ditembak di jalan. Menurut versi polisi yang disampaikan ke media, terjadi tembak menembak. Tetapi menurut sumber yang melihat, tidak ada kejadian tsb.
    Informasi semacam ini, sampai ke telinga kelompok yg lain. Kelompok ini, yg sebelumnya tidur, menjadi aktif mendengar penanganan yg kurang humanis dari DENSUS 88.

    Mengingat kelompok tsb tidak mengenal siapa-siapa DENSUS 88 (soalnya memakai topeng saat bertugas), dan karena DENSUS 88 ini bagian dari Polri maka kelompok radikal ini menyerang siapa saja anggota Polri.

    Saran saya sebagai orang awam: tanganilah kelompok ini dengan cara yang baik dan persuasif. Sebuah kekerasan yang ditangani dengan kekerasan maka akan menimbulkan kekerasan berikutnya. Salam bertugas Bang Reinhard.

    @Lover: saya sangat setuju cara persuasif dalam menangani kelompok teroris… tapi melihat contoh di berbagai negara yg punya maslah dengan teroris, sama masalahnya dengan Indonesia, tidak banyak pilihan ….

Tinggalkan komentar